Habiskan 2.000 Kilogram Singkong untuk Percobaan, Pasutri Asal Bojonegoro Berhasil Produksi Rengginang Singkong Kini Laris di Swalayan
Mereka tak pernah membayangkan akan jadi pengusaha camilan.
Mereka tak pernah membayangkan akan jadi pengusaha camilan.
Habiskan 2.000 Kilogram Singkong untuk Percobaan, Pasutri Asal Bojonegoro Berhasil Produksi Rengginang Singkong Kini Laris di Swalayan
Lismuk Hindun dan Suparno, pasutri asal Desa Begadon, Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, tak pernah membayangkan kelak akan menjadi pengusaha camilan. Ketidaksengajaan itu justru menjadi mata pencaharian yang menjanjikan hingga kini.
-
Apa itu keripik singkong? Sesuai dengan namanya, keripik ini terbuat dari bahan dasar singkong yang diiris tipis-tipis dan digoreng hingga garing atau renyah.
-
Bagaimana cara membuat keripik singkong renyah? Cara membuat keripik singkong renyah tidak keras ini bisa memanfaatkan kapur sirih. Biasanya bahan kapur sirih digunakan untuk merendam singkong agar lebih empuk dan renyah saat digoreng.
-
Mengapa bingka singkong populer? Bingka adalah kue khas Banjar, Kalimantan Selatan, yang cukup populer dan disukai banyak masyarakat. Kue ini memiliki tekstur lembut dan cita rasa manis yang legit. Ini termasuk salah satu jenis kue yang sering disajikan di berbagai acara perayaan Suku Banjar.
-
Dimana bingka singkong berasal? Bingka adalah kue khas Banjar, Kalimantan Selatan, yang cukup populer dan disukai banyak masyarakat.
-
Apa olahan singkong modern? Singkong dapat diolah menjadi makanan kekinian yang menarik dan lezat.
-
Apa yang membuat keripik singkong renyah? 'Semakin tipis irisannya, semakin renyah hasil akhirnya,' jelas Sean dalam videonya.
Awalnya, mereka hanya menanam singkong di perkebunan untuk kebutuhan konsumsi keluarga. Pada tahun 2009, Suparno mendapatkan fasilitasi dari perusahaan migas multinasional yang beroperasi di daerahnya. Ia dan beberapa petani lain dibiayai untuk menanam singkong dalam skala besar.
“Waktu panen itu kan bareng-bareng, singkong banyak banget, bingung mau dibuat apa,” ujar Hindun saat ditemui Merdeka.com di Gedung Bakorwil Bojonegoro, Rabu (17/4/2024).
Panen serentak membuat komoditas singkong di Kecamatan Gayam membeludak. Suparno dan Hindun kebingungan bagaimana menjual singkong hasil panen mereka. Tak lama kemudian, Hindun dan beberapa perempuan di desanya mendapatkan pelatihan membuat emping singkong.
Inisiasi Kelompok Usaha
Menindaklanjuti pelatihan membuat olahan singkong, Hindun dan Suparno menginisiasi pembentukan Kelompok Usaha Bersama (KUB) Teguh Rahayu.
KUB dibentuk untuk meningkatkan daya jual singkong dengan cara mengolahnya menjadi camilan, seperti rengginang singkong dan emping singkong.
Sayangnya, di tengah jalan, para anggota KUB Teguh Rahayu mundur karena tidak sanggup lagi memproduksi camilan berbahan baku singkong di sela-sela kesibukan harian mereka.
“Dulunya kami sama-sama produksi, tapi kemudian (anggota) yang lain udah enggak produksi. Sekarang tinggal sendirian,” jelas Hindun.
Pantang Menyerah
Pantang Menyerah
Kendati rekan-rekannya mundur, Hindun dan Suparno tak menyerah. Mereka justru semakin semangat mengembangkan usaha camilan yang sudah dimulai sejak tahun 2011 lalu. Awalnya, produk mereka hanya emping singkong.
“Awalnya dijual pakai plastik biasa, harganya cuma seribu rupiah, dititipkan di warung-warung. Kemudian dikemas plastik snack (standing) tapi belum ada mereknya, saya nembusi toko oleh-oleh dan swalayan,” papar ibu dua anak ini sembari terkekeh mengenang perjuangannya.
Seiring waktu, Hindun ingin mengolah singkong menjadi camilan jenis lain. Saat itu, ia kepikiran membuat rengginang singkong. Ia pun belajar autodidak hingga menghabiskan sekitar 2.000 kilogram singkong hingga akhirnya menemukan formulasi yang tepat seperti produknya saat ini.
“Hampir satu hektare singkong di kebun itu habis untuk percobaan bikin rengginang. Itu berlangsung sekitar satu tahun, nyoba-nyoba terus sampai berhasil,” jelas Hindun.
Kegigihan Hindun dan sang suami berbuah manis, produk-produk camilan mereka diterima untuk dipasarkan di toko oleh-oleh dan swalayan beberapa kota. Selain Bojonegoro, produk camilan berbahan utama singkong ini juga dipasarkan di Ngawi, Tuban, dan Lamongan.
Makin Berkembang
Hindun blak-blakan menungungkapkan bahwa bisnis camilannya bisa menjadi seperti sekarang tidak semata-mata karena kerja kerasnya dan sang suami.
Faktor lain yang mendorong keberhasilan bisnisnya ialah keberadaan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI yang ia ikuti.
“Saya sudah lama ikut KUR BRI, dari yang masih skala kecil banget, sampai sekarang bisa memasarkan di empat kota,” tutur anggota Forum Industri Kecil Menengah Jawa Timur (IKM Jatim) tersebut.
KUR BRI, imbuh Hindun, sangat bermanfaat bagi para pelaku UMKM seperti dirinya. Berkat pinjaman modal usaha dari BRI, ia bisa membeli alat produksi yang dibutuhkan hingga membuat kemasan premium untuk produknya.
Penyaluran KUR BRI
Terpisah, Manajer Bisnis Mikro BRI Bojonegoro, Bambang Sri Mara (55) mengungkapkan, penyaluran KUR bertujuan untuk mendorong para pelaku usaha agar semakin berkembang.
“KUR itu pinjaman modal agar pelaku UMKM semakin berkembang,” jelas Bambang saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (7/3/2024).