Belajar dari Syarif, Guru Ngaji Difabel di Lebak yang Semangat Berbagi Ilmu Agama di Tengah Keterbatasan
Sosoknya benar-benar sabar menjalani kehidupan. Syarif pun tetap semangat mengajar ngaji anak-anak di kampungnya, meski kondisi tubuhnya kekurangan.
Tiga orang anak tampak menunggu giliran mengaji yang dipandu oleh Syarif. Ia membibing tetangganya itu secara tartil atau membaca Al Quran dengan perlahan.
Cara Syarif mengajar benar-benar sabar. Anak-anak yang sudah meluangkan waktu diharapkan bisa menghafal huruf demi huruf, sehingga saat dewasa sudah bisa membacanya dengan lancar.
-
Siapa guru inspiratif di Bandung? Hendra merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Di keluarganya, Hendra jadi satu-satunya yang penyandang disabilitas. Namun Hendra justru terpacu untuk bisa memperoleh hak pendidikannya, bahkan ia menjadi satu-satunya anak di keluarganya yang menjadi sarjana.'Alhamdulillah sekarang bisa bergabung jadi guru di SMPN 4 Bandung. Saya merupakan satu-satunya anggota keluarga yang memiliki disabilitas. Namun, saya juga satu-satunya di keluarga yang bisa sekolah sampai sarjana,' katanya
-
Siapa yang bisa menginspirasi kita? Orang yang paling menginspirasi adalah mereka yang tidak pernah menyerah pada impian mereka.
-
Bagaimana guru mengatasi kesulitannya? Dalam video, guru laki-laki itu memperlihatkan nama muridnya Revaveroesy Veisaqireina Mulawarman. “Hi guys, nomor 19 bacanya gimana ya?“ katanya dalam video, diunggah akun Twitter @kegblgnunfaedh, pada Selasa (1/8). Saat sang guru kesulitan kesulitan menyebut nama muridnya. Murid-muridnya yang ada di dalam kelas sontak tertawa.
-
Kata-kata apa yang menyentuh hati untuk guru ngaji? Lihatlah para kyai. Mereka adalah sosok guru yang menggaungkan kesederhanaan. Bukan karena ingin menutupi ilmu, melainkan mengajarkan kepada kita bahwa adab adalah yang nomor satu.
-
Siapa yang bisa ungkapkan kata-kata menyentuh hati untuk guru ngaji? Sudah sepantasnya apresiasi hingga penghormatan mendalam disampaikan kepada para guru ngaji.
-
Apa yang dilakukan guru ngaji itu? Pria yang berprofesi sebagai guru mengaji itu mengaku terus teringat bayang-bayang wajah sang istri yang sedang hamil. Sesekali dia juga teringat dua anaknya yang masih kecil meminta segera pulang.Malam itu, pada Jumat (7/6) malam dia menangis diteror berjuta pikiran tak nyaman.
Meski berada dalam keterbatasan, semangatnya berbagi ilmu agama kepada anak-anak benar-benar menginspirasi. Syarif, menjadi contoh sosok yang kuat menjalani kehidupan meski fisiknya berbeda dari kebanyakan.
Syarif juga beruntung dikaruniai istri yang sabar untuk hidup membersamainya. Bahkan sang istri turut membantu perekonomian keluarga, dengan menjadi buruh serabutan di kampungnya.
Kelumpuhan Sejak Kecil Tak Menghalangi Niat Baiknya Mengajar Ngaji
Syarif diketahui mengalami lumpuh sejak masih berusia 6 tahun. Hal ini yang kemudian membuatnya tak bisa beraktivitas dengan leluasa, hingga terbatas untuk mencari nafkah.
Kondisi kakinya lemas dan tidak bisa digerakan. Untuk berjalan, Syarif hanya bisa menyeret tubuhnya dan menopang dengan tangannya untuk bisa bergerak perlahan. Meski begitu, semangatnya tak pernah runtuh.
“Kondisi seperti ini dari kecil, sejak usia 6 tahun. Awalnya dulu ini karena sakit panas,” kata dia, mengutip Youtube SCTV Banten, Senin (16/9).
Tetap Sabar Menjalani Kehidupan
Meski diberi kondisi demikian, Syarif tidak pernah mengeluh. Ia terus berusaha untuk menjadi sosok yang bermanfaat di kampungnya. Ia juga tidak meninggalkan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga, dan tetap mengajar ngaji kepada anak-anak.
Sehari-hari, anak-anak mendatangi teras rumahnya untuk mempelajari huruf demi huruf hijaiyah di Kampung Sarimulya, Desa Jayasari, Kecamatan Cimarga, Lebak.
“Sehari-harinya saya hanya ngajar ngaji anak-anak saja, yang ingin mengaji. Mungkin sudah nasib kali ya dari Allah SWT,” tambahnya.
Dibantu Istri Mencari Nafkah
Sementara, istri Syarif Keni sehari-hari membantu sang suami menjadi buruh serabutan di kampungnya. Ia mencari nafkah dengan menggarap lahan kebun warga, hingga mencari buah kelapa di atas pohon yang tinggi.
Sejak pagi, ia bergegas ke ladang untuk membersihkan tanaman liar dan siang atau sorenya mencari kelapa. Kegiatan ini dengan semangat ia kerjakan, demi dapurnya tetap mengepul.
“Saya membantu mencari kelapa punya orang, manjat,” kata Keni
Dapat Upah Rp30 Ribu Per Hari
Keni menambahkan bahwa dirinya dalam sehari bisa diupa Rp30 ribu per buah kelapa yang dipetik. Memanjat kelapa tidaklah mudah. Ia harus menyiapkan fisik karena pohon bisa memiliki ketinggian puluhan meter.
Meski demikian ia bersyukur atas apa yang telah ia dapatkan, dan berharap dirinya bisa terus dimudahkan untuk mencari rezeki dan bisa mendapat bantuan dari pihak yang peduli.
“Biasanya sehari dapat Rp30 ribu, dikasih orang,” tambahnya.