Pernah Tak Digaji hingga Dijauhi Saudara, Perempuan Asal Tuban Kini Sukses Kembangkan Toko Kelontong yang Selalu Ramai Pembeli
Kata-kata pepatah yang berbunyi “kehidupan seperti roda sedang berputar” menggambarkan kehidupan Yati.
Kata-kata pepatah yang berbunyi “kehidupan seperti roda sedang berputar” menggambarkan kehidupan Yati.
Pernah Tak Digaji hingga Dijauhi Saudara, Perempuan Asal Tuban Kini Sukses Kembangkan Toko Kelontong yang Selalu Ramai Pembeli
Kata-kata pepatah yang berbunyi “kehidupan seperti roda sedang berputar” menggambarkan kehidupan Yati (44), warga Kelurahan Latsari, Kecamatan/Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Ia tak berhenti mengucap syukur saat menceritakan ulang perjalanan hidupnya hingga ada di titik sekarang.
Kehidupan Yati dimulai saat ia lahir ke dunia pada tahun 1980 silam. Ia dilahirkan dari sebuah keluarga keluarga dengan kondisi ekonomi menengah ke bawah di pusat Kabupaten Bojonegoro. Keterbatasan ekonomi membuat Yati hanya bisa menamatkan pendidikan jenjang sekolah dasar (SD).
-
Siapa mantan TKW yang sukses berjualan bandeng? Berbekal keyakinan kuat meski dengan modal yang minim, Midah kemudian membaca peluang untuk memulai usaha kuliner ini.
-
Siapa ibu rumah tangga di Bogor yang sukses berbisnis kue? Perempuan bernama Windhy Arisanty itu rupanya bisa mengantongi omzet hingga puluhan juta rupiah hanya dari berjualan kue.
-
Bagaimana perempuan pemilik warung itu mendapatkan uang? Perempuan yang tidak diketahui namanya itu kerap berdoa agar diberi kekuatan untuk selalu mencari nafkah demi keluarga. Terutama anaknya yang sedang menempuh pendidikan tinggi di Yogyakarta.'Anak saya juga kuliah di situ, di Jogja. Sekarang semester akhir, makanya saya ada di sini itu karena ya butuh biaya,' ucap perempuan tersebut.
-
Siapa yang biasanya menjadi pedagang kelontong? Pedagang kelontong kebanyakan dilakukan orang-orang keturunan China.
-
Bagaimana Ibu Putri memulai usaha batiknya? Berawal dari Pandemi Putri bercerita ia merintis usaha batik itu waktu masa pandemi COVID-19. Waktu itu ia termasuk salah satu warga yang kena COVID-19.Setelah pandemi mereda, kampungnya mengadakan pelatihan membatik. Saat itu Ibu Putri tidak ikut sebagai peserta. Di sana ia bertugas sebagai tukang masak. Namun di sela-sela waktu, ia ikut melihat proses membatik itu.Selesai pelatihan, ia mengambil sisa limbah untuk dibawa pulang. Selama mengisi hari-hari di rumah, ia memanfaatkan waktu untuk belajar membatik secara autodidak di rumah. Lama-lama ia ketagihan membatik. Mulai saat itulah Ibu Putri mantap untuk merintis usaha batik.
-
Kenapa mantan TKW ini memilih berjualan bandeng? 'Tahun 2002 itu peresmian Gerbang Tol Serang Timur. Dari situ ada banyak wisatawan yang berkunjung ke Banten. Secara otomatis mereka mencari olahan bandeng khas Kota Serang baik untuk disantap maupun dijadikan oleh-oleh,' terangnya.
“Saya ini cuma lulusan SD. Sekolah SMP hanya kelas satu, enggak sampai lulus,” ujar ibu satu anak ini saat ditemui Merdeka di rumah masa kecilnya di Bojonegoro, Minggu (31/3/2024).
Kenyang Jadi Buruh
Tidak mengenyam pendidikan membuat Yati lebih cepat memasuki dunia kerja. Ia sudah bekerja keras sejak usianya masih remaja.
Mulai dari bekerja di warung makan, toko kelontong, buruh pabrik, hingga menjadi pengasuh bayi.
Seiring bertambahnya usia, Yati tidak hanya membatasi diri bekerja di Kabupaten Bojonegoro yang dekat dengan rumahnya.
Ia mulai mencoba mencari peruntungan di kota-kota besar seperti Surabaya dan Jakarta.
Puluhan tahun menjadi buruh di berbagai macam bidang membuat Yati merasakan banyak pengalaman pedih, salah satunya tidak digaji oleh pemberi kerja.
“Saat jadi pengasuh bayi selama beberapa bulan, saya tidak digaji sama sekali,” ungkap Yati.
Bekerja di perantauan bukan hal yang ingin dilakukan Yati seumur hidupnya. Melainkan hanya sebagai batu lompatan untuk memperkaya pengalaman dan mengumpulkan modal agar kelak bisa membuka usaha kecil-kecilan sendiri.
Pengalaman buruk tidak digaji menjadi titik balik Yati akhirnya mantap pulang ke kampung halamannya.
Tak berselang lama setibanya di kampung halaman pada tahun 2007 silam, Arifin (44), suami Yati mendapat panggilan pekerjaan sebagai buruh bangunan di Kabupaten Tuban. Setelah mempertimbangkan berbagai hal, Yati ikut suaminya ke Tuban.
Jatuh Bangun
Saat datang pertama kali ke Tuban, pasutri ini mengaku tidak punya apa-apa. Beruntung, ada orang baik yang menolong mereka.
“Bos suami saat itu orang Surabaya, punya rumah di Tuban dan tidak ditempati, terus disuruh menempati saya dan suami tanpa perlu membayar uang sewa,” ungkap Yati dengan mata berkaca-kaca.
Tahun-tahun awal kepindahannya ke Tuban adalah ujian berat bagi Arifin dan Yati. Selain harus hidup dalam keterbatasan ekonomi, pasutri ini juga dilanda gelisah karena tak kunjung dikaruniai buah hati. Sebagai upaya melipur diri, Yati menyibukkan dirinya dengan bekerja.
“Waktu anak sudah TK, saya mulai buka usaha kecil-kecilan tapi gagal. Hitungannya yang bisa dibilang berhasil saat buka warung kopi dan jual gorengan mulai tahun 2018 silam, tapi itu juga cuma dua tahun,” jelas Yati.
Kisah Inspiratif UMKM
Berkembang Berkat KUR BRI
Yati berhenti membuka warung kopi bukan karena gulung tikar, tetapi ia melihat potensi yang lebih menjanjikan pada sektor usaha lain.
“Saat buka warung kopi saya sudah jualan rokok, terus merembet kulakan sembako dan lain-lain sampai sekarang toko penuh. Terus ada Mantri BRI (petugas penyalur kredit) yang menawarkan untuk pinjaman modal. Saya awalnya menolak, tapi mantri ini datang lagi meyakinkan dan saya akhirnya mau mencoba (program Kredit Usaha Rakyat atau KUR),” imbuh Yati.
Yati menjadi nasabah KUR BRI pertama kali pada tahun 2022 silam, saat itu ia mengambil pinjaman modal usaha dengan nominal terendah dengan jangka waktu paling singkat. Pinjaman modal usaha ini ia gunakan untuk memperbanyak barang dagangan di toko kelontongnya.
Tahun 2024 ini merupakan periode kedua Yati mengikuti program KUR BRI. Ia memutuskan kembali mengambil KUR BRI untuk mengembangkan usaha toko kelontongnya agar semakin lengkap.
Kepala Kantor BRI Cabang Tuban, Mohammad Arief Prabowo mengungkap tujuan penyaluran KUR untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
“Kami ingin meningkatkan dan memperluas akses pembiayaan kepada usaha produktif, meningkatkan kapasitas daya saing UMKM, serta mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat,” jelasnya melalui keterangan tertulis kepada Merdeka.com, Sabtu (16/3/2024).
Adapun sepanjang tahun 2023, penyaluran KUR BRI di wilayah kerja BRI Cabang Tuban mencapai Rp842,439 miliar.
Sementara pada Januari hingga Februari 2024 penyaluran KUR oleh BRI Cabang Tuban senilai Rp126,472 miliar.
Nurul (56), salah seorang tetangga Yati memberi kesaksian tentang perjalanan hidup pemilik toko kelontong Bunia itu hingga ada di titik saat ini.
“Yati itu kenyang jadi buruh di luar kota. Alhamdulilah saya ikut senang melihat dia sekarang sudah sukses. Dia juga baik sama tetangga, setiap malam Jumat mengirim gorengan untuk jemaah masjid,” ujar Nurul.