Kerja Tak Digaji saat Pandemi, Pria Ini Bangkit dan Sukses Bisnis Peyek Kacang dengan Omzet Ratusan Juta per Bulan
Popularitas peyek kacang produksinya mulai meningkat hingga berdampak peningkatan omzet.
Pahitnya menjadi buruh kasar tak dibayar, menjadi pemantik buat Untung Dwi Pratono untuk memulai usaha. Meski tidak dimulai dari 0, Untung meneruskan usaha sang ibu, peyek kacang.
Dilansir dari akun Youtube Naik Kelas, Untung bercerita pada tahun 2012, dia masih menjadi pekerja rantau di Sukabumi dengan penghasilan yang cukup lumayan. Menjelang pandemi, kondisi finansial Untung kian memburuk. Pasalnya, gajinya tidak dibayarkan oleh perusahaan tempat ia bekerja.
Meski kala itu penghasilan Untung dan istrinya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun, menurut Untung percuma jika biaya hidup terpenuhi tetapi ia tidak memiliki tabungan untuk masa tua nanti. Pada akhirnya Untung dan istrinya sepakat untuk memulai usaha dengan melanjutkan bisnis peyek milik ibundanya.
Omzet terus meningkat
Di awal merintis, omzet yang dia dapatkan masih Rp1,5 juta per hari. Lambat laun, popularitas peyek kacang produksinya mulai meningkat hingga berdampak peningkatan omzet menjadi Rp5 juta per hari, dan bertambahnya jumlah karyawan.
"Dari tiga karyawan nambah jadi lima. Sekarang alhamdulillah udah 14 yang bantu goreng, 1 tenaga pemasaran, dan 2 tenaga finishing," kata Untung.
Omzet yang melonjak merupakan imbas dari gencarnya pemasaran dan keunggulan kualitas peyeknya, sebab menurut Untung dari segi teksturnya lebih renyah dan rasanya juga lebih bervariasi.
Dalam menjalankan bisnisnya, Untung memegang prinsip kejujuran, yaitu jujur pada pelanggan, karyawan, maupun supplier. Kejujuran dan kerja kerasnyalah yang mengantarkan Untung pada keberhasilan usaha Peyek Kacang Amanda hingga saat ini hingga mampu meraih omzet Rp125 juta per bulan.
"Kalau rata-rata per hari mungkin sekitar Rp5 juta, tapi kadang naik kadang turun. Kadang bisa sampai Rp8 juta atau bahkan hanya Rp3 juta, tergantung permintaan pasar juga," ujar Untung.
Reporter magang: Thalita Dewanty