Meski Tinggal di Rumah Petakan, Usaha Ini Bisa Raup Omzet Rp100 Juta Per Bulan
Keterbatasan ekonomi mengharuskan Anik untuk membantu suami dalam mencari penghasilan tambahan.
Perjalanan hidup sering kali diwarnai dengan berbagai tantangan. Namun, Anik membuktikan bahwa ketekunan dan semangat pantang menyerah dapat mengubah nasib atau kehidupan seseorang. Berangkat dari sebuah kamar berukuran 2x3 meter di Jakarta, Anik kini sukses sebagai pemilik usaha bawang goreng Bramgor Putri Mangu yang membawa keluarganya pada pada kondisi finansial yang lebih baik.
Sebelum memulai usaha, Anik bekerja sebagai pekerja rantau Asisten Rumah Tangga (ART) di Jakarta. Sementara itu, suami Anik bekerja sebagai tukang sayur di kampung halamannya, Sukoharjo, Jawa Tengah. Keterbatasan ekonomi yang mereka alami, mengharuskan Anik untuk membantu suami dalam mencari penghasilan tambahan.
-
Kenapa Ibu Dewi bisa sukses jual bawang goreng? Berkat kegigihannya menawarkan produk ke sana-kemari, produk bawang gorengnya berhasil memikat pedagang sayur keliling, pasar tradisional, hingga swalayan-swalayan yang ada di Bojonegoro dan kota-kota sekitarnya.
-
Bagaimana cara meraup untung puluhan juta dari berjualan keripik ubi? Setelah penjualan tidak ada kendala, Faisal mengaku keuntungannya juga berlipat ganda. Dalam sebulan, usahanya bisa meraup omzet sampai dengan Rp30 hingga Rp40 juta. 'Kalau sekarang Alhamdulillah omzetnya bisa mencapai Rp30-40 juta,' tambahnya.
-
Siapa ibu rumah tangga di Bogor yang sukses berbisnis kue? Perempuan bernama Windhy Arisanty itu rupanya bisa mengantongi omzet hingga puluhan juta rupiah hanya dari berjualan kue.
-
Bagaimana UMKM Purwakarta ini sukses menembus pasar internasional? Tekun berusaha Ternyata rahasia pertama dari usaha panganan yang dibuat warga bernama Cucu Nengsih ini adalah tekun dalam berusaha.Ia konsisten untuk menjual produk pastel mini, dengan memperhatikan kemasan penyajian dan kualitas produk.
-
Dimana UMKM beroperasi? UMKM meliputi berbagai sektor ekonomi, termasuk kuliner, fashion, otomotif, dan jasa lainnya.
-
Bagaimana penjual onde-onde ini sukses? Saat azan berkumandang ketika tengah berjualan, dirinya akan bergegas untuk menjalankan kewajiban sebagai umat muslim tersebut.'Asal tidak tinggalin salat, kalau lagi melayani pembeli terus azan ya saya tinggal. Alhamdulillah pembeli mengerti dan mau gimana, orang yang ngasih rame atau sepinya ini Allah,' kata dia.
Anik memiliki dua anak, anak sulungnya mengalami gangguan tuna rungu dan tuna wicara sehingga membutuhkan perhatian khusus. Oleh karena itu, Anik merasa kedua anaknya, terutama yang sulung, memerlukan pendidikan dan kesejahteraan agar kualitas hidup mereka lebih terjamin. Akhirnya Anik mengambil keputusan untuk pulang ke kampung halamannya demi mengurus pendidikan dan lebih dekat dengan anak-anaknya, serta membangun usaha kecil untuk menambah pendapatan keluarga.
Pada tahun 2014, dengan modal awal Rp50.000, Anik memulai usaha produksi bawang goreng rumahan. Dia menjual produk bawang goreng langsung ke sekolah-sekolah, puskesmas, kantor kelurahan dan kecamatan. Meskipun banyak yang orang yang meragukan dan memojokkan bawang goreng buatannya, Anik terus meningkatkan kualitas produk yang dia tawarkan.
Produksi 600 Kilogram Sampai Punya 50 Reseller
Selama 10 tahun, Anik bekerja dari pagi hingga malam, mulai dari menyiapkan bahan baku, menggoreng bawang, dan memasarkan produk bawang goreng. Ketekunan dan kerja kerasnya kian membuahkan hasil. Penjualan yang awalnya hanya 2 kilogram per hari kini meningkat hingga 500-600 kilogram per hari dengan omzet mencapai Rp100 juta per bulan.
Menurut Anik, itu semua berkat loyalitas dalam produksi bawang goreng. Pasalnya, bawang goreng tersebut terbuat dari bahan berkualitas dan bawang goreng 100 persen asli tanpa campuran, sehingga menjadi favorit di kalangan konsumen.
"Produk yang saya bikin ini laku keras, banyak yang suka bawang gorengnya karena asli tanpa campuran. Jadi, orang-orang yang beli itu sekarang malah jadi reseller," ujar Anik dalam tayangan YouTube CapCapung, dikutip pada Kamis (3/10).
Keberhasilan ini membuat banyak pelanggan yang awalnya membeli untuk konsumsi pribadi beralih menjadi reseller. Sebanyak 50 reseller telah bekerja sama dengan Anik untuk menjual kembali produk bawang goreng, termasuk yang diimpor ke luar negeri.
Adanya dukungan dari pelanggan dan reseller, membuat usaha Anik semakin berkembang pesat dan membawa dampak positif bagi masyarakat sekitar. Di samping itu, dari omzet atau hasil penjualan bawang goreng, Anik mampu membeli empat rumah yang saat ini juga digunakan sebagai rumah produksi bawang goreng.
Menciptakan Lapangan Kerja dan Memberdayakan Masyarakat
Keberhasilan Anik tidak hanya dinikmati dan menjadi keuntungan tersendiri bagi dirinya, tetapi juga menciptakan lapangan kerja bagi orang-orang sekitar. Sebanyak 40 ibu rumah tangga dapat bekerja sambil mengurus anak-anak di rumah dan mendapat penghasilan tambahan yang cukup untuk membantu ekonomi keluarga. Dalam seminggu, mereka bisa mendapatkan gaji sekitar Rp600.000-Rp700.000.
"Ibu-ibu itu seminggu bisa gajian sekitar Rp600.000-Rp700.000. Itu pun mereka bisa nyambi momong anak di rumah," kata Anik.
Meski usaha ini telah berkembang pesat, Anik tetap menolak beralih menggunakan mesin dalam proses produksi. Dia percaya bahwa usaha ini harus memberi manfaat bagi masyarakat, sebab hanya dengan cara ini Anik dapat membantu orang-orang sekitar untuk mandiri secara finansial.
Belajar dari Tantangan Hingga Berbagi Pengalaman
Setiap perjalanan pasti memiliki tantangan Anik tidak terhindar dari kesulitan, termasuk masalah utang yang pernah menghantuinya. Namun, berkat tekad dan usahanya, Anik mampu melunasi semua utang bahkan mengembangkan usahanya.
Anik juga menceritakan ketika harga bawang melonjak dia pernah mencari alternatif dengan menjual produk lain, seperti sambal pecel. Kemampuan Anik untuk beradaptasi menjadi kunci dalam menjaga kelangsungan usahanya. Dia memegang prinsip untuk tidak terpaku pada satu jenis usaha. Saat satu usaha mengalami penurunan, dia selalu mencari peluang lain agar perekonomian keluarga tetap stabil.
"Waktu harga bawang merah mahal, saya sempat beralih menjual sambal pecel keliling. Intinya kalau bawang merah mahal kita ngga akan goreng bawang dan memilih jualan lainnya," jelas Anik.
Anik merasa bahwa keberhasilannya tidak akan berarti jika tidak dibagikan kepada orang lain. Dia membuka kesempatan bagi siapa saja yang ingin belajar cara membuat bawang goreng, tanpa dipungut biaya. Hal tersebut adalah salah satu bentuk kepedulian untuk memberdayakan orang lain agar dapat menjaga kestabilan ekonomi.
Dia mengundang siapa saja berkunjung ke rumah produksi di Madegondo, Sukoharjo, untuk belajar dan berbagi pengalaman. Dengan begitu, Anik berharap dapat menginspirasi lebih banyak orang untuk memulai usaha sendiri.
Reporter magang: Thalita Dewanty