Mendulang Untung dari Jualan Bawang Goreng, Ibu Asal Bojonegoro Ini Ungkap Jatuh Bangun Memulai Bisnis dari Nol
Ia adalah pionir IKM bawang goreng di Bojonegoro
Ia adalah pionir IKM bawang goreng di Bojonegoro
East Java Super Corridor (EJSC) Bakorwil Bojonegoro sering jadi tempat bertemunya para pelaku Industri Kecil Menengah (IKM) di wilayah setempat. Di sini pula, saya dan Dewi Eko Sumaryanti (42), pelaku IKM asal Kecamatan Kapas, Bojonegoro, membuat janji bertemu pada Kamis (18/4/2024).
Jam menunjukkan pukul 13.31 WIB, Dewi datang mengendarai motor matic dengan memboncengkan putrinya. Ia melempar senyum ke arah saya yang tengah duduk menunggu di salah satu sudut luar EJSC Bakorwil Bojonegoro. Itu hari pertama saya bertemu Dewi, pembawaannya ramah dan ceria. Hal ini membuat proses wawancara seputar perjalanan bisnisnya berlangsung santai tapi bernas.
Dewi adalah sosok di balik pionir IKM bawang goreng di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Berkat kegigihannya menawarkan produk ke sana-kemari, produk bawang gorengnya berhasil memikat pedagang sayur keliling, pasar tradisional, hingga swalayan-swalayan yang ada di Bojonegoro dan kota-kota sekitarnya.
Pada tahun 2015 lalu, Dewi mulai berjualan bawang goreng di wilayah Kota Bojonegoro. Bahan baku yang ia gunakan merupakan bawang merah dan bawang putih dagangan sang suami.
“Awalnya budhe di Semarang yang ngasih ide kenapa tidak jualan bawang goreng, dia jualan di sana laris. Terus saya pergi ke Semarang, diajari budhe caranya menggoreng bawang, nginep sana tiga hari,” ungkap ibu tiga anak ini saat ditemui Merdeka.com, Kamis (18/4/2024).
Sepulangnya dari Semarang, Dewi mencoba memproduksi bawang goreng dalam skala kecil. Ia mengetes pasar dengan menitipkan produk bawang gorengnya ke pedagang sayur keliling.
“Dulu saya bungkusin kecil-kecil, satu bungkus Rp2 ribu, ternyata laris,” tutur Dewi.
Perempuan lulusan Politeknik Negeri Semarang ini akhirnya berupaya menjangkau pasar yang lebih luas.
Ia mulai memperkenalkan diri kepada pemilik toko-toko kelontong di perkampungan maupun di pasar hingga berkenalan dengan pengelola swalayan.
“Tahun 2015 itu di wilayah Kota Bojonegoro belum ada IKM bawang goreng, adanya yang pabrikan. Jadi hampir semua toko di Pasar Besar, terus di Samudra dan Bravo (swalayan di Bojonegoro) produk saya merajai,” jelas pemilik IKM bawang goreng bermerek Rizky 2 Putri ini.
Sepanjang tahun 2017 hingga 2019, IKM Rizky 2 Putri bisa memproduksi hingga 70 kilogram bawang mentah. Proses produksi ini dilakukan oleh Dewi dan sang suami, serta dibantu belasan tetangganya.
“Ada bagian yang khusus mengupas bawang, ada bagian mengiris bawang pakai mesin, terus bagian menggoreng. Semua pekerja yang bantu saya tetangga sekitar rumah,” kata Dewi.
Pandemi Covid-19 datang menghantam Indonesia dan melumpuhkan nyaris seluruh sendi kehidupan pada awal 2020 silam. Hal ini juga berpengaruh besar pada bisnis Dewi. Penjualan produk bawang gorengnya menurun drastis.
“Selain karena pandemi, juga mulai banyak yang jualan bawang goreng. Mereka menggempur harga, menjual lebih murah dibanding punya saya. Kalau di pasar tradisional orang kan enggak lihat kualitas produk, yang penting murah dia beli. Makanya, produk saya di pasar sekarang sepi,” jelas Dewi.
Dari yang awalnya memasok bawang goreng kepada sebagian besar pedagang di Pasar Besar Bojonegoro, kini Dewi hanya menyuplai untuk dua toko saja. Di sisi lain, ia mengaku beruntung masih bisa menjalin kerja sama dengan swalayan-swalayan.
“Makanya Bravo dan Samudra (swalayan di Bojonegoro) ini saya jaga betul agar tetap lancar. Sekarang selain Samudra Bojonegoro, juga menyuplai bawang goreng untuk Samudra Tuban dan Samudra Madiun,” imbuh Dewi.
Jika dulu ia bisa memproduksi 70 kilogram bawang mentah, kini produksi rata-rata hariannya hanya sekitar 20 kilogram bawang mentah.
Meski omzetnya menurun seiring banyaknya pesaing, Dewi tetap teguh mempertahkan kualitas produknya.
Salah satunya dengan melengkapi semua perizinan IKM, mulai NIB (Nomor Induk Berusaha), izin PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga), hingga sertifikasi halal.
Dewi mengaku beruntung senantiasa mendapat dukungan melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI sejak memulai bisnis bawang merah hingga sekarang. Ia tercatat sebagai nasabah KUR BRI Unit Trunojoyo Bojonegoro.
“Waktu mulai berkembang tahun 2016 atau 2017 mulai ikut KUR BRI, sampai sekarang. Saya gunakan untuk beli mesin-mesin, ada mesin pres, penyaring minyak, pemotong bawang,” ungkap Dewi.
Dewi menambahkan, program KUR BRI sangat membantu pelaku IKM seperti dirinya. Ia bisa membeli mesin-mesin produksi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produknya.
Lebih lanjut, Dewi mengaku selalu disiplin membayar angsuran KUR BRI sebagai bentuk ucapan terima kasih atas pinjaman modal usaha dari bank pelat merah tersebut.
Terpisah, Kepala BRI Unit Trunojoyo Bojonegoro, Heru Prayitno menjelaskan, sektor UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) adalah sasaran kredit skema KUR. Pasalnya, proses dan syarat KUR relatif mudah dan cepat.
“Hingga akhir tahun 2023 kemarin penyaluran kredit skema KUR di wilayah Bojonegoro untuk sektor mikro saja sudah menembus angka Rp360 Miliar. Mayoritas didominasi sektor perdagangan,” jelas Heru melalui keterangan tertulis kepada Merdeka.com, Rabu (6/3/2024).
Dia menambahkan, PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BRI berharap penyaluran KUR bisa tepat guna dan bertanggung jawab, sehingga bisa menekan kredit macet. Hal ini demi kepentingan bersama, baik bagi debitur maupun kreditur.
“Sekali bermasalah dapat dipastikan nasabah akan kesulitan memperoleh pinjaman berikutnya,” tandas Heru.
Kampung Jaha terkenal sebagai sentra pengrajin bawang goreng di Bekasi.
Baca SelengkapnyaPembayaran menggunakan QRIS mencegah peredaran uang palsu dan tak perlu repot menghitung kembalian
Baca SelengkapnyaTerbiasa gondrong, begini penampilan reserse setelah potong rambut untuk tugas baru. Bikin pangling.
Baca SelengkapnyaPeristiwa ini terjadi di kawasan Tanjung Lengkong Kel. Bidaracina Kec. Jatinegara, Jakarta Timur, Jum'at (26/4) sore
Baca SelengkapnyaMereka berharap bisa mendapatkan penghasilan besar di sana dan suatu saat bisa kembali ke Bojonegoro.
Baca SelengkapnyaPintu Penguras Bendung Katulampa Jebol, Ini Dampaknya Bagi Irigasi di Bogor dan Jakarta
Baca SelengkapnyaPrabowo kampanye akbar dengan berkeliling di Majalengka dan Bogor
Baca SelengkapnyaAda ratusan dus mentega yang berhasil digasak dengan nilai kerugian mencapai Rp 200 juta
Baca SelengkapnyaAkhirnya terpecahkan, begini asal usul nama toge goreng padahal masaknya direbus.
Baca Selengkapnya