Keripik Tempe Sagu Bisa Masuk Retail Modern, Intip 'Resep' Dewi Rahayu Kembangkan Usaha
Dewi Rahayu adalah pelaku usaha keripik tempe sagu yang berbasis di Jatirahayu, Bekasi, Jawa Barat.
Banyaknya pesanan membuat Dewi menambah permodalan lewat BRI.
Keripik Tempe Sagu Bisa Masuk Retail Modern, Intip 'Resep' Dewi Rahayu Kembangkan Usaha
Adonan keripik tempe sagu itu sudah siap di wadah. Adonan itu berisi tepung tapioka, tempe setengah jadi dan bumbu-bumbu. Dewi Rahayu lalu memotongnya tipis-tipis menggunakan pisau cutter.
Produksi keripik tempe sagu itu dilakukan teras rumah Dewi. Teras itu dijadikan dapur produksi keripik tempe sagu yang diberi nama Rahayu36. Siang itu, Dewi memproduksi keripik tempe dibantu 2 pekerjanya.
Mereka berbagi tugas produksi. Dewi bagian memotong adonan dan membumbui keripik tempe. Sementara, dua ibu-ibu menggoreng keripik tempe lalu mengemasnya ke dalam kemasan.
Ibu dosen itu, kata Dewi, memberikan pelatihan produk olahan berbahan dasar kedelai. Pilihan produk yang ditawarkan adalah keripik tempe sagu, yogurt dan susu kedelai. Pelatihan saat itu diikuti oleh Dewi dan 8 ibu rumah tangga di sekitar rumahnya.
"Awalnya saya merintis usaha keripik tempe sagu ini dari pelatihan pemberdayaan perempuan yang diberikan oleh salah satu kampus swasta di Jakarta. Pelatihannya soal olahan produk makanan dari kedelai,"
kata Dewi saat berbincang dengan merdeka.com, Jumat (26/4).
merdeka.com
Setelah pelatihan itu, Dewi mengajak para ibu-ibu menjadikan keterampilan membuat keripik tempe menjadi usaha. Lahir lah produk keripik tempe Rahayu36 yang dimotori Dewi dan 8 ibu rumah tangga. Ketika itu modal awal produksi Rp300 ribu.
Dewi mulai memasarkan produknya ke warung-warung kelontong dan pedagang bakso. Banyak konsumen menilai keripik tempe sagu enak dan cocok di lidah. Pesanan mulai berdatangan.
Saat pesanan mulai banyak, produksi keripik tempe mengalami kendala. Ibu-ibu yang membantu produksi memutuskan tidak lanjut bekerja karena sebagian akan melahirkan dan kesibukan lain. Rahayu36 pun vakum setelah berjalan 6 bulan.
"Itu berjalan selama 6 bulan sampai pertengahan 2019. Karena ada beberapa orang hamil dan kesibukan masing-masing, dari 8 orang itu beberapa tidak melanjutkan lagi dan usaha vakum selama beberapa bulan," ujar Dewi.
merdeka.com
Bangkit di Masa Pandemi
Dewi tak patah semangat meskipun ditinggal banyak teman-temannya. Dia menghidupkan kembali Rahayu26 dengan merekrut satu pekerja pada akhir 2019. Kesempatan kedua ini tidak disia-siakan.
Para pelanggan keripik tempe ternyata tidak lupa dengan Dewi. Warung dan pedagang-pedagang tempat menitipkan keripik tempe mempersilakan Dewi menjajakan dagangannya lagi.
"Di awal 2020, alhamdulillah pesanan keripik tempe sagu sudah banyak yang suka. Banyak menitipkan di toko juga, warung-warung bakso, sampai kewalahan modal," tutur Dewi.
merdeka.com
Ambil KUR Kembangkan Usaha
Banyaknya pesanan membuat Dewi menambah permodalan. Dewi memutuskan mengajukan kredit usaha di Bank Rakyat Indonesia (BRI). Dia datang ke BRI Unit Pondok Gede membawa berkas yang dibutuhkan. Modal KUR yang diajukan Dewi pertama kali senilai Rp10 juta.
Dua bulan cicilan KUR berjalan, Dewi kembali dihadapkan pada cobaan lain ketika pandemi Covid-19. Penjualan keripik tempe yang mulai naik kembali merosot hampir 50 persen. Untungnya, BRI mengeluarkan kebijakan penangguhan pembayaran setoran untuk UMKM selama 6 bulan.
"Setelah itu pandemi Covid-19, sempat bingung omzet menurun, alhamdulillah BRI membantu para UMKM dengan memberikan penangguhan pembayaran KUR selama pandemi. Selama 6 bulan enggak ada setoran ke BRI,"
tutur wanita berusia 43 tahun itu.
merdeka.com
Berkah di Balik Musibah
Ternyata ada berkah di balik musibah. Saat pandemi Covid, Dewi justru mendapatkan kemudahan untuk mengurus dua sertifikasi yang penting dimiliki pelaku usaha kuliner.
Yaitu legalitas usaha, sertifikasi halal dan izin Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT). Dua sertifikasi ini difasilitasi Dinas Koperasi dan UMKM Kota Bekasi.
"Di tahun 2020 itu, saya kejar itu sertifikasi halal dan PIRT, alhamdulillah melalui Dinas Koperasi dan UMKM, saya mendapatkan itu semua secara gratis dan mudah prosesnya," tutur Dewi.
Berkah pandemi lainnya adalah Rahayu36 mendapatkan BPUM (Bantuan Produktif usaha mikro) dari pemerintah.
BPUM adalah jenis bantuan dari pemerintah di masa pandemi agar UMKM tetap mampu menjalankan bisnis dan memiliki modal untuk melakukan promosi. Dewi menggunakan dana BPUM itu untuk mencetak kemasan yang menarik dan eye cacthing.
"Pandemi benar-benar bawa berkah berkat bantu pemerintah, bantuan dari BPUPM akhirnya saya dapat bantuan itu, saya alokasikan buat packaging. Awalnya saya order melalui IG tapi kemasan kurang bagus. Dan sekarang pakai kemasan di Bandung," terang dia.
Memperkaya Ilmu Usaha
Berbagai bantuan dari pemerintah itu tidak lepas dari upaya Dewi mencari informasi soal kewirausahaan di forum-forum UMKM. Selama pandemi, Dewi sudah tiga kali ikut pelatihan yang digelar Pemkot Bekasi. Di antaranya pelatihan digital marketing, kewirausahaan dan peningkatan produktivitas usaha.
Selain KUR, Dewi juga memanfaatkan program pelatihan Growpreneur kerja sama BRI dengan SMESCO, kemudian pelatihan cara penjualan produk lewat e-commerce Shopee dan bazar-bazar yang digelar BRI.
"Terbaru, saya dapat info lagi dari BRI juga mengadakan pelatihan-pelatihan program Growpreneur. Saya ikut yang di Smesco pelatihan tentang UMKM juga, sama pelatihan Shopee, cara buka toko di Shopee kerja sama dengan BRI. Sama ikut bazar-bazar dari BRI, terbaru Bazar Festival Ramadan di kantor BRI RO 2 Jakarta," papar Dewi.
Usai mendapatkan ilmu digital marketing, Dewi berusaha memaksimalkan promosi lewat media sosial dan e-commerce.
Dia membuat video di reels instagram dan whatsapp dibalut dengan lagu-lagu kekinian. Video promosi yang dibuat Dewi dilirik netizen sampai ada yang direct message (DM) untuk memesan keripik tempe.
"Saya bikin promo-promo di instagram, whatsapp. Nah alhamdulillah dari situ ada orderan masuk. Iklan yang enggak berbayar. Cuma posting di reels terus pakai lagu-lagu yang lagi tren. Ada yang DM tuh. Ada orderan masuk juga dari instagram," kata Dewi.
"Kalau hari biasa bisa 4 kali. Tapi kalau lagi orderan banyak bisa 5-6 kali produksi karena minggu libur. Seminggu menghabiskan Rp1,1 juta untuk pembelian tepung tapioka, tempe, minyak goreng dan bumbu-bumbu. Total 15 kilo sekali produksi bisa menjadi 150 bungkus," lanjut dia.
Keripik tempe Rahayu36 kini bisa dibeli di berbagai retail modern, toko oleh-oleh hingga e-commerce. Dewi menitipkan keripik tempe di beberapa toko offline seperti 3 cabang toko Olin's Bakery di Bekasi dan Bogor.
Kemudian, outlet dimsum Bolekaka di Jatiwaringin dan Bintaro, outlet Samsat Bulak Kapal, Galeri Dinas Koperasi dan UMKM Kota Bekasi dan GS Supermarket.
Berikutnya, keripik tempe Rahayu36 juga bisa dibeli di Shopee, Tokopedia dan instagram. Keripik tempe kemasan 70 gram dibanderol dengan harga Rp15 ribu dan 215 gram dihargai Rp20 ribu.
Ada tiga varian rasa dari keripik tempe sagu ini yakni original, balado dan ayam bakar.
"Medsos di IG-nya Keripik 36.id di Shopee dan Tokopedia Rahayu36 Snack. Harganya kemasan 70 gram kita jual di harga Rp15 ribu. Kalau untuk yang kemasan 215 gram itu dijual di harga Rp20 ribu," kata Dewi.
merdeka.com
Dewi melanjutkan, keripik tempe buatannya sebentar lagi akan masuk retail Alfamart. Rahayu36 menjadi satu dari 20 UMKM di Bekasi yang lolos kurasi untuk penjualan produk di Alfamart.
"Dari 60 produk UMKM di Kota Bekasi terpilih 20 UMKM. Salah satunya keripik tempe sagu Rahayu36. Sedang proses sudah berjalan 6 bulan tinggal tunggu MoU. Semoga bisa dipercepat proses di Alfa jadi kita bisa mulai ngisi di retail modern," harap Dewi.
merdeka.com
Perkembangan usaha Dewi tak lepas dari keputusan meminjam modal usaha di BRI sampai 3 kali. Tercatat, Dewi pernah mengajukan plafon Rp10 juta, Rp25 juta dan Rp50 juta.KUR BRI dimanfaatkan untuk membeli alat produksi, menambah stok bahan hingga membeli kendaraan operasional.
"Sudah 3 kali di BRI, pertama Rp10 juta, kedua Rp25 juta dan terakhir Rp50 juta. Untuk alat produksi sama beli nyicil kendaraan operasional. Untuk kirim ke toko-toko," tutup Dewi.
Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengatakan, perseroan telah menyalurkan KUR senilai Rp27,2 triliun kepada 561.000 debitur sepanjang Januari-Februari 2024. Dengan realisasi KUR di awal tahun ini, BRI pun optimis dapat mencapai target tersebut.
Jika dihitung, penyaluran tersebut sekitar 16,5 persen dari total jatah KUR yang disalurkan BRI tahun ini,” kata Supari kepada wartawan.
merdeka.com
Supari mencatat, BRI mendapatkan kuota penyaluran KUR terbesar pada tahun 2024, yakni sebesar Rp165 triliun.
Adapun strategi bisnis mikro BRI di tahun 2024 akan fokus pada pemberdayaan berada di depan pembiayaan.
BRI sebagai bank yang berkomitmen kepada UMKM, juga telah memiliki kerangka pemberdayaan yang dimulai dari fase dasar, integrasi, hingga interkoneksi.