Geliat Industri Logam di Tarikolot, Mantan Driver Ojol Rasakan Manfaat KUR BRI saat Rintis Bisnis Panggangan
Banyaknya pengrajin di Kampung Tarikolot telah membentuk ekosistem industri logam yang besar.
Atas usulan sesama pengrajin, Ajudin akhirnya mengajukan kredit usaha rakyat (KUR) di Bank Rakyat Indonesia (BRI) untuk pertama kalinya
Geliat Industri Logam di Tarikolot, Mantan Driver Ojol Rasakan Manfaat KUR BRI saat Rintis Bisnis Panggangan
Rumah Ajudin dipenuhi tumpukan panggangan dan loyang-loyang kue yang siap dijual. Jumlahnya sampai ribuan pieces. Pesanan panggangan Ajudin sedang melonjak tinggi menjelang Iduladha.
Ajudin mondar mandir memindahkan panggangan yang sudah jadi ke bagian depan rumah. Dia rajin mengontrol 4 pekerjanya memproduksi panggangan karena pesanan sedang banyak. Proses produksi dilakukan Ajudin di bagian belakang rumah yang bersebelahan dengan dapur.Pekerja Ajudin terlihat sedang memotong dan membengkokkan logam panjang menjadi bentuk persegi panjang menggunakan cutter kacip. Pekerja lainnya bertugas mengelas logam agar tersambung menggunakan mesin spot welding.
Ajudin salah satu pelaku industri logam skala rumahan yang banyak dijumpai di Tarikolot, Citeureup, Bogor, Jawa Barat. Sebagian besar penduduk di kampung tersebut adalah pengrajin logam.
Produk yang dihasilkan berbeda-beda, mulai dari loyang, panggangan, cetakan kue dan perkakas logam lainnya.
Bila datang ke Tarikolot, banyak ditemukan pengrajin logam membawa tumpukan cetakan kue dengan motor. Mereka wara wiri menyusuri jalan-jalan sempit kampung menuju mobil bak. Produk mereka bakal dipasarkan ke toko-toko perabotan di kawasan Bogor dan berbagai daerah di Indonesia.
Banyaknya pengrajin di Kampung Tarikolot telah membentuk ekosistem industri logam yang besar. Tidak hanya sebagai pengrajin, di sana ada pemasok dan pelaku pemasaran.
Mantan Drivel Ojol
Ajudin menceritakan perjalanannya menjadi pengrajin panggangan di Tarikolot. Sebelum terjun merintis usaha yang diberi nama 'Kembar Jaya Abadi', Ajudin adalah driver online. Bosan di zona nyaman, Ajudin memutuskan keluar dari pekerjaannya dan beralih menjadi pengrajin logam pada 2022.
Sebelum resign, Ajudin sudah mempunyai bekal ilmu membuat perkakas rumah tangga berbahan logam itu dari sang kakak. Hampir saban hari dia membantu kakaknya membuat perabotan dari logam sepulang ngojek.
"Pulang kerja langsung bantuin kakak saya yang bikin produk ini, saya ikut-ikut setelah sekian lama saya punya ilmu saya terjun lah saya keluar dari zona nyaman. Pengen jadi pengusaha," kata Ajudin kepada merdeka.com, Sabtu (27/4).
merdeka.com
Awal merintis usaha, Ajudin menghabiskan biaya produksi Rp3 juta hasil tabungan selama menjadi driver online. Mulanya, Ajudin memproduksi panggangan ketika ada pesanan.
Ajudin mencoba memasarkan produk panggangannya lewat facebook dan whatsapp. Tak butuh waktu lama, panggangan Ajudin dilirik pembeli. Selain itu, dia ternyata punya kenalan toko perabotan di Pasar Citeureup yang siap menampung dagangannya.
"Sesuai PO seperti loyang tergantung permintaan. Kadang kalau banyak orderan kita barter dengan pengrajin lain yang sudah join. Jadi bisa tuker," ungkap Ajudin.
Usaha panggangan Ajudin mengalami kemajuan. Strategi pemasaran lewat media sosial facebook membuahkan hasil. Ajudin melayani pesanan dari luar pulau Jawa. Pesanan datang dari Lampung, Riau, Sumatera Utara dan Banten.
"Kita rutin ke Pasar Citereup, selain ke pasar kita ada pembeli di Lampung, Medan, Riau, Serang Banten. Pengiriman via ekspedisi. Dulu awalnya mereka pesan lihat ada iklan saya di market place, lalu minta wasap saya terus dia PO barang,"
kata Ajudin.
merdeka.com
Peran Permodalan KUR BRI
Perkembangan usaha mengharuskan Ajudin menambah permodalan. Dia harus banyak menyetok bahan baku logam karena permintaan datang dalam 'partai' besar. Rata-rata pembeli panggangan Ajudin adalah toko perabotan rumah tangga dan pemasok.
Atas usulan sesama pengrajin, Ajudin akhirnya mengajukan kredit usaha rakyat (KUR) di Bank Rakyat Indonesia (BRI) untuk pertama kalinya pada 2022. Jumlah pinjaman yang diajukan RpRp50 juta untuk 2 tahun dengan cicilan Rp2,2 juta per bulan.
"KUR itu insyaAllah sangat membantu usaha. Dari situ saya dikasih nomor handphone sama pengrajin ketemu mantri Mas Solah. Alhamdulillah pak Solah bisa membantu memproses pengajuan usaha sampai pencairan modal usaha. Ini pertama kali ambil KUR," papar Ajudin.
merdeka.com
KUR dipakai Ajudin untuk membeli alat produksi dan logam serta bahan baku lain. Ajudin dan 4 pekerja bisa memproduksi 200 buah panggangan dalam sehari. Panggangan kecil dibanderol Rp15 ribu, sementara ukuran besar Rp20 ribu.
Dari bisnis ini, Ajudin bisa meraup omzet Rp20 juta dalam satu bulan. Namun, jumlah tersebut belum dipotong bahan baku logam, bayar upah pekerja dan biaya produksi lain.
"Perkembangan alhamdulillah bisa modal jadi barang tambah banyak. Kalau perpanjang memang niatnya begitu karena butuh modal lagi untuk kembangin usaha saya," ujar dia.
Geliat Industri Logam Tarikolot
Tak sekadar cari cuan, kata Ajudin, pelaku industri logam di Tarikolot saling menopang satu sama lain. Saat seorang pengrajin kebanjiran pesanan, mereka tak sungkan meminta dagangan dari pengrajin lain untuk memenuhi permintaan.
Ajudin mengatakan, banyak rumah di Tarikolot berprofesi sebagai pengrajin. Seperti Ajudin yang menarik beberapa warga yang menganggur untuk membantu produksi.
"Dengan adanya produksi-produksi kayak kaleng-kaleng begini bisa membantu yang belum bekerja. Hampir semua warga adalah pengrajin," jelas Ajudin.
Banyaknya pengrajin logam itu menumbuhkan ekosistem usaha yang membuat Tarikolot terkenal. Dia juga bersyukur usaha panggangan miliknya bisa membantu meningkatkan perekonomian warga Tarikolot, terutama bagi mereka yang menganggur.
"Semoga orderan tambah banyak jadi bisa bantu yang nganggur di sini lah. Biar mereka kerja jadi ada pemasukan untuk keluarga mereka," tutup Ajudin.
Penyaluran KUR BRI 2024
Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengatakan, perseroan telah menyalurkan KUR senilai Rp27,2 triliun kepada 561.000 debitur sepanjang Januari-Februari 2024.
Dengan realisasi KUR di awal tahun ini, BRI pun optimis dapat mencapai target tersebut.
“Jika dihitung, penyaluran tersebut sekitar 16,5 persen dari total jatah KUR yang disalurkan BRI tahun ini,” kata Supari kepada wartawan.
Supari mencatat, BRI mendapatkan kuota penyaluran KUR terbesar pada tahun 2024, yakni sebesar Rp165 triliun. Adapun strategi bisnis mikro BRI di tahun 2024 akan fokus pada pemberdayaan berada di depan pembiayaan.