Mengulas Perjuangan Adang Muhidin Bikin Bambu Mendunia dengan Dukungan BRI
Produk Virage Awie pun semakin mendunia dikenal di mancanegara, seperti Prancis, Jepang, Filipina, India dan Malaysia.
Adang Muhidin terpuruk. Mencoba bangkit karena terjerat utang. Terus memutar otak mencari peluang usaha. Perenungannya di sebuah masjid mendatangkan berkah pada 2011 silam.
Pria berambut gondrong itu menceritakan ketika dirinya memutuskan kembali ke Indonesia pada 2006. Adang sudah menuntaskan kuliah strata 2 di Jerman. Hingga 2009 usaha yang dijalani gagal total.
Akhirnya Adang mendapat inspirasi ketika melihat bilah-bilah bambu di masjid. Esok harinya saat di rumah, Adang melihat orkestra di televisi. Sebuah biola menarik perhatiannya.
"Pertama saya bikin biola dari bambu. Saya enggak bisa bermain musik tapi ingin menciptakan alat musik. Setelah biola lalu gitar dan bass," kata Adang di Virage Awie Jalan Raya Batujajar, Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat, Jumat (9/8).
Karya Adang akhirnya dibawa ke pameran pameran Java Jazz di Jakarta pada 2013 lalu. Sempat tidak percaya dirinya hanya biola yang dipamerkan. Ternyata dugaannya keliru, justru booth-nya paling ramai dikunjungi.
Dari situ karya Adang dikenal sampai diminati negara lain. Adang pun akhirnya meminta alat musik lain yang sempat dipulangkan ke Bandung dibawa balik lagi ke Jakarta.
"Biola bambu dibeli orang Jepang Rp3,5 juta rupiah. Bass dibeli Rp4 juta oleh orang Rumania," tuturnya.
Hasil penjualan digunakan Adang sebagai modal awal untuk meningkatkan produksi dan penjualannya. Dia pun mantap menggunakan merek dagang Virage Awie. Virage Awie berasal dari kata Pirage Awi dalam bahasa sunda yang berarti "hanya bambu".
Dukungan BRI di 2014
Usaha Adang semakin berkembang ketika mendapat dukungan dari Bank Rakyat Indonesia (BRI). Virage Awie menjadi salah satu klaster usaha binaan BRI. Lewat dukungan BRI pada 2014, hak cipta alat musik bambu dari Virage Awie dipatenkan.
Produk Virage Awie pun semakin mendunia dikenal di mancanegara, seperti Prancis, Jepang, Filipina, India dan Malaysia. Bahkan, Presiden Jokowi melalui ajudannya pada 2017 memesan drum bambu karya Adang.
"Tahun itu saya ketemu BRI akhirnya alat musik kami punya HAKI (Hak Kekayaan Intelektual)," ungkapnya.
Selain itu, ia juga sempat mendapatkan bantuan lewat Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan nilai ajuan Rp10 juta rupiah. Lain dari itu, Virage Awi mendapat bantuan penyediaan alat produksi.
Kerajinan bambu Virage Awi, aku Adang, terus berkembang seperti tidak hanya memproduksi alat musik saja, juga merambah ke kerajinan lainnya seperti jam tangan bambu, alat makan bambu, wadah minum bambu, speaker bambu, konstruksi bangunan, hingga kuliner.
Tidak hanya fokus di aspek produksi, Virage Awie kini menjadi semacam akedemi yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat dalam bentuk pelatihan usaha, termasuk untuk para disabilitas.
Beberapa kelompok usaha itu di antaranya Kelompok Wanita Kreatif Tanginas yang olahan kuliner berbahan dasar anak buluh bambu atau rebung, contohnya diolah menjadi mustofa rebung, simping rebung, semprong, pangsit hingga brownis rebung.
Adapula, Kelompok Wanita Kreatif Motekar yang produksi kerupuk daun bambu. Selain itu, Kelompok Usaha Kerajinan Difabel. "Sampai sekarang BRI support kami," aku Adang.
Komitmen BRI Pada UMKM
Direktur Mikro BRI Supari mengungkapkan bahwa BRI memiliki komitmen terus mendampingi dan membantu pelaku UMKM lewat program Klasterkuhidupku. Program ini menjadi wadah yang dapat dimanfaatkan pelaku UMKM mengembangkan bisnisnya.
Dengan pemberdayaan dan pendampingan tersebut, pelaku UMKM dapat mengembangkan produknya dan memperluas usaha. Selanjutnya, UMKM yang tumbuh dapat menjadi inspirasi bagi pelaku usaha di daerah lain.
"Kami berkomitmen untuk terus mendampingi dan membantu pelaku UMKM. Tidak hanya memberikan modal usaha, tetapi juga melalui pelatihan-pelatihan usaha dan program pemberdayaan lainnya, sehingga UMKM dapat tumbuh dan berkembang. Semoga kisah Klaster Bambu Pirage Awie dapat menjadi cerita inspiratif yang bisa ditiru oleh pelaku UMKM di daerah lain," tandas Supari.