Kisah di Balik Keripik Bronis Khas Bojonegoro, Berawal dari Ibu Tunggal Cari Uang untuk Biaya Sekolah Anak
Bisnis yang kini dikenal dengan merek Cha-Cha Bakery ini ia mulai sesaat setelah dirinya bercerai dari sang suami.

Ia memulai bisnis ini tak lama setelah bercerai.

Kisah di Balik Keripik Bronis Khas Bojonegoro, Berawal dari Ibu Tunggal Cari Uang untuk Biaya Sekolah Anak

Kusnul Rachmawati, warga Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, meninggalkan bisnis salon dan rias manten, lalu memilih merintis bisnis di bidang makanan khusunya aneka kue kering dan basah.
“Saya memulai usaha kue ini sejak 12 tahun lalu,” terang Kusnul kepada Merdeka.com, Sabtu (27/4/2024).

Usai cerai, Kusnul pulang ke rumah orang tuanya di Kecamatan Baureno, perbatasan Kabupaten Bojonegoro dengan Kabupaten Lamongan.
“Saat itu sebagai single parent dan harus membiayai anak-anak sekolah, saya bikin bronis kukus dan sambal pecel (untuk dijual),” ungkap Kusnul.

Tantangan
Sebagaimana perintis UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) lain, Kusnul juga mengalami berbagai tantangan dalam mengelola bisnisnya. Mulai dari harga bahan baku yang naik turun hingga persaingan produk sama dengan pebisnis lain.
Kusnul menambah varian produknya agar lebih beragam. Selain bronis kukus, kini Cha-Cha Bakery memproduksi bronis panggang, almond krispi, keripik bronis, donat kentang, dan minuman.
“Saya berusaha memperluas pasar, agar bisa masuk swalayan atau toko modern di Bojonegoro, Lamongan, Tuban, bahkan Malang dan Surabaya,” jelasnya.
Kusnul juga mempromosikan dagangannya melalui berbagai media sosial, mulai Instagram, TikTok, dan Facebook.

Ia juga tergabung dengan komunitas IKM (Industri Kecil dan Menengah) Bojonegoro. Hal ini membuat jejaringnya semakin luas. Bronis panggang dan keripik bronis Cha-Cha Bakery jadi produk andalan yang sering diikutsertakan dalam bazar UMKM tingkat kabupaten maupun provinsi.
Makin Berkembang
Kusnul menambahkan, salah satu faktor penting lain yang menjadi bisnisnya bisa berkembang seperti sekarang yakni program KUR (Kredit Usaha Rakyat) BRI.
“Selain bunganya rendah, persyaratannya juga mudah,” tuturnya.
Dia menggunakan pinjaman modal dari BRI untuk membeli mesin produksi dan membuat kemasan premium. Berkat kemasan premium itu, Kusnul semakin percaya diri setiap kali mengikuti bazar UMKM.
Bahkan, kini Kusnul tidak hanya memiliki toko oleh-oleh khas Bojonegoro untuk menjual aneka kue bikinannya. Tepat di samping di toko tersebut, ia membuka kafe.

“KUR itu pinjaman modal agar pelaku UMKM semakin berkembang,” jelas Bambang saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (7/3/2024).

Sekilas KUR BRI
Mengutip situs resmi BUMN, BRI merupakan bank penyalur utama program KUR dengan rata-rata kontribusi sebesar 70-75% dari total penyaluran yang dilakukan oleh Himpunan Bank Milik Negara (Himbara).
Pada tahun 2021 realisasi penyaluran KUR BRI Rp195,6 triliun atau 75% dari total kuota Himbara Rp262,9 triliun.
Tahun 2022 kuota KUR yang diperoleh BRI sebesar Rp254,1 triliun atau 76,5% dari kuota KUR Himbara sebesar Rp332,7 triliun.
Pada tahun 2023, BRI mendapatkan alokasi penyaluran KUR terbesar senilai Rp270 triliun dari total besaran Rp450 triliun yang dianggarkan pemerintah pusat.

Rata-rata rasio penyaluran KUR BRI terhadap rumah tangga secara nasional mencapai 9,5%. Artinya dari 100 rumah tangga, sebanyak 9,5 nya telah memperoleh layanan KUR. Rasio tersebut terus mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan jangkauan KUR BRI semakin luas.