Jenis-jenis Pil Darah Tinggi dan Efek Sampingnya yang Perlu Diketahui
Berikut jenis-jenis pil darah tinggi dan efek sampingnya.

Pil darah tinggi atau yang dikenal juga sebagai obat antihipertensi adalah sekelompok obat yang digunakan untuk menurunkan dan mengontrol tekanan darah pada penderita hipertensi. Hipertensi sendiri didefinisikan sebagai kondisi di mana tekanan darah seseorang secara konsisten berada di atas nilai normal yaitu lebih dari 130/80 mmHg.
Obat-obatan ini bekerja dengan berbagai mekanisme untuk membantu melebarkan pembuluh darah, mengurangi volume darah, atau menurunkan denyut jantung. Tujuan utamanya adalah untuk mencegah komplikasi serius akibat tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol. Seperti penyakit jantung, stroke, dan kerusakan ginjal.
Penting untuk dipahami bahwa pil darah tinggi bukan obat yang menyembuhkan hipertensi secara permanen. Obat-obatan ini umumnya perlu dikonsumsi dalam jangka panjang, bahkan seumur hidup, untuk menjaga tekanan darah tetap dalam rentang normal.
Penggunaan obat antihipertensi harus selalu di bawah pengawasan dokter dan disertai dengan perubahan gaya hidup yang lebih sehat. Apa saja jenis-jenis pil darah tinggi dan efek sampingnya?
Melansir dari berbagai sumber, Jumat (21/3) simak ulasan informasinya berikut ini.
Jenis-Jenis Pil Darah Tinggi
Terdapat beberapa golongan utama obat antihipertensi yang umum digunakan. Masing-masing memiliki cara kerja yang berbeda dalam menurunkan tekanan darah:
1. ACE Inhibitor (Penghambat ACE)
Obat ini bekerja dengan menghambat produksi enzim angiotensin converting enzyme (ACE), sehingga mengurangi pembentukan hormon angiotensin II yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Contoh obat golongan ini:
- Captopril
- Lisinopril
- Ramipril
- Enalapril
2. Angiotensin Receptor Blocker (ARB)
ARB memblokir efek hormon angiotensin II pada reseptor di pembuluh darah, sehingga mencegah penyempitan pembuluh darah. Contoh obat ARB:
- Valsartan
- Losartan
- Candesartan
- Irbesartan
3. Calcium Channel Blocker (CCB)
Obat ini menghambat masuknya kalsium ke dalam sel otot jantung dan pembuluh darah, sehingga melemaskan pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah. Contoh CCB:
- Amlodipine
- Nifedipine
- Diltiazem
- Verapamil
4. Diuretik
Diuretik membantu tubuh mengeluarkan kelebihan air dan garam melalui urin, sehingga mengurangi volume darah dan menurunkan tekanan darah. Contoh diuretik:
- Furosemide
- Hydrochlorothiazide
- Indapamide
- Spironolactone
5. Beta Blocker
Beta blocker memperlambat detak jantung dan mengurangi kekuatan kontraksi jantung, sehingga menurunkan tekanan darah. Contoh beta blocker:
- Metoprolol
- Atenolol
- Bisoprolol
- Propranolol
Pemilihan jenis obat antihipertensi akan disesuaikan oleh dokter berdasarkan kondisi pasien, tingkat keparahan hipertensi, adanya penyakit penyerta, serta respon tubuh terhadap pengobatan. Seringkali, kombinasi dari beberapa jenis obat diperlukan untuk mengontrol tekanan darah secara optimal.
Cara Kerja Obat Antihipertensi
Obat antihipertensi bekerja melalui berbagai mekanisme untuk menurunkan tekanan darah. Berikut penjelasan lebih detail tentang cara kerja masing-masing golongan obat:
1. ACE Inhibitor
ACE Inhibitor menghambat enzim yang mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II. Angiotensin II adalah hormon yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan meningkatkan retensi air dan garam oleh ginjal. Dengan mengurangi produksi angiotensin II, pembuluh darah menjadi lebih rileks dan melebar, sehingga tekanan darah menurun.
2. Angiotensin Receptor Blocker (ARB)
ARB bekerja dengan cara yang mirip dengan ACE Inhibitor, tetapi lebih spesifik. Obat ini langsung memblokir reseptor angiotensin II di pembuluh darah, sehingga mencegah efek penyempitan pembuluh darah yang disebabkan oleh hormon tersebut. Hasilnya adalah pelebaran pembuluh darah dan penurunan tekanan darah.
3. Calcium Channel Blocker (CCB)
CCB menghambat masuknya ion kalsium ke dalam sel otot jantung dan pembuluh darah. Kalsium diperlukan untuk kontraksi otot, termasuk otot jantung dan pembuluh darah. Dengan mengurangi masuknya kalsium, CCB membuat pembuluh darah lebih rileks dan melebar, serta mengurangi beban kerja jantung.
4. Diuretik
Diuretik bekerja di ginjal untuk meningkatkan produksi urin. Ini membantu tubuh mengeluarkan kelebihan air dan garam. Pengurangan volume cairan dalam aliran darah ini menurunkan tekanan pada dinding pembuluh darah, sehingga menurunkan tekanan darah secara keseluruhan.
5. Beta Blocker
Beta blocker memblokir efek hormon adrenalin dan noradrenalin pada reseptor beta di jantung dan pembuluh darah. Ini menyebabkan penurunan denyut jantung dan kekuatan kontraksi jantung. Hasilnya adalah pengurangan jumlah darah yang dipompa oleh jantung, yang pada gilirannya menurunkan tekanan darah.
Dosis dan Aturan Pakai
Dosis dan aturan pakai obat antihipertensi sangat bervariasi tergantung pada jenis obat, kondisi pasien, dan respon terhadap pengobatan. Berikut adalah panduan umum untuk beberapa jenis obat antihipertensi:
1. ACE Inhibitor
- Captopril: Dosis awal 12,5-25 mg 2-3 kali sehari, dapat ditingkatkan hingga 50 mg 3 kali sehari.
- Lisinopril: Dosis awal 10 mg sekali sehari, dapat ditingkatkan hingga 20-40 mg sekali sehari.
2. Angiotensin Receptor Blocker (ARB)
- Valsartan: Dosis awal 80 mg sekali sehari, dapat ditingkatkan hingga 160-320 mg sekali sehari.
- Losartan: Dosis awal 50 mg sekali sehari, dapat ditingkatkan hingga 100 mg sekali sehari.
3. Calcium Channel Blocker (CCB)
- Amlodipine: Dosis awal 5 mg sekali sehari, dapat ditingkatkan hingga 10 mg sekali sehari.
- Nifedipine: Dosis bervariasi tergantung formulasi, umumnya 30-60 mg sekali sehari untuk bentuk lepas lambat.
4. Diuretik
- Furosemide: Dosis awal 20-40 mg sekali sehari, dapat ditingkatkan sesuai kebutuhan.
- Hydrochlorothiazide: Dosis umum 12,5-25 mg sekali sehari.
5. Beta Blocker
- Metoprolol: Dosis awal 25-100 mg dua kali sehari, dapat ditingkatkan hingga 200 mg dua kali sehari.
- Atenolol: Dosis umum 25-100 mg sekali sehari.
Penting untuk diingat:
- Dosis awal biasanya lebih rendah dan dapat ditingkatkan secara bertahap sesuai respon pasien.
- Obat antihipertensi umumnya diminum pada waktu yang sama setiap hari untuk menjaga efektivitasnya.
- Beberapa obat lebih baik diminum di pagi hari, sementara yang lain mungkin lebih cocok diminum malam hari.
- Jangan pernah menghentikan atau mengubah dosis obat tanpa konsultasi dengan dokter.
- Jika lupa minum obat, segera minum begitu ingat. Namun, jika sudah mendekati waktu dosis berikutnya, lewati dosis yang terlupa dan lanjutkan dengan jadwal normal.
Efek Samping
Seperti obat-obatan lainnya, pil darah tinggi juga dapat menyebabkan efek samping. Efek samping ini bervariasi tergantung pada jenis obat dan respon individual pasien. Berikut adalah beberapa efek samping umum dari berbagai golongan obat antihipertensi:
1. ACE Inhibitor
- Batuk kering yang persisten
- Pusing atau sakit kepala
- Kelelahan
- Peningkatan kadar kalium dalam darah
- Reaksi alergi (jarang terjadi)
2. Angiotensin Receptor Blocker (ARB)
- Pusing
- Sakit kepala
- Kelelahan
- Peningkatan kadar kalium dalam darah
3. Calcium Channel Blocker (CCB)
- Pembengkakan pada kaki atau pergelangan kaki
- Pusing
- Sakit kepala
- Muka memerah
- Sembelit (terutama untuk verapamil)
4. Diuretik
- Peningkatan frekuensi buang air kecil
- Dehidrasi
- Penurunan kadar kalium dalam darah (kecuali diuretik hemat kalium)
- Peningkatan kadar asam urat
- Pusing atau sakit kepala
5. Beta Blocker
- Kelelahan
- Tangan dan kaki dingin
- Pusing
- Gangguan tidur
- Depresi (jarang terjadi)
- Penurunan libido
Penting untuk diingat:
- Tidak semua orang akan mengalami efek samping, dan banyak efek samping bersifat ringan dan sementara.
- Beberapa efek samping mungkin hilang seiring waktu saat tubuh menyesuaikan diri dengan obat.
- Jika efek samping mengganggu atau tidak kunjung hilang, konsultasikan dengan dokter. Jangan menghentikan obat secara tiba-tiba tanpa petunjuk dokter.
- Segera hubungi dokter jika mengalami efek samping yang serius seperti reaksi alergi, kesulitan bernapas, atau detak jantung yang tidak teratur.
Dokter akan mempertimbangkan potensi efek samping saat memilih obat yang tepat untuk setiap pasien. Jika satu jenis obat menyebabkan efek samping yang tidak dapat ditoleransi, dokter mungkin akan mengganti dengan jenis obat lain atau mengubah dosisnya.
Tips Penggunaan yang Aman
Untuk memastikan penggunaan pil darah tinggi yang aman dan efektif, ikuti tips-tips berikut:
1. Patuhi Resep Dokter
Selalu ikuti petunjuk dokter mengenai dosis dan frekuensi penggunaan obat. Jangan mengubah dosis atau menghentikan pengobatan tanpa konsultasi terlebih dahulu.
2. Konsistensi Waktu Minum Obat
Usahakan untuk minum obat pada waktu yang sama setiap hari. Ini membantu menjaga tingkat obat yang stabil dalam tubuh.
3. Jangan Lewatkan Dosis
Jika lupa minum obat, segera minum begitu ingat. Namun, jika sudah mendekati waktu dosis berikutnya, lewati dosis yang terlupa dan lanjutkan dengan jadwal normal.
4. Pantau Tekanan Darah Secara Teratur
Lakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin, baik di rumah maupun saat kunjungan ke dokter. Catat hasilnya untuk didiskusikan dengan dokter.
5. Waspadai Interaksi Obat
Informasikan kepada dokter tentang semua obat, suplemen, dan herbal yang Anda konsumsi untuk menghindari interaksi yang tidak diinginkan.
6. Perhatikan Efek Samping
Kenali efek samping potensial dari obat Anda. Jika mengalami efek samping yang mengganggu, konsultasikan dengan dokter.
7. Jaga Gaya Hidup Sehat
Kombinasikan pengobatan dengan pola makan sehat, olahraga teratur, dan manajemen stres untuk hasil yang optimal.
8. Hindari Alkohol dan Rokok
Alkohol dan rokok dapat memengaruhi efektivitas obat dan meningkatkan risiko komplikasi.
9. Persiapkan Obat Saat Bepergian
Jika bepergian, pastikan membawa persediaan obat yang cukup. Simpan obat dalam kemasan aslinya.
10. Rutin Kontrol ke Dokter
Lakukan pemeriksaan rutin sesuai jadwal yang ditentukan dokter untuk evaluasi pengobatan dan penyesuaian dosis jika diperlukan.