Mengenal Mardiah, 'Duta' Pengentasan Kemiskinan Perkotaan dari Cipedak
Sosok Mardiah bukan sekadar pelaku usaha camilan ringan. Dia seperti duta pengentasan kemiskinan perkotaan dari Cipedak.
Sosok Mardiah bukan sekadar pelaku usaha camilan. Dia bak duta pengentasan kemiskinan bagi ibu-ibu di tempat tinggalnya.
Mengenal Mardiah, 'Duta' Pengentasan Kemiskinan Perkotaan dari Cipedak
Mardiah baru pulang Jumat sore pukul 15.00 WIB. Selepas mengisi kegiatan sosialisasi wirausaha bersama ibu-ibu di Kelurahan Cipedak, Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Sebagai anggota Pekerja Sosial Masyarakat (PSM), Mardiah berinisiatif menumbuhkan kesadaran ibu-ibu untuk berani produktif dengan membuka usaha.
Keringatnya belum juga kering. Sesekali tangannya menyeka keringat. Wajahnya terlihat lelah. Tapi, Mardiah masih bersemangat memindahkan dagangan dari dapur produksi ke ruangan depan rumahnya yang difungsikan sebagai outlet.
Ketika memasuki ruangan berukuran 3x2 meter itu, terlihat dagangan Mardiah yang dipajang di etalase dan rak-rak kayu. Kebanyakan camilan ringan berbahan dasar singkong seperti keripik singkong, slondok, opak. Ada juga aneka kue dan makanan khas Betawi seperti kembang goyang, akar kepala hingga rempeyek.
Sosok Mardiah bukan sekadar pelaku usaha camilan. Dia bak duta pengentasan kemiskinan bagi ibu-ibu di tempat tinggalnya. Lewat usaha keripik singkong yang menjadi produk andalannya, Mardiah menggerakkan ibu-ibu untuk belajar berwirausaha.
Mardiah awalnya merintis usaha keripik singkong pada 2006 silam. Berbekal resep turun temurun dari orang tuanya.
Perlahan, penjualan camilan yang diberi nama keripik singkong 'Ibu Mardiah' itu ramai peminat. Mardiah kewalahan bila harus memproduksi sendiri.
"Kalau usaha saya sendiri sejak 2006. Sendiri kurang kuat, kalau berkelompok lebih mudah," ujar Mardiah kepada merdeka.com, Jumat (22/3).
Ide pendirian Kube ini berawal ketika Mardiah mengikuti program Usaha Ekonomi Produkti (UEP) dari Dinas Sosial DKI Jakarta.
Sejak mendirikan Kube, Mardiah berkomitmen usahanya tidak boleh hanya mencari keuntungan. Tetapi, bisa memberikan manfaat sosial kepada masyarakat, khususnya ibu-ibu.
Kube Alkesa ini diharapkan menjadi ruang belajar dan berkarya bagi ibu-ibu, di samping mencari rezeki tambahan untuk keluarga mereka. Wanita asli Jakarta ini bercita-cita Kube ini bisa berkontribusi menurunkan kemiskinan perkotaan lewat pemberdayaan ibu-ibu.
"Saya berharap masyarakat tergerak, setelahnya warga miskin terangkat secara ekonomi. Semua berangkat dari tujuan bersama yaitu pengentasan kemiskinan perkotaan," terang Mardiah.
merdeka.com
Setelah diberi pelatihan, ibu-ibu mulai memproduksi keripik singkong dari rumah masing-masing. Singkong dibersihkan, dikukus, diiris dan dijemur sampai kering menjadi bahan baku setengah jadi.
Para ibu-ibu lalu mengantarkan singkong itu ke rumah Mardiah untuk diolah dengan resep racikan keluarga.
"Ada yang bagian mengiris, ada yang bikin keripik singkong, ada yang terlibat dalam pemasaran, mereka ikut menjual langsung produk-produk," kata Mardiah.
Dalam sepekan, ibu-ibu anggota Alkesa rata-rata memproduksi 50 kilogram singkong setengah jadi. Tiap satu kilogram dihargai Rp24 ribu. Mereka akan mendapat keuntungan 30 persennya.
Bila dihitung, ibu-ibu bisa mengantongi Rp360 ribu per pekan. Namun bila pesanan ramai, pendapatan ibu-ibu itu bisa mencapai Rp700 ribu.
"Mereka mendapatkan 30 persen keuntungan dari singkong setengah jadi. mereka iris, keringkan 24 ribu sekilo setengah jadi. Setelah jadi, saya menjualnya Rp45-50 ribu per kilogram tergantung pemasaran," tutur dia.
Mardiah juga memberikan kebebasan bila ibu-ibu mau membantu proses pemasaran. Atau pun bila ibu-ibu itu punya sedikit modal, Mardiah mempersilakan untuk menjadi reseller Kube Alkesa Lestari.
Meski beranggotakan 10 orang, Mardiah bercerita dampak Kube sangat besar bagi anggota dan warga lain.
Inspirasi Calon UMKM
Dia mengaku sebanyak 40-50 orang pernah belajar membuat makanan ringan atau langkah-langkah membangun usaha ke Kube Alkesa. Dia merasa bangga bisa menginspirasi banyak orang untuk menjadi pelaku usaha.
"Di luar itu banyak orang-orang terinspirasi, termotivasi membuat usaha sendiri. Kalau bisa dihitung jari sih di sekitar sini ada 40-50 keluarga yang ikut dan termotivasi dengan Kube Alkesa Lestari," papar Mardiah.
Seorang anggota Kube Alkesa Lestari, Khatijah mengaku makin percaya diri dan produktif sejak dibimbing Mardiah membuat beragam camilan ringan. Sebelum bergabung ke Kube 2015, Khatijah hanya ibu rumah tangga tanpa penghasilan.
Dia bersyukur sekarang bisa membantu keuangan keluarga dan terampil membuat keripik singkong. Khatijah bisa memiliki tabungan dan membantu biaya rumah tangga dari hasil produksi keripik singkong.
"Masyarakat mendukung dan terbantu sekali adanya Kube. Kita bisa bantu produksi buat penghasilan tambahan. Kalau dalam sebulan, kita biasanya terima dari Bu Mar sekitar Rp2.800.000 - 3.000.000 juta. Semua tergantung banyak sedikitnya produk yang terjual," ujar Khatijah.
Mardiah membeberkan strategi agar produk Alkesa Lestari tetap laris manis. Mardiah bekerjasama dengan Dinas-Dinas di Pemprov DKI hingga kelurahan untuk memasarkan dagangannya.
Produk Kube Alkesa biasanya dijadikan suvenir atau camilan saat kegiatan. Mardiah mengungkapkan, kini omzet penjualan produk Kube sebesar Rp15 juta per bulan. Angka tersebut belum dipotong belanja bahan baku dan biaya produksi lainnya."Kalau dinas-dinas, setiap dinas banyak acara ya, alhamdulillah keripik singkong ibu Mardiah itu banyak dijadikan suvenir. Itu yang enggak ada matinya. Karena saya juga aktif di kegiatan PKK, kegiatan Jumantik, kegiatan sosial PSM," kata Mardiah.
Makin Berkembang Lewat KUR BRI
Pada awal berdiri, Kube Alkesa mendapatkan modal sebesar Rp20 juta dari Pemprov DKI. Mardiah dan kawan-kawan juga mendapatkan peralatan pendukung kegiatan kewirausahaan seperti kompor gas, boks kontainer, blender, mixer, etalase kaca, sealer press, penggorengan, dan pouch pengemas pada 2021.
Usaha camilan ringan khas Betawi yang dijalankan Kube Alkesa makin produktif dan menggeliat. Mardiah memberanikan diri menambah modal untuk pengembangan usaha. Pilihan jatuh pada Kredit Usaha Rakyat (KUR) ke Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Ciganjur.
Mardiah mengajukan KUR Kecil pada tahun 2021 dengan nominal Rp200 juta selama lima tahun. Pinjaman modal itu dimanfaatkan Mardiah untuk memperbanyak produksi, gaji anggota dan non-anggota Alkesa, menambah bahan baku hingga pemasaran.
Selain KUR, Mardiah sering mengikuti kegiatan bazar UMKM dan pameran yang digelar BRI dan instansi pemerintah. Produk Alkesa Lestari wara wiri ke bazar Localoka BRI, Lokakarya hingga BRILian Sahabat UMKM.
Dari situs resmi BRI, Localoka bertujuan memberikan ruang pamer/showcase dan store produk kelompok Binaan BRI sehingga membuka pasar kepada masyarakat.Produk camilan ringan Alkesa Lestari bisa dibeli dari berbagai marketplace seperti Instagram, Grab, Go Food, Shopee, Tokopedia, Blibli hingga Bukalapak.
Mardiah berharap, camilan yang diproduksi bersama ibu-ibu Cipedak bisa merambah ritel modern. Tujuan lainnya ibu-ibu bisa mandiri dan makanan khas Betawi tetap lestari.