Legitnya Usaha Dodol Caringin, Wiwin Andalkan KUR BRI untuk Kembangkan Bisnis sampai Bertahan 15 Tahun
Legitnya Usaha Dodol Caringin, Wiwin Andalkan KUR BRI untuk Kembangkan Bisnis sampai Bertahan 15 Tahun
Usaha dodol yang diberi nama Dodol Wiwin Caringin (DWC) itu dirintis sejak 2008.
Legitnya Usaha Dodol Caringin, Wiwin Andalkan KUR BRI untuk Kembangkan Bisnis sampai Bertahan 15 Tahun
Wajan besar berdiri di atas tungku api yang menyala dari tumpukan kayu bakar. Di dalamnya, berisi adonan dodol berwarna putih. Adonan itu terdiri dari tepung ketan, gula merah dan santan kelapa.
Teh Wiwin harus terus mengaduk adonan dodol itu berjam-jam menggunakan pengaduk kayu menyerupai dayung. Bila berhenti, adonan menjadi keras dan rasanya tidak merata. Asap putih dan hawa panas menyebar ke seluruh dapur produksi.Adonan dodol akan diaduk sampai berwarna kehitaman. Gerakan mengaduk makin berat karena adonan dodol makin mengental. Proses itu begitu menguras energi. Teh Wiwin bergantian dengan dua pekerjanya untuk mengaduk dodol sampai semua adonan menyatu sempurna.
Ketika satu orang mengaduk dodol, pekerja lainnya bertugas menyiapkan adonan. Mulai memeras santan dari kelapa yang sudah diparut. Kemudian, mencampurkannya dengan tepung ketan dan gula merah.
Teh Wiwin adalah pelaku usaha dodol yang berada di Caringin, Bogor, Jawa Barat. Usaha dodol yang diberi nama Dodol Wiwin Caringin (DWC) itu dirintis sejak 2008.
Ilmu membuat dodol itu merupakan warisan dari orang tua Wiwin. Awalnya, Wiwin hanya iseng-iseng ingin berwirausaha karena tidak mau terus menerus bekerja di bawah kendali orang lain. Setelah berdiskusi dengan sang suami, Wiwin memutuskan membuat usaha dodol.
"Saya pikir kerja disuruh-suruh orang terus enggak bebas ya. Kita coba aja ya buka usaha dodol. Terus tanya sama ibu, yaudah dicoba aja dulu. Mudah-mudahan, di sini ada penerusnya kan yang bikin dodol. Karena orang tua sebagai pengrajin dodol sudah pada tua," kata Wiwin saat berbincang dengan merdeka.com, Jumat (19/4).
Ketika awal berjualan, Wiwin memproduksi 10 kilogram dodol dalam satu hari. Setelah jadi, Wiwin diantar suami berkeliling kampung menawarkan dodol buatannya setiap hari. Dodol dagangan Wiwin juga dititipkan ke warung-warung di wilayah Caringin.
"Waktu pertama teh Wiwin menjajakan bareng suami, masuk-masukin ke warung-warung. Terus jualan ke kompleks-kompleks, di situ saja. Selama seminggu ngider, nitip di warung-warung saya titipin, seminggu sekali saya ambil," ungkap Wiwin.
merdeka.com
Gencarnya promosi DWC pun berbuah hasil. Banyak lidah warga Caringin cocok dengan dodol buatan Wiwin.
Dodol Wiwin bertekstur lembut dengan perpaduan rasa manis gula aren dan gurihnya santan kelapa. Rasa dodol Wiwin makin khas karena dimasak dengan cara tradisional memakai kayu bakar.
Pelanggan Wiwin pun akhirnya mulai banyak datang ke rumah untuk memesan dodol. Bahkan, warung-warung menanyakan bila Ibu tidak menitipkan lagi dagangannya.
"Sudah pada tahu, kok teh Wiwin sudah enggak ngider, orang sudah banyak yang tahu datang ke rumah. Pernah juga jualan di pabrik-pabrik," ujar Wiwin.
Strategi Berbisnis Dodol
Usaha dodol Wiwin sudah bertahan selama 16 tahun. Wiwin buka-bukaan soal strategi yang membuat usahanya tetap awet dan berkembang. Faktornya adalah Wiwin selalu mengutamakan kualitas rasa dan kepuasan konsumen.
Pada saat harga bahan baku naik, Wiwin tidak pernah menurunkan bahan-bahan dengan harga yang lebih murah. Dodol Wiwin selalu memakai bahan kualitas nomor wahid. Hal tersebut juga karena permintaan dari konsumen yang tidak ingin rasa dari dodol Wiwin menjadi berbeda.
"Kualitas jangan diubah, rasa, packaging akan kita buat lebih baik lagi. Ketan yang kita pakai kualitas nomor satu, karena kalau ganti ketan biasanya rasa beda dikomplain pelanggan," ungkap Wiwin.
merdeka.com
Gabung Forum UMKM
Demi meningkatkan omzet penjualan, Wiwin tak pernah puas memperkaya ilmu kewirausahaan. Wiwin rutin mengikuti program Wirausaha Baru (WUB) yang digelar Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Bogor. Lewat program ini, Wiwin belajar teknik-teknik pemasaran dan pengemasan.
Selain itu, mantan pegawai pabrik ini pernah mengikuti pelatihan sertifikasi halal dan ketahanan pangan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor. Dodol Wiwin telah bersertifikasi izin Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT).
Wiwin menyadari, dua sertifikasi ini menjadi modal penting bagi pelaku usaha kuliner. Konsumen akan lebih percaya membeli dodol buatan Wiwin bila sudah mengantongi dua sertifikat tersebut.
"Paling saya ikutan di Dinas Koperasi dan Dinas Perindustrian, kayak pelatihan sertifikasi halal, pelatihan pemasaran. Masuknya ke wirausaha baru (WUB). Ikutan juga dinas kesehatan PIRT buat sertifikasi halal dan ketahanan pangan,"
kata Wiwin.
merdeka.com
Manis pahitnya berbisnis dodol sudah dirasakan Wiwin. Dia bersyukur usaha dodol miliknya berkembang pesat setelah melewati banyak 'gelombang'.
Bila dulu Wiwin hanya bisa memproduksi 10 kilogram, saat ini produksi DWC bisa mencapai 25 kilogram dalam sehari.
Wiwin biasa memproduksi dodol tiga kali dalam sepekan dengan dibantu 5 orang pegawai. Dari legitnya dodol, Wiwin bisa mengantongi omzet Rp10 juta per bulan. Angka itu belum dipotong bahan baku dan upah pegawai.
Andalkan Marketplace
Ketika mendekati lebaran seperti kemarin, Wiwin kebanjiran orderan. Produksi dodol bisa meningkat tiga kali lipat. Banyaknya pesan membuat Wiwin kewalahan hingga harus menambah pekerja sampai 15 orang.
DWC bisa dijumpai di warung-warung hingga pabrik-pabrik di Kawasan Caringin. Bahkan, dodol Wiwin sudah dipasarkan ke daerah Sumatera hingga Bali.
Dodol Wiwin dibanderol Rp60 ribu untuk satu kilogram. DWC juga bisa dipesan langsung dari rumah Wiwin atau market place seperti facebook, Instagram dan WhatsApp.
"Ke Saudi, Sumatera, Bali. Tahun kemarin tiap bulan ke Bali, ada konsumennya. Jadi dia ke sini beli di sini. Beli di sini dijual ke Bali. Sekarang pabrik-pabrik ambil 10 kg ke teh Wiwin," tutur Wiwin.
Peran Permodalan BRI
Perkembangan bisnis DWC ini juga tidak lepas dari peran Bank Rakyat Indonesia. Wiwin mengakui, perjalanan DWC dari nol hingga sekarang berkat dukungan permodalan kredit usaha rakyat (KUR) BRI.
Wiwin sudah empat kali mengambil KUR BRI untuk membangun bisnis dodol. Menurut dia, KUR BRI begitu membantu pengembangan DWC karena menawarkan suku bunga rendah dan cicilan yang terjangkau. Wiwin makin tertolong karena syarat mengajukan KUR mudah dan cepat.
"Kalau sekarang sudah pinjam 4 kali di BRI. Sekarang mau buka usaha lagi di Cisarua, pinjam lagi. Mulai dari Rp10 juta, Rp15 juta, Rp25 juta, dan sekarang Rp50 juta," jeas Wiwin.
merdeka.com
Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengatakan, perseroan telah menyalurkan KUR senilai Rp27,2 triliun kepada 561.000 debitur sepanjang Januari-Februari 2024. Dengan realisasi KUR di awal tahun ini, BRI pun optimis dapat mencapai target tersebut.
“Jika dihitung, penyaluran tersebut sekitar 16,5 persen dari total jatah KUR yang disalurkan BRI tahun ini,” kata Supari kepada wartawan.
merdeka.com
Supari mencatat, BRI mendapatkan kuota penyaluran KUR terbesar pada tahun 2024, yakni sebesar Rp165 triliun. Adapun strategi bisnis mikro BRI di tahun 2024 akan fokus pada pemberdayaan berada di depan pembiayaan.
BRI sebagai bank yang berkomitmen kepada UMKM, juga telah memiliki kerangka pemberdayaan yang dimulai dari fase dasar, integrasi, hingga interkoneksi.