Kisah Rumah Makan Bu Wartilah yang Legendaris, Bermula dari Kedai Sederhana Kini Naik Kelas dan Banyak Pelanggan
Berkat bantuan KUR BRI, warung miliknya bisa naik kelas dan tetap menghadirkan menu legendaris sejak 1994
Berkat bantuan KUR BRI, warung miliknya bisa naik kelas dan tetap menghadirkan menu legendaris sejak 1994
Kisah Rumah Makan Bu Wartilah yang Legendaris, Bermula dari Kedai Sederhana Kini Naik Kelas dan Banyak Pelanggan
Rumah makan Bu Wartilah di Jalan Sambipitu – Nglipar KM 7,5 Kabupaten Gunungkidul, cukup ramai pada Sabtu (2/3) siang. Satu orang sopir dump truk beserta krunya, juga pria berseragam pegawai negeri dan beberapa pengunjung lain mengisi bangku-bangku kayu sembari menyantap menu-menu khas rolasan. Mereka tampak lahap menyenduk makanan, sembari sesekali menyeruput es teh segar.
-
Apa kuliner khas yang dijual di warung legendaris ini? Warung legendaris yang hanya menjual nasi sambal dengan lauk tongkol ini tak pernah sepi pembeli.
-
Kenapa Warung Khas Jawa populer? Menu-menu makanan khas Jawa yang disajikan diolah dengan resep kuno. Menurut pihak warung, beberapa menu favorit pelanggan ialah Nasi Rawon, Nasi Campur, Nasi Gudeg, Nasi Krengsengan, Semur Lidah dan Sop Buntut.
-
Dimana letak warung nasi pecel legendaris? Mengutip TikTok @kulinerun57, warung pecel yang letaknya persis disamping klenteng Tulungagung di Jalan W.R. Supratman ini sudah berdiri sejak tahun 1979.
-
Dimana warung Bu Tin berada? Warung tersebut adalah warung Bu Tin yang terletak di sebuah kamar kos berukuran sempit.
-
Dimana warung makan itu berada? Ia kini memiliki sebuah warung makan yang berlokasi di IJ.
-
Siapa pemilik Warung Numani? Kusmono, atau lebih dikenal Pak Kus, adalah pemilik warung makan itu.
Rumah makan miliknya memang sering ramai saat jam makan tiba. Terdapat banyak menu andalan yang ditawarkan, mulai dari bakso sapi, mi ayam, soto sapi, soto ayam hingga soto bakso.
Cita rasanya masih Wartilah pertahankan sejak pertama kali buka pada 1994. Inilah yang membuat para pelanggan enggan beralih ke warung lainnya.
Kepada Merdeka.com, Wartilah bercerita bagaimana ia merintis warung tersebut. Sebelum menempati bangunan permanen seperti sekarang, dirinya sudah berjualan di lapak sederhana dekat kantor kelurahan.
“Dulunya saya hanya ngontrak di depan kelurahan sana, tahun 1990-an,” terang perempuan 61 tahun itu.
Sewa Lapak Depan Kantor Kelurahan
Saat itu Wartilah masih menggunakan kios sederhana dan menyewa tiga ruang untuk berjualan menu makanan seperti soto dan bakso.
Setelah usahanya berkembang, dirinya memiliki menyisihkan rezeki untuk membeli tanah dan membangun rumah makan yang lebih besar.
Jalan cukup panjang Wartilah lalui untuk merintis usaha kulinernya. Setelah pendapatannya dirasa cukup, Watilah meresmikan rumah makan barunya pada 2019 lalu.
“Ini diresmikan waktu 2019 lalu, sebelumnya saya pakai kios kecil,” kata Wartilah
Soto, Bakso dan Mi Ayam Jadi Menu Andalan
Sejak awal berdiri, menu soto, bakso dan mi ayam sudah jadi andalan. Sajian baru berupa soto bakso ia tambahkan agar lebih variatif.
Untuk melengkapi kelezatannya, di sana juga terdapat lauk tambahan berupa ragam sate sampai tahu bacem dan gorengan. Minumannya tak kalah lengkap. Alih-alih hanya menyediakan es teh, Wartilah justru melengkapinya dengan varian lainnya seperti es jeruk hingga es campur.
Awalnya, rumah makan ini justru tidak menjual makanan. Ketika 1994, Wartilah hanya menjajakan gorengan dengan minuman jus.
Namun karena pelanggan semakin banyak dan permintaan akan menu juga kian bertambah, maka Wartilah melengkapi sajian soto, bakso hingga mi ayam yang masih bertahan sampai sekarang.
“Malah awal-awal tahun 1994 itu saya hanya jualan gorengan dan es jus, terus soto, bakso sampai sekarang ini,” kata Wartilah
Naik Kelas Berkat KUR
Diungkap dirinya, sejak tahun 1994 silam Wartilah sudah mengandalkan program pinjaman nasabah sampai Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk kemajuan usahanya.
Menurut Wartilah, KUR benar-benar membantu dalam langkah permodalan, sehingga ia bisa membangun rumah makan seperti sekarang.
“Dulu pinjam awal itu Rp5 juta, sampai sekarang sudah Rp150 juta untuk modal usaha sampai bisa beli tanah untuk bangun rumah makan ini,” kata dia
Program BRI tersebut juga membantunya bangkit di masa pandemi Covid-19, kala pemasukan berkurang drastis. KUR membantunya untuk tetap bertahan, karena cicilannya ringan dan tak berbatas waktu saat itu.
“Kenal BRI dari dulu, dan saya setia pakai KUR karena angsurannya ringan. Sangat membantu usaha saya berkembang,” katanya lagi.
Kini warung Wartilah bisa berkembang di bangunan yang cukup besar dan mampu menampung banyak pelanggan. Menu yang ditawarkan juga lezat dan ramah di kantong.
“Jadi rumah makan Bu Wartilah ini dulunya sederhana, dan kini bisa terus berkembang seperti sekarang setelah mengikuti program angsuran BRI, KUR, karena di BRI unit nglipar, selain membantu mereka, kami juga mendorong agar mampu meningkatkan taraf perekonomian mereka sehingga menjadi naik kelas,” kata Kepala BRI Unit Nglipar, Ari Wibowo kepada Merdeka.com
BRI Unit Nglipar, Gunungkidul.