Asal Usul Warmindo, Tempat Nongkrong Murah Meriah Asli Indonesia
Warmindo yang jadi tempat nongkrong favorit saat ini ternyata menyimpan sejarah panjang.
Kalau lagi ingin nongkrong tapi budget di kantong pas-pasan dan gajian masih jauh belum terlihat hilalnya, tempat nongkrong seperti apa yang muncul dalam pikiran?
Hangout on a budget paling cocok ya di Warmindo. Murah meriah dengan menu merakyat, Warmindo sukses jadi sahabat anak kos dan mereka yang punya budget tipis tapi nggak mau rugi.
Penjualnya Kebanyakan Orang Sunda, Mitos atau Fakta?
Warmindo juga dikenal dengan istilah warung burjo alias bubur kacang ijo. Kalau kamu perhatikan, kebanyakan pemilik warung berbicara dalam logat Sunda, biarpun jualannya di Yogyakarta atau pun Surabaya. Jadi bener nih kalau penjual burjo kebanyakan orang Sunda? Kok bisa sih?
-
Dimana warung makan itu berada? Ia kini memiliki sebuah warung makan yang berlokasi di IJ.
-
Dimana letak Warung Khas Jawa? Strategis Warung ini letaknya strategis yakni di Jalan Diponegoro yang tak jauh dari alun-alun Kota Batu.
-
Kenapa Warung Khas Jawa populer? Menu-menu makanan khas Jawa yang disajikan diolah dengan resep kuno. Menurut pihak warung, beberapa menu favorit pelanggan ialah Nasi Rawon, Nasi Campur, Nasi Gudeg, Nasi Krengsengan, Semur Lidah dan Sop Buntut.
-
Dimana rendang berasal? Lord Adi, nama yang akrab di telinga para penonton MasterChef Indonesia, adalah panggilan yang diberikan kepada Suhaidi Jamaan, seorang peserta dari MasterChef Indonesia Season 8. Pria asal Sumatra Barat ini menjadi favorit pemirsa berkat kepribadiannya yang karismatik, keahlian memasak, dan kecintaannya pada masakan tradisional Indonesia, terutama masakan Padang.
Fun Fact: Burjo atau Warmindo Mulai Muncul Pasca Indonesia Merdeka
Ternyata nggak baru-baru ini muncul. Kabarnya, cikal bakal Warmindo atau burjo sudah ada sejak 1947. Saat itu Indonesia belum stabil dari sisi apapun, baik itu ekonomi maupun politik. Masyarakat pun dipaksa memutar otak mencari cara agar bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Ide jualan burjo pertama kali datang dari seorang pria asal Kuningan, Jawa Barat, yang dikenal dengan nama Salim. Berawal jualan keliling dari kampung ke kampung, lama-lama burjonya makin laris manis. Sekitar tahun 1950an, Salim bisa bikin warung burjo sendiri di Kuningan.
The first burjo inilah yang jadi bibit pertumbuhan burjo lainnya di tanah air, bahkan memancing orang buat merantau bikin warung serupa di kota lain. Sekarang nggak heran kan kalau penjualnya kebanyakan orang Sunda, karena burjo pertama berasal dari sana.
Kenapa Menunya Burjo?
Sering nggak sih dibuat penasaran, kenapa menunya harus burjo? Ternyata, burjo alias bubur kacang ijo sendiri adalah makanan yang jadi bagian dari tradisi masyarakat Sunda sebagai menu sarapan. Biasanya dihidangkan bersama kudapan manis lain, seperti pisang goreng, peuyeum goreng, dongkal, dan kembang pari.
©Merdeka.comEvolusi Jadi Warmindo
Warung burjo lawas dulunya memang cuma menjual menu bubur kacang ijo saja. Tapi, lama kelamaan menunya juga berkembang sesuai selera masyarakat di sekitarnya. Ada yang mulai menjual bubur ayam, kopi, hingga mi instan dan buka sampai 24 jam. Di beberapa daerah, menu bubur kacang ijo juga sudah mulai sepi peminat. Inilah yang kemudian bikin warung burjo berevolusi jadi Warmindo alias Warung Makan Indomie.
Menu Unik Warmindo yang Bikin Sensasinya Naik Level
Sesuai namanya, Warmindo menyajikan menu-menu khas mi instan. Tapi, bukan sembarang mi instan seperti yang biasa dibuat sendiri di rumah. Menu-menunya juga dikemas dengan nama unik. Misalnya saja Intel Goreng atau Indomie Telur Goreng atau Indomie Tante Rebus yang maksudnya Indomie Tanpa Telur Rebus. Anak Warmindo pasti hapal deh sama menu-menu unik ini.
Warmindo yang tersebar di mana-mana ternyata juga bisa dimanfaatkan sebagai peluang usaha yang cukup menjanjikan, lho. Menariknya lagi, dari cerita-cerita para pemilik Warmindo, ternyata modal awal yang dibutuhkan cukup terjangkau untuk menjalankan bisnis ini. Biar usaha bisa bertahan dan bisa cuan, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan nih.