Soto Ayam Dahlok, Kuliner Legendaris di Jember Sejak Tahun 1958
Warung soto ini telah berdiri sejak tahun 1958, dengan mempertahankan cita rasa.
Soto Ayam Dahlok, Kuliner Legendaris di Jember Sejak Tahun 1958
Libur panjang Lebaran segera usai. Selain bersilaturahmi, banyak masyarakat yang mengisi waktu libur dengan berwisata ke sejumlah tempat.
Wisata kuliner di kampung halaman bisa menjadi salah satu alternatif pilihan. Seperti yang dilakukan M Syaiful Azhar (35), yang lama merantau sebagai karyawan profesional industri keuangan di Bandung, Jawa Barat.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, Syaiful merayakan Lebaran dengan pulang kampung ke Jember, Jawa Timur.
Di sela-sela kesibukan bersilaturahmi, ia menyempatkan diri wisata kuliner ke Warung Soto Dahlok yang berlokasi di Jalan Fatahillah, Kecamatan Kaliwates, Jember.
"Ini warung Soto dari zaman kakek saya. Sewaktu kecil saya sering diajak makan di sini. Sekarang saya ke mari bersama anak saya," ujar alumnus SMAN 1 Jember ini.
Terletak di sebuah gang yang berada di dekat Alun-Alun Jember yang merupakan pusat kota, warung Soto Ayam Dahlok bukan sembarang warung.
Dengan bangunan yang sederhana, warung soto ini telah berdiri sejak tahun 1958, dengan mempertahankan cita rasa sama. Lokasi warung juga tidak berubah sejak awal berdiri.
"Dulu awalnya kakek nenek berasal dari Desa Jombang di Mojokerto lalu merantau ke Jember dengan usaha dagang soto ayam. Membuka soto ayam sejak tahun 1958 di Jember ini," ujar Agus Subiantoro, generasi ketiga pengelola Warung Soto Ayam Dahlok kepada merdeka.com di sela melayani konsumen.
Warung Soto Ayam Dahlok ini dirintis oleh pasangan Kadir dan Sulastri yang merupakan kakek dan nenek dari Agus.
"Dulu awalnya berdagang soto ayam keliling. Ikut kalau ada pasar malam, dari situ mulai dikenal masyarakat. Kemudian menetap di sini hingga sekarang," ujar Agus.
Dari Nama Optik yang Sudah Bubar
Saat awal mendirikan warung soto, Sulastri dan Kadir sebenarnya tidak memberikan nama khusus untuk tempat usahanya ini. Tetapi masyarakat kerap menyebutnya dengan nama Warung Soto Ayam Dahlok.
Nama Dahlok sendiri berasal dari nama sebuah optik yang dulu pernah berdiri di dekat warung soto ayam ini.
"Karena banyak pelanggan yang menyebut warung soto di belakang Optik Dahlok. Sekarang optiknya sudah tidak ada, tetapi warung soto ayamnya masih ada," ungkap Agus dengan tersenyum.
Sejak berdiri pada tahun 1960-an awal, Warung Soto Ayam Dahlok sudah mengalami dua kali transisi atau regenerasi.
Tahun 1986, sang kakek, Kadir meninggal dunia disusul oleh sang istri, Sulastri yang meninggal tahun 1991. Pasangan ini meninggalkan dua anak, Samona dan Sukirman serta sembilan cucu.
"Sejak tahun 1991, Warung Soto Ayam Dahlok dilanjutkan oleh dua anak dari pendiri yakni ibu Samona dan bapak Sukirman. Sekarang mereka berdua sudah meninggal semua," papar Agus.
Kemudian sejak tahun 2001, Warung Soto Ayam Dahlok dilanjutkan oleh generasi ketiga, yakni para cucu termasuk di antaranya Agus. Dari sembilan cucu pasangan Kadir dan Sulastri, hanya tiga orang yang bersedia melanjutkan usaha keluarga ini.
"Kita sebagai generasi ketiga ini tanggung jawabnya lebih besar karena harus melestarikan yang sudah ada. Jadi kita harus benar-benar menjaga kualitas dari bumbu-bumbu dasar yang digunakan," tutur Agus.
Resep Bumbu Rahasia
Seperti kebanyakan warung makan legendaris yang mampu eksis bertahan puluhan tahun, Warung Soto Ayam Dahlok juga memiliki resep bumbu rahasia.
Resep bumbu rahasia ini menjadi kunci citarasa dari Warung Soto Ayam Dahlok bisa tetap terjaga selama puluhan tahun.
Karena menjadi kunci, resep bumbu rahasia dari Soto Ayam Dahlok hanya diketahui oleh empat orang saja.
"Yang tahu hanya tiga orang anggota yang merupakan cucu dari pasangan Kadir dan bu Sulastri termasuk saya. Serta satu orang lagi adalah satu juru masak yang sudah sangat kita percayai," ungkap Agus.
Secara umum, kunci citarasa dari Soto Ayam Dahlok terletak pada remasan bawang putih yang digunakan. Dengan dipadu bumbu dasar, remasan bawang putih itu membuat gurihnya kuah menjadi terjaga dengan seimbang dan aroma yang lezat.
Pada dasarnya, ada beragam soto ayam di Indonesia dengan ciri khas dan karakter masing-masing. Berdasarkan kategorial itu, Soto Ayam Dahlok masuk atau cenderung dekat dengan Soto Ayam Jawa.
"Lebih mirip ke Soto Kediri. Yang membedakan kecambahnya. Kalau sana (soto Kediri) kan pakai kecambang panjang. Kita pakai kecambah kecil. Kalau irisan tomat dan sebagainya kurang lebih sama," ungkap Agus.
Sejak kecil, Agus Subiantoro sudah lekat soto ayam. Dan kini, selama lebih dari dua puluh tahun, Agus menjadi salah satu pengelola utama dari Soto Ayam Dahlok warisan kakek neneknya. Selama itu pula, ada banyak kenangan suka duka yang ia lewati.
"Sering kali ada pengunjung kakek nenek yang ke sini bawa anak dan cucunya. Kemudian bercerita tentang masa mudanya dulu sering makan di sini," pungkas Agus.