Bahagianya Kakek Eddy Usaha Siomay Membawa Manfaat, Lahirkan UMKM Baru dan Bantu Kurangi Pengangguran
Puluhan tahun berjualan, usaha Eddy ternyata membawa manfaat besar karena melahirkan para pelaku usaha baru.
Ketika pandemi berlalu, Eddy kehabisan modal untuk melanjutkan usaha. Saat itu, Bank Rakyat Indonesia datang membawa harapan.
Bahagianya Kakek Eddy Usaha Siomay Membawa Manfaat, Lahirkan UMKM Baru dan Bantu Kurangi Pengangguran
Langkah Eddy Soid tidak secepat dulu. Meski berusia 71 tahun, Eddy tiap pagi masih produktif mengolah adonan ikan tenggiri dicampur bumbu andalan dan tepung untuk dijadikan siomay. Semua proses produksi dilakukan sendiri.
Eddy bisa menghabiskan waktu 3 jam di dapur. Produksi siomay dimulai pukul 06.00 hingga pukul 09.00 WIB. Setelah siomay siap, Eddy meluncur ke lapak dagangannya di Pujasera, Blok S, Jakarta Selatan. Dia berjualan di Blok S sejak tahun 1994.Sebelum berjualan, Eddy menyempatkan berdoa. Berharap hari ini dagangan siomaynya laris manis dibeli pelanggan. Puluhan tahun berjualan, usaha Eddy ternyata membawa manfaat besar karena melahirkan para pelaku usaha baru.
Kakek Eddy berbagi cerita, awal mula merintis usaha di Blok S hingga sekarang. Jauh sebelum usaha siomay, Eddy bekerja sebagai penyedia jasa dekorasi taman di Bandung. Dia datang ke Jakarta berniat liburan sambil menengok adiknya yang berjualan siomay.
Sang adik libur berjualan. Eddy iseng-iseng menggantikan berjualan siomay keliling memakai gerobak. Ternyata keuntungan berjualan siomay lumayan. Eddy akhirnya menekuni berbisnis siomay, sementara usaha dekorasi taman dijadikan sampingan penghasilan.
"Adik duluan jualan siomay. Karena saya cari suasana baru, saya iseng jualan siomay. Saya jualan keliling, dulu bawa sehari habis. Terus tambah lagi modal, saya jualan gerobak dorong di Kompleks Menteri Widya Candra,"
kata Eddy saat bercerita dengan merdeka.com, Rabu (3/4).
merdeka.com
Eddy Rekrut 10 Pegawai
Siomay buatan Eddy cocok di lidah pelanggan. Berkat kegigihan berjualan, usaha pria asal Majelengka ini berkembang pesat. Dia memiliki 6 cabang siomay Pak Eddy dalam kurun waktu 4 tahun. Siomay Pak Eddy merambah ke perkantoran dan food court kala itu.
Pesanan dan produksi siomay makin banyak. Eddy merekrut 10 pegawai dari kampung halamannya untuk membantu berjualan. Para pegawai adalah tetangga dan keluarga Eddy di Majalengka.
"Ternyata enggak bisa ngebagi tenaga, ya saya di sini akhirnya ada perkembangan ya. Saya niatnya ngembangin akhirnya bisa buka 6 cabang. Saya tarik 10 orang dari kampung, saudara sampai tetangga bantu jualan," ujar Eddy.
merdeka.com
Eddy menyewa satu rumah besar di sekitaran Blok S. Rumah itu dijadikan tempat tinggal pegawai sekaligus rumah produksi siomay Pak Eddy.
Bermimpi Lahirkan UMKM Baru
Eddy mengajari pegawai membuat siomay sampai ikut berbelanja bahan baku. Dia mengaku tak pelit berbagi resep siomay kepada para pegawai.
Untuk gaji, Eddy tidak menerapkan upah bulanan. Eddy menerapkan sistem bagi hasil karena merasa pegawainya yang lelah berjualan seharian.
Dari satu cabang, Eddy mengaku bisa meraup omzet hingga Rp1 juta per hari.
"Saya prinsipnya enggak pelit-pelit resep, lu belajar sendiri, nanti enggak mungkin lu terus-terusan sama saya di sini, lu mau usaha pokoknya sudah punya ilmu gampang, bisa dulu deh. Enggak mungkin kamu sama saya terus, punya tanggung jawab anak istri. Saya kasih resepnya, belanja di sana sini," tutur Eddy.
merdeka.com
Ingin Bantu Kurangi Pengangguran
Tidak hanya mencari cuan, Eddy berprinsip usaha siomaynya ini bisa mendatangkan manfaat bagi orang lain. Sejak membuka usaha, Eddy memiliki tujuan mulia yaitu bisa membantu pemerintah mengurangi pengangguran.
"Jadi istilahnya sedikit besar membantu pemerintah mengentaskan pengangguran dah. Misalnya dari 10, kadang-kadang keluarga mereka juga jualan siomay. Dari 10 anak buah sudah bisa usaha sendiri, dia rekrut orang lagi buat kerja. Dari 10 dia bawa seorang, jadi nambah," ucap Eddy.
Eddy berbangga hati. Berkat ilmu yang dia diberikan, para pegawainya juga kini bisa membuka usaha siomay sendiri.
Meski sudah tidak bersama, Eddy rajin menelepon untuk sekadar menanyakan kabar keluarga hingga perkembangan usaha pegawainya.
Mantan pegawai Eddy sekarang berjualan menyebar di beberapa daerah di Indonesia. Di antaranya, Merauke, Bandung, Tasikmalaya, Bekasi dan Jakarta.
Eddy bahagia mendengar kabar pekerjanya sampai bisa membeli kendaraan hingga membangun rumah.
"Ya ada pegawai bisa bikin rumah, punya kendaraan alhamdulillah. Itu dari hasil ngajarin orang itu ada manfaatnya," ungkap Eddy.
Pandemi Covid-19 sempat membuat bisnis siomay Eddy terpuruk. Blok S Pujasera sepi pengunjung.
Begitu pula pelanggan siomay Pak Eddy. Eddy memutar otak agar bisnisnya tidak gulung tikar.
Ambil KUR untuk Lanjutkan Usaha
Ketika pandemi berlalu, Eddy kehabisan modal untuk melanjutkan usaha. Saat itu, Bank Rakyat Indonesia datang membawa harapan. Lewat sosialisasi kepada seluruh pedagang Blok S, BRI menawarkan kredit usaha rakyat (KUR).
Tak butuh pikir panjang, Eddy mengajukan KUR ke BRI untuk membantunya di masa sulit. Selain menawarkan bunga kecil, syarat mendapatkan KUR BRI juga sangat mudah.
"Banyak membantu BRI kalau soal pinjaman duit. Misalnya seperti enggak ada bangkrut, teman saya waktu Covid-19 kemarin banyak yang bangkrut. Karena saya ada BRI saya bertahan," kata Eddy.
merdeka.com
Sejak 2020, Eddy tercatat sudah lima kali mengajukan pinjaman. Jumlah pinjaman pun meningkat seiring kebutuhan permodalan. Terbaru, Eddy mengajukan kredit usaha mencapai Rp100 juta.
Eddy berniat pulang kampung tahun ini. Dana pinjaman BRI itu rencananya dipakai untuk menghidupkan kembali usaha penggilingan padi di Majalengka. Sementara usaha siomay di Blok S bakal diteruskan oleh sang adik.
"Saya sudah kolot, sekarang seandainya sudah ada penerus saya dari pinjaman itu mau buat usaha penggilingan padi, mau beli mesin, bangunannya. Dulu saya sudah pernah mulai usaha penggilingan, sekarang masih ada mesinnya mau dibuka lagi dulu tahun 1980. Terus mau hidupkan lagi," tutup Eddy.
merdeka.com
BRI optimistis bisa mencapai target dari penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) tahun ini dengan menerapkan strategi bisnis berkelanjutan.
Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengatakan, perseroan telah menyalurkan KUR senilai Rp27,2 triliun kepada 561.000 debitur sepanjang Januari-Februari 2024. Dengan realisasi KUR di awal tahun ini, BRI pun optimis dapat mencapai target tersebut.
“Jika dihitung, penyaluran tersebut sekitar 16,5 persen dari total jatah KUR yang disalurkan BRI tahun ini,” kata Supari kepada wartawan.
Supari mencatat, BRI mendapatkan kuota penyaluran KUR terbesar pada tahun 2024, yakni sebesar Rp165 triliun. Adapun strategi bisnis mikro BRI di tahun 2024 akan fokus pada pemberdayaan berada di depan pembiayaan.
BRI sebagai bank yang berkomitmen kepada UMKM, juga telah memiliki kerangka pemberdayaan yang dimulai dari fase dasar, integrasi, hingga interkoneksi.
Sesuai dengan amanah pemerintah, Supari mengatakan bahwa program KUR bertujuan meningkatkan dan memperluas akses pembiayaan kepada usaha produktif.
Selain itu, program KUR juga bertujuan untuk meningkatkan kapasitas daya saing usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan mendorong pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.