Kisah Ibu Asal Madiun Jualan Pentol Tepung Kanji di Rumah, Omzetnya Capai Rp6 Juta per Hari
Ia berhasil membeli tanah, membangun rumah, hingga membeli mobil
Ia berhasil membeli tanah, membangun rumah, hingga membeli mobil
Kisah Ibu Asal Madiun Jualan Pentol Tepung Kanji di Rumah, Omzetnya Capai Rp6 Juta per Hari
Kota Madiun tidak hanya dikenal dengan kuliner brem yang legendaris. Sejak tahun 2000-an, salah satu bagian dari kota ini tepatnya Dusun Corah, Desa Rejomulyo, Kecamatan Kartoharjo dikenal sebagai pusat jajanan tradisional pentol tepung kanji.
Pentol Corah
Dusun Corah menjadi pusat kuliner pentol tepung kanji karena di sini ada banyak penjual.
Para pembeli memberikan nama pentol corah merujuk pada nama daerah tersebut.
Selain itu, penyebutan corah juga sesuai karena pedagang menjual pentol tanpa membanderol harga tertentu, pembeli bebas hendak seberapa banyak membeli pentol.
Omzet Capai Rp6 Juta per Hari
Salah satu penjual pentol corah, Ninik mengatakan, ia mengawali usahanya dari skala kecil.
Mulai mengontrak tanah di seberang rumah hingga berhasil membelinya. Tak hanya itu, ia juga bisa membangun rumah mewah yang berada satu lokasi dengan warung, dapur, hingga gudang untuk usaha pentol corah. Selain itu, Ninik juga bisa membeli mobil dari berjualan pentol corah."Rata-rata omzetnya Rp5 juta sampai Rp6 juta per hari," ungkap Ninik, dikutip dari TikTok kawandapur_tiktok. Kini, usaha pentol corah milik Ninik termasuk salah satu yang paling terkenal di Kota Madiun.
Pembelinya tidak hanya datang dari Kota Pendekar, tapi juga banyak dari luar kota. Selain melayani pembeli langsung, Ninik juga melayani para pembeli skala besar yang akan menjual kembali pentol corah hasil produksinya. Pentol Corah
Pedagang Pertama
Penjual pentol corah lain, Suti mengaku sudah berjualan jajanan tradisional ini sejak tahun 2003. Mengutip tayangan YouTube Budiono Sukses, Suti merupakan penjual pentol corah pertama di Dusun Corah.
(Foto: YouTube Dyodoran)
Kini, akibat banyaknya pedagang pentol corah di wilayah tempat tinggalnya, Suti hanya menghabiskan 25 kilogram tepung per hari.
Sebagai diversifikasi dagangan, Suti juga menjual ceker, kepala, sayap ayam yang digoreng krispi, hingga jus buah.