Fenomena Langka, 100 Gugusan Petir Berwarna Merah Menyambar Puncak Himalaya, Ini Penyebabnya
Fotografer berhasil mengabadikan lebih dari 100 sambaran petir merah di atas Himalaya.

Sebuah fenomena alam yang menakjubkan terjadi di atas Pegunungan Himalaya pada 2022 lalu. Dua fotografer astro asal China, Angel An dan Shuchang Dong, berhasil merekam lebih dari 100 sambaran petir merah di atas Dataran Tinggi Tibet selatan, dekat Danau Pumoyongcuo.
Kejadian ini merupakan penampakan petir merah, atau yang dikenal sebagai 'sprite', terbesar yang pernah tercatat di Asia Selatan, bahkan memenangkan kategori Skyscapes dalam kompetisi Astronomy Photographer of the Year 2023.
Petir merah, yang terjadi di lapisan mesosfer sekitar 48 kilometer hingga 80 kilometer di atas permukaan bumi, muncul sebagai kilatan merah terang yang berlangsung hanya dalam milidetik. Bentuknya unik, menyerupai ubur-ubur atau tentakel, disebabkan oleh interaksi muatan listrik dengan nitrogen di atmosfer.
Selain sprite merah, fotografer juga berhasil mengabadikan fenomena langka lainnya, termasuk jet sekunder dan pancaran hijau di dasar ionosfer, yang disebut 'ghost sprites', penampakan pertama di Asia, seperti dikutip dari laman Earth, Rabu (26/3).
Studi yang diterbitkan dalam jurnal Advances in Atmospheric Sciences oleh Profesor Gaopeng Lu dan timnya dari Universitas Sains dan Teknologi China menjelaskan, petir merah ini dipicu oleh sambaran petir positif dari awan ke tanah dengan arus puncak tinggi. Sambaran ini terjadi di dalam sistem konvektif mesoskala yang sangat besar, membentang sekitar 77.220 mil persegi di Asia Selatan, dari Dataran Ganges hingga kaki Pegunungan Himalaya.
Penelitian ini menggunakan metode inovatif untuk menyinkronkan waktu video menggunakan lintasan satelit dan analisis medan bintang, karena kurangnya pencatatan waktu yang tepat di lokasi kejadian. Metode ini memungkinkan para peneliti untuk menganalisis secara detail fenomena petir merah yang langka dan kompleks ini.
Sistem Konvektif
“Peristiwa ini sungguh luar biasa,” kata Profesor Gaopeng Lu.
“Dengan menganalisis pelepasan petir induk, kami menemukan bahwa sprite dipicu oleh sambaran petir positif awan-ke-tanah berarus puncak tinggi dalam sistem konvektif skala mesoskala yang masif.”
“Hal ini menunjukkan badai petir di wilayah Himalaya berpotensi menghasilkan beberapa pelepasan listrik atmosfer atas yang paling rumit dan intens di Bumi.”
Sumber sprite ini terletak pada amukan listrik badai di wilayah tersebut. Namun, untuk memahami gambaran lengkapnya, diperlukan lebih dari sekadar melihat langit. Diperlukan waktu, akurasi, dan alat baru.
Para peneliti menggunakan data lintasan satelit dan analisis medan bintang untuk menentukan waktu kemunculan setiap sprite. Dengan metode ini, mereka menghubungkan sprite satu per satu dengan pelepasan petir yang menyebabkan fenomena ini. Teknik ini dapat membentuk bagaimana peristiwa sprite merah di masa mendatang dipelajari. Semakin akurat datanya, semakin banyak yang dapat kita pelajari tentang apa yang terjadi di atas kita selama badai.