Ibu di Banyuwangi Jual Ayam Ingkung tanpa Penyedap Rasa, Awalnya Iseng Kini Omzetnya Jutaan Rupiah per Hari
Menariknya, pembeli menikmati sajian ayam ingkung di teras rumah layaknya makan di kediamannya sendiri
Menariknya, pembeli menikmati sajian ayam ingkung di teras rumah layaknya makan di kediamannya sendiri
Ibu di Banyuwangi Jual Ayam Ingkung tanpa Penyedap Rasa, Awalnya Iseng Kini Omzetnya Jutaan Rupiah per Hari
Gobatil Huda, seorang ibu rumah tangga di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, tak menyia-yiakan hobinya memasak. Kini, ia bisa meraup omzet jutaan rupiah per hari berkat menjual ayam ingkung hanya dari rumah.
(Foto: YouTube Liputan6)
-
Bagaimana ayam ingkung dimasak? Ia mengatakan, ayam ingkung yang berada di dalam kreneng yang diikat dengan tali suh menggambarkan keadaan NKRI yang akhirnya mencapai keamanan dan persatuan di bawah kepemipinan Presiden RI setelah merdeka.
-
Kapan ayam ingkung mulai populer? Masyarakat Jawa sudah tak asing lagi dengan salah satu kuliner legendaris bernama Ayam Ingkung. Makanan ini kerap disajikan pada acara-acara penting seperti pengajian, syukuran, atau upacara adat yang lain.
-
Apa makna filosofis dari ayam ingkung? Persembahan Ayam Ingkung ini punya makna filosofis. Salah satunya adalah makna mengayomi. Kata 'ingkung' berasal dari kata 'jinakung' dari bahasa Jawa Kuno dan 'manekung' yang berarti memanjatkan doa. Pada waktu itu, ayam dipilih sebagai salah satu sesaji karena menyimbolkan manusia.
-
Apa yang membuat Ayam Pedas Banyuwangi istimewa? 'Jika ada ayam pedas di tempat lain, pasti tidak akan sama dengan apa yang ada di Banyuwangi,' tegasnya sembari menikmati seporsi ayam pedas dari Warung Bu Sri asal Sambirejo, Kecamatan Bangorejo.
-
Dimana ayam ingkung banyak dijumpai? Di Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya, para pembuat ayam ingkung banyak dijumpai.
-
Mengapa Ayam Pedas Banyuwangi dipromosikan? Deretan menu ayam pedas tersebut, menurut Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani, sebagai bagian dari upaya memperkenalkan kuliner lokal. Sekaligus untuk mendorong pertumbuhan UMKM lokal.
Awalnya Iseng
Awalnya, Gobatil sering memasak dan mengundang teman-temannya untuk makan di rumah. Teman yang terkesan dengan rasa masakan Gobatil pun ingin membeli. Dari situ, Gobatil kemudian berpikir untuk berjualan.
Gobatil akhirnya memantapkan diri menjual menu ayam ingkung dan betutu. Ia memanfaatkan teras rumahnya sebagai lokasi menjamu pengunjung yang datang.
(Foto: Instagram @dapuremha)
Rasa Otentik
Gobatil mengungkap resep rahasia menu ayam ingkungnya diminati banyak orang. Ia mengaku mengolah ayam ingkung tanpa penyedap rasa. Cita rasa gurih lezat ayam ingkung didapatkan dari penggunaan bumbu dapur alami.
(Foto: Instagram @dapuremha)
Sebagai pengganti penyedap rasa, Gobatil memanfaatkan gula merah dan sedikit asam jawa.
(Foto: YouTube Liputan6)
Banyak Peminat
Baru tiga bulan buka, usaha rumahan ayam ingkung milik Gobatil sudah mendapatkan cukup banyak pelanggan. Meskipun letaknya di perumahan, para penikmat ayam ingkung Gobatil biasanya akan kembali lagi untuk menikmati kuliner bercita rasa otentik itu.
Kuliner ayam ingkung yang biasanya hanya ada pada acara adat Jawa, kini bisa dinikmati pelanggan setiap hari di rumah Gobatil. Setiap hari, rumah Gobatil tak pernah sepi pembeli."Kuliner dengan rasa otentik, di Banyuwangi saya belum nemu yang lain," ungkap Andit, salah satu pelanggan ayam ingkung.
Bahkan, Ali Rohman, pelanggan lain mengatakan bahwa ia hanya mau menikmati ayam ingkung tanpa nasi.
"Lebih baik saya kenyang makan ayam yang enak ini, daripada kenyang makan nasi," ujarnya, dikutip dari YouTube Liputan6.
Usaha Rumahan
Omzet
Gobatil bisa menjual 15-20 ayam ingkung per hari. Seporsi ayam ingkung utuh lengkap dengan dua macam sambal dan tempe dibanderol seharga Rp125 ribu. Ia meraup omzet hingga Rp2,5 juta per hari.
(Foto: Instagram @dapuremha)