Mengenal Ayam Ingkung, Kuliner Legendaris Khas Jawa Sudah Ada Jauh sebelum Masuknya Islam
Makanan ini kerap disajikan pada acara-acara penting seperti pengajian, syukuran, atau upacara adat yang lain.
Makanan ini kerap disajikan pada acara-acara penting seperti pengajian, syukuran, atau upacara adat yang lain.
Foto: Ig @ingkung_mbah_kentol
Mengenal Ayam Ingkung, Kuliner Legendaris Khas Jawa Sudah Ada Jauh sebelum Masuknya Islam
Masyarakat Jawa sudah tak asing lagi dengan salah satu kuliner legendaris bernama Ayam Ingkung.
Makanan ini kerap disajikan pada acara-acara penting seperti pengajian, syukuran, atau upacara adat yang lain. Persembahan Ayam Ingkung ini begitu sakral karena makanan itu sarat makna filosofis.
-
Kapan mie ayam mulai populer di Indonesia? Zaman dulu, banyak masyarakat Tiongkok datang ke Indonesia dan menetap di Tanah Air. Mereka turut membawa ragam kuliner khasnya ke Nusantara dan bakmi adalah salah satunya.
-
Dimana masakan Jawa populer? Indonesia kaya akan makanan yang beragam. Setiap daerah memiliki ciri khasnya masing-masing sehingga sebagai warga Indonesia, kita punya pilihan untuk menjajal semua masakan mulai dari ujung timur sampai ujung barat Indonesia.
-
Makanan khas apa yang terkenal di Jawa Barat? Jawa Barat terkenal dengan makanan-makanannya yang memiliki cita rasa pedas gurih.
-
Dari mana asal usul gulai ayam? Gulai berasal dari Indonesia dan memiliki sejarah panjang yang berasal dari pengaruh budaya India.
-
Dimana Ayam Kukuak Balenggek berasal? Ayam ini merupakan ayam lokal yang berasal dari Kecamatan Payung Sakaki dan Tigo Lurah, Kabupaten Solok.
-
Dimana nasi goreng Jawa berasal? Nasi goreng Jawa klasik adalah sajian nasi goreng yang paling autentik dari Pulau Jawa.
Dikutip dari Jogjaprov.go.id, berdasarkan buku “Atlas Walisongo” karya Agus Suntoyo, kuliner Ayam Ingkung ini merupakan turunan dari Ayam Tukung. Ayam Tukung merupakan sesaji yang berakar dari agama kapitayan yang dulunya berkembang jauh lebih dulu dari agama Islam.
Persembahan Ayam Ingkung ini punya makna filosofis. Salah satunya adalah makna mengayomi. Kata “ingkung” berasal dari kata “jinakung” dari bahasa Jawa Kuno dan “manekung” yang berarti memanjatkan doa.
Pada waktu itu, ayam dipilih sebagai salah satu sesaji karena menyimbolkan manusia. Ayam Ingkung yang disajikan secara utuh dan terlihat sedang bersungkur menggambarkan tunduknya manusia ketika berada di hadapan Sang Pencipta.
Dikutip dari Gunungkidulkab.go.id, Ayam Ingkung juga menjadi simbol kebersamaan, keberkahan, dan kesuburan. Makanan ini menjadi simbol persatuan dalam keberagaman karena disantap bersama-sama oleh masyarakat yang mengikuti sebuah tradisi.
Dalam budaya Jawa, simbol Ayam Ingkung yang disajikan dalam acara adat merupakan sebuah penyatuan antara nilai-nilai kebersamaan, kesyukuran, dan keberagaman yang menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat.
Di Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya, para pembuat ayam ingkung banyak dijumpai. Salah satunya adalah Mbah Dalijan. Ia membuka usaha kuliner ayam ingkung sejak tahun 2015.
“Saya membuka usaha ini sebagai bentuk perjuangan melestarikan seni dan budaya kita sebagai orang Jawa. Dulu waktu zaman perjuangan satu ayam ingkung dinikmati 100 orang untuk kenduri, sesuwir-suwir. Nah sekarang satu ayam ingkung bisa dinikmati cukup oleh empat orang karena sudah merdeka,”
ujar Mbah Dalijan dikutip dari Jogjaprov.go.id.
Mbah Dalijan menyajikan ayam ingkung dengan menggunakan kreneng. Ayam yang dipilih merupakan ayam Jantan. Kreneng sendiri merupakan sebuah tempat yang terbuat dari anyaman bambu dan diikat menggunakan tali suh untuk mengeratkannya selama dimasak di dalam panci kurang lebih selama 4 jam.
Ia mengatakan, ayam ingkung yang berada di dalam kreneng yang diikat dengan tali suh menggambarkan keadaan NKRI yang akhirnya mencapai keamanan dan persatuan di bawah kepemipinan Presiden RI setelah merdeka.