Jelang Imlek, Makna dan Keunikan Kuliner Akulturasi Tionghoa-Indonesia
Kuliner Imlek, baik yang hasil akulturasi maupun yang autentik, selalu membawa makna simbolis dan filosofis, seperti kue keranjang, kue lapis legit dan lainnya.
Akulturasi merupakan perpaduan dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan memengaruhi satu sama lain. Dalam konteks Indonesia, akulturasi antara budaya Tionghoa dan Indonesia tidak hanya terbatas pada kesenian, infrastruktur, pakaian, dan bahasa, melainkan juga mencakup bidang kuliner.
Jelang Imlek, Ini Makna dan Keunikan Kuliner Akulturasi Tionghoa-Indonesia
Sejarawan Wijaya seperti dikutip dari Liputan6.com, menjelaskan bahwa akulturasi ini tidak hanya terbatas pada cita rasa, tetapi juga mencakup bahan masakan dan bumbu yang digunakan dalam makanan Imlek.
Adaptasi ini terjadi seiring interaksi yang terus berkembang dari generasi ke generasi, dengan tetap mempertahankan akar budaya Tionghoa.
Wijaya menyatakan, "Ini termasuk bahan masakan dan bumbu yang digunakan (dalam makanan Imlek hasil akulturasi), dengan tetap menjaga akar budaya Tionghoa."
Menurut Lombard (2005), masuknya budaya Tionghoa ke Indonesia dimulai dengan kedatangan pendeta Buddhis bernama Faxian (Fa Hsien) yang singgah dalam perjalanan dari China ke India.
Pulau Jawa menjadi tempat pertama yang dikunjungi berdasarkan teks-teks China.
Indonesian Cross Cultural Society dan Intisari (2012) menunjukkan bahwa makanan China memiliki kontribusi penting dalam memengaruhi distribusi makanan, variasi makanan, dan pola konsumsi di Indonesia.
Masyarakat Tionghoa yang bermigrasi ke negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia, berasal dari berbagai suku daerah seperti Hokkien, Teochew, Hakka, Kanton, Hainan, Kwangsi, Hokcia, Hunan, dan Hinghua.
Kuliner Imlek, baik yang hasil akulturasi maupun yang autentik, selalu membawa makna simbolis dan filosofis. Sebagai contoh, kue keranjang atau nian gao diidentifikasi sebagai simbol keharmonisan, keutuhan keluarga, dan rezeki. Ikan bandeng, dengan simbol rezeki dan usaha yang lancar, juga mencerminkan kecintaan pada orang tua dan mertua.
Sarat Makna Simbolis dan Filosofis
Uniknya, kue ini, yang secara resmi dikenal sebagai spekkoek, dimodifikasi dengan rempah-rempah khas Indonesia seperti kapulaga, cengkih, bunga pala, kayu manis, dan adas manis.
Kue lapis legit, meskipun lebih dikenal dengan perayaan Tahun Baru China di Indonesia, sebenarnya merupakan hasil adaptasi Indonesia-Belanda.
Makanan Khas Imlek dan Filosofi di Baliknya
1. Kue Keranjang: Simbol Keberuntungan dan Kemakmuran
Kue keranjang atau Nian Gao, sering disajikan sebagai kue sesaji, memiliki makna keberuntungan dan kemakmuran yang berlimpah.
Kue keranjang ini tidak boleh dimakan sebelum malam ke-15 perayaan Cap Go Meh, kue ini menjadi lambang harapan akan tahun yang penuh berkah.
2. Lapis Legit: Simbol Rezeki yang Berlapis-lapis
Kue berwarna kecoklatan dengan banyak lapisan ini menjadi simbol rezeki yang berlapis-lapis bagi orang Tionghoa. Selama perayaan Tahun Baru Imlek, lapis legit sering dibagikan sebagai doa untuk keberuntungan dan rezeki yang melimpah.
3. Kue Mangkuk: Simbol Keberuntungan dan Kemujuran
Meskipun teksturnya mirip dengan kue keranjang, kue mangkuk memiliki penampilan yang lebih mirip kue pada umumnya. Kedua kue ini memiliki makna yang sama, yakni simbol keberuntungan dan kemujuran.
4. Kuaci Putih: Simbol Kesuburan
Meskipun sederhana, kuaci putih adalah simbol kesuburan dalam kepercayaan orang Tionghoa. Dipercayai dapat mendatangkan keturunan, kuaci putih sering dihidangkan selama perayaan Tahun Baru Imlek.
Kembang Loyang, berasal dari India, tetapi diadopsi dalam perayaan Imlek. Dengan tekstur yang renyah dan rasa yang tidak terlalu manis, kue ini memiliki penampilan seperti bunga lantas, disebut sebagai rose cookie oleh orang Tionghoa.
5. Kembang Loyang: Sentuhan India dalam Perayaan Imlek
6. Jeruk Mandarin: Lambang Kemakmuran Rejeki
Jeruk Mandarin melambangkan kemakmuran rejeki yang terus bertumbuh dan menjadi simbol kesejahteraan manusia.
Manisan yang ditempatkan dalam wadah berbentuk segi delapan, dikenal sebagai Tray of Happiness, memiliki makna kesehatan, keberuntungan, dan kesuburan. Setiap jenis manisan, seperti melon untuk kesehatan, leci untuk keberuntungan, dan biji teratai untuk kesuburan, melambangkan harapan untuk tahun yang baik.
7. Manisan Imlek: Tray of Happiness
8. Lumpia: Simbol Kemakmuran
Lumpia goreng, dengan bentuk silinder dan warna kuning-keemasan, dipercayai mirip dengan batang emas. Oleh karena itu, lumpia goreng sering dihidangkan sebagai simbol kemakmuran.
9. Yu Sheng: Salad Keberuntungan
Yu Sheng adalah hidangan sejenis salad yang melibatkan ikan segar dan irisan sayur. Sebelum disantap, ritual Lo Hei dilakukan dengan mengangkat piring Yu Sheng setinggi-tingginya, diyakini dapat membawa keberuntungan di masa depan.
Sup ini terdiri dari delapan bahan penting dan melambangkan harapan agar usaha atau bisnis dapat berkembang pesat di tahun yang baru. Eight Treasure Soup biasanya berisi hewan laun seperti udang, abalone, ikan dan teripang. Serta isian lain yaitu jamur, kacang ginko dan biji lotus
10. Eight Treasure Soup: Harapan Bisnis Berkembang Pesat
Mengapa Makanan Berwarna Putih Dilarang saat Imlek
Walaupun banyak hidangan berwarna putih umumnya diterima dalam masakan Tionghoa, pada perayaan Imlek, makanan berwarna putih justru dihindari.
Dalam budaya Tionghoa, warna putih sering dihubungkan dengan duka, kebalikan dari keberuntungan yang diharapkan di awal tahun baru.
Meskipun dekorasi dan amplop merah melambangkan keberuntungan, makanan berwarna putih dianggap sebagai undangan bagi kematian ke dalam rumah.
Makanan yang Harus Dihindari saat Imlek
Selain makanan berwarna putih, ada beberapa jenis makanan lain yang sebaiknya dihindari selama perayaan Imlek.
Buah pir, meskipun manis dan berair, dikaitkan dengan perpisahan karena kata 'pir' yang terdengar mirip dengan 'pergi' atau 'keberangkatan'.Mie pendek atau rusak dianggap sebagai simbol kehidupan yang pendek atau nasib yang terputus.
Cumi-cumi juga sebaiknya dihindari karena dikaitkan dengan kata 'yow', yang berarti pergi atau meninggalkan.
Sebagai gantinya, masyarakat Tionghoa lebih memilih lumpia goreng, yang dianggap sebagai simbol emas batangan.
Keanekaragaman Kuliner Imlek Indonesia
Dengan keanekaragaman kuliner Imlek di Indonesia, tergambarlah betapa akulturasi budaya Tionghoa dan Indonesia memberikan kontribusi pada tradisi makanan yang kaya makna simbolis dan filosofis.