Kisah Haru Ibu Jual Cakwe, Berawal dari Pinggir Jalan Kini Punya Mesin Produksi
Di awal, dia hanya membuat adonan 5 kg per hari, kini meningkat 20 kali lipat.
Di balik kesuksesan sebuah bisnis, terdapat kisah penuh perjuangan yang tidak selalu terlihat oleh orang lain. Salah satu kisah inspiratif datang dari Indah, seorang ibu asal Pujon, Malang, yang menjalankan bisnis roti goreng dan cakwe.
Perjalanannya dalam mengembangkan usaha ini telah melalui banyak tantangan dan lika-liku. Namun, berkat ketekunan, kesabaran, serta konsistensi dalam menjaga kualitas, Indah kini mampu memproduksi hingga 100 kilogram adonan roti goreng per hari.
-
Bagaimana Ibu Putri memulai usaha batiknya? Berawal dari Pandemi Putri bercerita ia merintis usaha batik itu waktu masa pandemi COVID-19. Waktu itu ia termasuk salah satu warga yang kena COVID-19.Setelah pandemi mereda, kampungnya mengadakan pelatihan membatik. Saat itu Ibu Putri tidak ikut sebagai peserta. Di sana ia bertugas sebagai tukang masak. Namun di sela-sela waktu, ia ikut melihat proses membatik itu.Selesai pelatihan, ia mengambil sisa limbah untuk dibawa pulang. Selama mengisi hari-hari di rumah, ia memanfaatkan waktu untuk belajar membatik secara autodidak di rumah. Lama-lama ia ketagihan membatik. Mulai saat itulah Ibu Putri mantap untuk merintis usaha batik.
-
Apa itu Cakwe Bandung? Di Bandung, Jawa Barat, cakwe amat mudah dijumpai, mulai dari sekitaran pasar tradisional, depan mini market, sampai area kantin sekolah.
-
Bagaimana proses pembuatan cobek di Kampung Cikanyere? Proses pembuatannya pun dengan alat tradisional menyerupai pisau pendek yang tajam.Mula-mula potongan kayu kelapa dipahat, dan dibuat setengah lingkaran.Kemudian, Solih langsung melubangi tengahnya, sampai membentuk cekungan.Ulekan setengah jadi itu lantas dihaluskan, hingga selesai sempurna.
-
Dimana Cakwe berasal? Makanan ini dulunya dibawa oleh masyarakat Tiongkok yang merantau ke Indonesia.
-
Kenapa pengrajin di Kampung Cikanyere membuat cobek dari kayu kelapa? Menurut Solih, cobek buatannya ini dia buat dari kayu kelapa yang banyak ditemukan di sekitar tempat tinggalnya.
-
Bagaimana cara mantan TKW itu berjualan basreng? Ayu juga memperlihatkan proses pembuatan basreng miliknya. Awalnya, ia sudah mempersiapkan basreng mentah yang sudah dipotong dari rumah. Usai ditakar, basreng diberi tepung dan digoreng lima menit. Hingga proses akhirnya, basreng tersebut diberi sambel dengan berbagai varian.
Indah memulai usaha sejak delapan tahun lalu, tepat ketika anaknya baru berusia 4 bulan. Di awal perjalanan bisnisnya, dia hanya mengolah 5 kilogram adonan setiap hari.
Berawal dari penjualan di pinggir jalan, Indah tidak pernah menyerah meski kondisi dan lingkungan usahanya tidak selalu menguntungkan. Dia mencoba berjualan di pasar-pasar kecil hingga membuka cabang di beberapa tempat, meskipun tidak semua lokasi memberikan hasil yang memuaskan.
Salah satu tantangan terbesar adalah ketika dia membuka usaha di sebuah pasar yang sepi pengunjung. Oleh karena itu, Indah terus mencoba berbagai strategi, hingga akhirnya menemukan pasar yang cocok dan mampu mendongkrak usahanya.
Keuletan Indah tak lepas dari pengalamannya merantau bersama suaminya ke Bali, di mana ia mulai berkenalan dengan dunia kuliner. Pengalaman tersebut mengasah keterampilannya dan menguatkan keyakinan bahwa dunia kuliner adalah bidang yang tepat untuk Indah.
Sepulang dari perantauan, Indah memutuskan untuk memulai usaha roti goreng dan cakwe. Awalnya hanya beroperasi dalam skala kecil, tetapi konsistensi dan kesabaran dalam mengembangkan usaha membawa perubahan yang signifikan.
Jujur dan Konsisten Meski Harga Bahan Baku Melonjak
Salah satu prinsip utama yang dipegang oleh Indah adalah menjaga kualitas produk, padahal harga bahan baku sering mengalami kenaikan. Di tengah lonjakan harga tepung, minyak, dan gula, Indah memilih untuk tidak mengurangi kualitas bahan yang digunakan.
Bagi Indah, kejujuran dalam menjaga kualitas adalah kunci utama agar pelanggan tetap setia. Walaupun keuntungan yang diperoleh menjadi lebih kecil karena tidak mengurangi bahan, para pelanggan lama tetap loyal bahkan semakin banyak pembeli baru yang datang.
Ketika membagikan kisahnya, Indah menekankan pentingnya kejujuran dan konsistensi dalam menjalankan usaha.
“Di mana pun kita berada, asalkan kita jujur dan konsisten, insyaallah rezeki akan datang,” kata Indah dalam tayangan YouTube Garuda Machinery Malang, dikutip pada Selasa (9/10).
Prinsip ini terbukti ampuh dalam menjalankan usahanya. Meski banyak tantangan, mulai dari persaingan hingga naik turunnya harga bahan baku, Indah berhasil mempertahankan pelanggan bahkan memperluas usahanya.
Dari Manual hingga Mengandalkan Mesin Produksi
Di awal usaha, Indah mengolah adonan secara manual. Setiap hari, dia dan timnya membutuhkan waktu sekitar 3 jam untuk mengolah 40 hingga 50 kilogram adonan.
Proses ini dilakukan dua kali sehari, mengingat sebagian pelanggan lebih menyukai roti goreng dalam keadaan hangat. Dia harus memulai produksi dari pukul 16.00 WIB hingga malam hari, kemudian melanjutkan produksi lagi pada dini hari untuk memenuhi permintaan pelanggan.
"Jam 4 sore itu kita mulai produksi di rumah. Nanti jam 6 setelah selesai produksi pembuatan adonan, kita ke stand di pasar. Di sana kita mulai penggorengan sampai jam 9 malam. Nanti di jam 9 malam kita istirahat dan kembali produksi lagi sekitar jam 1 malam hari," terang Indah.
Seiring dengan bertambahnya permintaan, Indah menyadari perlunya meningkatkan efisiensi. Bersama suami, dia mulai mencari mesin pengaduk adonan yang bisa membantu mempercepat proses produksi. Setelah melakukan survei di beberapa pabrik di Malang, Indah akhirnya menemukan mesin yang cocok.
Mesin tersebut tidak hanya membantu meningkatkan kapasitas produksi, tetapi juga menghemat biaya operasional hingga lebih dari 50 persen. Dengan mesin tersebut, Indah tidak lagi membutuhkan banyak tenaga kerja untuk mengaduk adonan secara manual.
Perjalanan Menuju 100 Kilogram Adonan per Hari
Dalam perjalanan usaha, Indah terus belajar dan beradaptasi. Dia terus mencari cara untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi bisnis. Salah satunya dengan mencoba berinovasi dalam cara penjualan.
Berawal dari berjualan di trotoar dan pinggir jalan yang tidak selalu mendatangkan banyak pelanggan, Indah terus mencoba lokasi-lokasi baru dan meningkatkan kualitas produk. Perlahan namun pasti penjualan Indah semakin meningkat.
Setelah delapan tahun menjalankan usaha, Indah mampu memproduksi hingga 100 kilogram adonan setiap hari. Jumlah ini jauh melampaui produksi awal yang hanya 5 kilogram. Kesuksesannya adalah hasil dari kerja keras yang berkelanjutan, dengan tidak pernah mengurangi kualitas produk meski kondisi ekonomi tidak stabil. Setiap hari, Indah melayani pelanggan dari berbagai kalangan, mulai dari penjual pasar hingga orang-orang yang sekadar lewat dan tertarik dengan roti gorengnya.
Kini, Indah menjadi contoh inspiratif bagi banyak orang, khususnya mereka yang sedang merintis usaha kecil. Dari 5 kilogram adonan hingga 100 kilogram, dari pinggir jalan hingga mampu memiliki mesin produksi yang efisien, Indah telah melalui perjalanan panjang yang penuh pelajaran berharga. Kisah Indah menjadi pelajaran bahwa kunci keberhasilan terletak pada konsistensi, kejujuran, dan tidak mudah menyerah pada tantangan.
Reporter magang: Thalita Dewanty