Sempat Alami Kebangkrutan hingga Jadi Penambang Pasir, Triwidati Kini Raup Omzet Rp18 Juta Lewat Usaha Ini
Dari usaha ini, Sarjidi berhasil membeli tanah dan kendaraan sebagai bukti kesuksesan usahanya.
Seorang pemilik usaha tahu murni di Triwidati, Bendung Kamijoro, Bantul, menceritakan perjalanan usahanya dalam YouTube Lempar Dadu. Awalnya, usaha ini dimulai dengan sangat sederhana. Pasalnya, Sarjidi hanya mampu menjual sekitar 100 potong tahu dengan pendapatan harian sebesar Rp17.500.
Namun, berkat usaha dan ketekunan yang luar biasa, usahanya kini berkembang pesat hingga mampu menjual sekitar 120 kilogram tahu per hari. Dari usaha ini, Sarjidi berhasil membeli tanah dan kendaraan sebagai bukti kesuksesan usahanya.
-
Bagaimana Dewi Perssik menghasilkan uang saat awal karir? Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, ia pernah mencoba mengamen di jalan-jalan utama Jakarta.
-
Kenapa usaha Fitri sukses? Keberhasilan pertamanya datang ketika banyak teman dan tetangga mulai menitipkan belut untuk dijual kembali. Fitri yang awalnya hanya menjadi pengepul, akhirnya melihat peluang untuk mengolah peyek tersebut menjadi produk camilan peyek belut.
-
Bagaimana Satria dapat omzet tinggi? Untuk di weekend 100 sampai 200 porsi bisa terjual, sedangkan weekday itu 100 porsi. Sebulan itu, omzetnya lumayan, bisa di angka Rp50 sampai Rp100 juta per bulannya,' ungkap Satria.
-
Bagaimana wirausahawan mencapai hasil? Wirausahawan yang berhasil tidak hanya terpaku pada proses, tetapi juga sangat memperhatikan hasil akhir dari setiap usaha yang dilakukan.
-
Apa usaha yang sukses dijalankan Fitri? Fitri dan suami memulai usaha peyek belut pada tahun 2005.
-
Siapa pengusaha sukses asal Sumut itu? Marihad Simon Simbolon adalah sosok penting di balik suksesnya sebuah perusahaan yang bergerak di bidang logistik, perminyakan, dan industri kelapa sawit.
Sarjidi memulai usaha tahu dengan modal yang sangat terbatas. Modal awalnya sekitar Rp1 juta, digunakan untuk membeli peralatan dan bahan baku. Seiring berjalannya waktu, modal untuk pengembangan usaha mencapai Rp11,5 juta yang digunakan untuk memperbarui peralatan seperti genset dan peralatan produksi lainnya.
Proses Produksi Tahu
Bahan baku utama yang digunakan dalam produksi tahu adalah kedelai, yang merupakan campuran antara kedelai lokal dan kedelai impor dari Amerika Serikat. Kombinasi ini dipilih karena menghasilkan kualitas tahu yang lebih baik. Kedelai Amerika lebih bersih dan memiliki bentuk bulat, sedangkan kedelai lokal cenderung memiliki kotoran tetapi lebih bernutrisi.
Proses pembuatan tahu di pabrik Sarjidi terbilang cukup rumit dan memerlukan ketelitian tinggi. Dimulai dari pencucian kedelai, perendaman selama tiga jam, penggilingan, hingga akhirnya dimasak menggunakan uap panas.
Sistem pemanas uap ini dirancang khusus menggunakan pipa yang memanfaatkan uap dari drum air yang dipanaskan. Setelah matang, kedelai disaring untuk memisahkan pati dari ampas, dan kemudian dicetak dalam kotak kayu.
Hasil akhirnya adalah tahu putih dengan tekstur halus dan bentuk yang rapi. Teknik pengepresan menggunakan batu berat dari sungai, yang menambah ciri khas tahu produksi Bapak Sarjidi. Tahu yang dihasilkan kemudian dipotong sesuai ukuran dan siap dipasarkan.
Pernah Bangkrut Lalu Bangkit Kembali
Berkat kerja keras dan ketekunan, usaha tahu ini kini mendatangkan omzet yang cukup besar. Setiap harinya, omzet usaha Sarjidi mencapai sekitar Rp600.000 per hari setelah dikurangi biaya operasional dan gaji karyawan.
Jumlah tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga serta memperluas usaha. Meski begitu, pemasaran tetap menjadi tantangan tersendiri, terutama ketika permintaan pasar sedang turun.
Sarjidi juga mengungkapkan bahwa perjalanannya dalam membangun usaha ini tidak selalu mulus. Setelah menikah, usaha tahu yang dia jalankan mengalami penurunan drastis hingga menyebabkan kebangkrutan.
"Sehabis menikah itu kan jualan tahu semakin menurun. Nah akhirnya nggak bisa mencukupi keluarga, saya pindah lah ke tambang pasir," kata Sarjidi dalam tayangan YouTube Lempar dadu, dikutip Senin (21/10).
Untuk menghidupi keluarganya, dia sempat beralih bekerja di tambang pasir selama 17 tahun. Namun, keinginannya untuk kembali menjalankan usaha tahu membuatnya bangkit dari keterpurukan. Dengan modal dan pengalaman yang didapat, dia memulai kembali dari nol hingga berhasil mengembangkan usaha tahu yang lebih besar.
Kunci Sukses dan Dukungan Keluarga
Menurut Sarjidi, kunci kesuksesan usahanya terletak pada konsistensi, ketekunan, serta keyakinan kepada Tuhan. Dia juga menekankan pentingnya berdoa untuk mendapatkan kelancaran dalam usaha.
Selain itu, dukungan dari keluarga, terutama anak-anaknya, menjadi motivasi terbesar baginya untuk terus berusaha. Sarjidi berharap, anak-anaknya dapat melanjutkan usaha ini di masa depan.
"Ya kedepannya semoga Allah memberikan jalan yang terbaik dan anak-anak saya bisa meneruskan perjuangan saya," ujar Sarjidi dengan penuh harap.
Kini, Sarjidi memproduksi beberapa jenis tahu, seperti tahu putih, tahu magel, dan tahu plempung, yang diminati oleh pedagang maupun konsumen rumah tangga. Pelanggannya tersebar di pasar-pasar sekitar, dan dia juga melayani pesanan secara langsung.
Dengan modal awal yang kecil dan pengalaman pahit kebangkrutan, Sarjidi kini mampu menghasilkan omzet yang signifikan dan memberikan kehidupan yang lebih baik bagi keluarganya.
Reporter Magang: Thalita Dewanty