Bermodal Uang Pensiun PNS Suami Rp500.000, Wanita ini Sukses Bangun Bisnis Kerajinan Tangan dari Eceng Gondok
Tekad yang kuat dan kerja keras mampu membuat yang tak mungkin jadi mungkin.
Tekad yang kuat dan kerja keras mampu membuat yang tak mungkin jadi mungkin.
Bermodal Uang Pensiun PNS Suami Rp500.000, Wanita ini Sukses Bangun Bisnis Kerajinan Tangan dari Eceng Gondok
Hidup Agust Praptina sempat goyah saat sang suami harus pergi untuk selamanya di usia masih cukup muda. Namun, kehidupan tetap harus berjalan.
Dia pun memanfaatkan uang pensiun sang suami sebesar Rp500.000 sebagai modal hidupnya bersama empat anak.
-
Siapa yang dapat mengolah eceng gondok menjadi kerajinan? Dengan dapat diolah menjadi tali, benang, keranjang, topi, tikar, dan bahkan furnitur, tanaman ini dapat memberikan manfaat ekonomi yang signifikan.
-
Siapa ibu rumah tangga di Bogor yang sukses berbisnis kue? Perempuan bernama Windhy Arisanty itu rupanya bisa mengantongi omzet hingga puluhan juta rupiah hanya dari berjualan kue.
-
Bagaimana Ibu Putri memulai usaha batiknya? Berawal dari Pandemi Putri bercerita ia merintis usaha batik itu waktu masa pandemi COVID-19. Waktu itu ia termasuk salah satu warga yang kena COVID-19.Setelah pandemi mereda, kampungnya mengadakan pelatihan membatik. Saat itu Ibu Putri tidak ikut sebagai peserta. Di sana ia bertugas sebagai tukang masak. Namun di sela-sela waktu, ia ikut melihat proses membatik itu.Selesai pelatihan, ia mengambil sisa limbah untuk dibawa pulang. Selama mengisi hari-hari di rumah, ia memanfaatkan waktu untuk belajar membatik secara autodidak di rumah. Lama-lama ia ketagihan membatik. Mulai saat itulah Ibu Putri mantap untuk merintis usaha batik.
-
Kenapa Ibu Utami memilih bisnis tas anyaman? Pada tiga bulan pertama pandemi Covid-19, Utami memutar otak apa yang bisa menghasilkan keuntungan di masa serba sulit. Ia tak mau terus-terus menguras tabungan untuk biaya hidup sehari-hari karena bisnis limbah kayunya tak jalan dan bisnis mebel sang suami pun lesu.
-
Kenapa Ibu Yatin memulai usaha rengginang? 'Saat itu, saya hanya berpikir bagaimana caranya bisa membantu suami. Anak-anak masih kecil dan butuh biaya sekolah, jadi saya putuskan untuk memulai usaha ini dari rumah, supaya tetap bisa menjaga anak-anak,' kata Yatin dalam tayangan YouTube Lempar Dadu, dikutip pada Kamis (10/10).
-
Apa profesi perempuan tersebut? Perempuan tersebut terlihat sedang menjamu tamunya dengan sangat baik.Mereka kemudian berbincang panjang dan menjelaskan masing-masing latar belakangnya. Perempuan pemilik warung sekaligus tukang pijat itu pun akhirnya mengaku bahwa ia bekerja di bidang tersebut karena terpaksa.
Dalam wawancara yang diunggah akun YouTube Pecah Telur, Agus atau sering disapa dengan Bu Seno, bercerita titik beratnya menjalani hidup ketika sang suami, Suseno meninggal di usia 45 tahun.
Sebagai seorang PNS di Kediri, uang pensiun yang diterima Suseno hanya Rp500.000. Suseno meninggal di tahun 2002.
"Bayangkan uang pensiun bapak Rp500.000 saya harus apa," kata Bu Seno, dikutip Rabu (8/11).
Bu Seno mengatakan, sang suami sebenarnya terpilih sebagai staf Menteri Pendidikan. Namun, di tahun 1990, dia memilih untuk ditugaskan di Kediri karena merasa pendidikan di Jakarta kurang cocok untuk anak-anaknya.
Setelah surat keputusan perpindahan tugas, telah terbit, Seno bersama keluarga tinggal di Kediri. Hingga di tahun 2002, Seno meninggal dunia.
Dengan modal pensiun sang suami, Bu Seno mengerjakan segala aktivitas yang dapat menghasilkan pundi-pundi rupiah. Dia berjualan donat, tahu, dan sebagainya.
Hingga satu waktu, dia melihat di dekat rumahnya cukup banyak limbah eceng gondok. Dia kemudian memanfaatkan eceng gondok untuk dijadikan bahan utama kerajinan tangan.
"Saya coba buat kerjaninan tangan alhamdulillah pasar suka, akhirnya saya teruskan hingga sekarang," kata Bu Seno.
Pelan namun pasti, usaha kerjaninan tangan Bu Seno terus berkembang. Dia kemudian memanfaatkan limbah dedaunan untuk bahan utama eco print.
Beberapa produk Bu Seno bahkan dibeli langsung oleh warga New Zealand, Amerika, dan beberaoa negara Eropa. Dengan kualitas dan bahan yang mumpuni, pelanggan Bu Seno terus bertambah.
Dengan merintis usaha ini, Bu Seno bahkan mampu menyekolahkan dua anaknya ke perguruan tinggi. Sementara dua anak lainnya, masih bersekolah di Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).Bu Seno sadar, usahanya ini memiliki usia yang cukup panjang, dengan syarat melibatkan banyak pihak untuk berkolaborasi.
Tahun 2019, Bu Seno membuka kursus keterampilan untuk membuat kerajinan tangan seperti mengancam hingga membuat motif kain berwarna alami.
Bu Seno bahkan memiliki puluhan reseller dan mitra produksi yang tersebar di Madiun, Malang, dan Surabaya.
Untuk hasil kain eco print yang dijual Bu Seno sekitar Rp250.000 untuk panjang 2,5 meter dengan bahan rayon. Sementara kain berbahan sutera dibanderol Rp1,2 juta per 2,5 meter.