Kisah Ibu Yatin, Usaha Rengginang dari Dapur Bisa Umrah Sekeluarga dan Produk Dikenal Hingga ke Arab Saudi
Rengginang merupakan camilan tradisional yang mungkin bagi sebagian orang dianggap sederhana.
Di sebuah desa kecil bernama Wanurejo, Magelang terdapat sebuah usaha rumahan yang merangkak dari nol menjadi inspirasi bagi banyak orang. Usaha tersebut adalah Rengginang Ibu Yatin.
Rengginang merupakan camilan tradisional yang mungkin bagi sebagian orang dianggap sederhana. Namun, bagi Yatin dan keluarga, rengginang telah mengubah hidup mereka. Mulai dari usaha kecil yang dijalankan dari dapur rumah, rengginang tersebut kini menjadi sumber rezeki yang membawa Yatin dan keluarga untuk melaksanakan ibadah umrah.
-
Apa yang menjadi kunci sukses usaha Ibu dan Anak ini? 'Walaupun bahan bumbu mahal, saya tetap masak enak,' ujarnya. Widari mengaku senang jika pembeli yang makan masakannya senang.
-
Bagaimana Ibu Putri memulai usaha batiknya? Berawal dari Pandemi Putri bercerita ia merintis usaha batik itu waktu masa pandemi COVID-19. Waktu itu ia termasuk salah satu warga yang kena COVID-19.Setelah pandemi mereda, kampungnya mengadakan pelatihan membatik. Saat itu Ibu Putri tidak ikut sebagai peserta. Di sana ia bertugas sebagai tukang masak. Namun di sela-sela waktu, ia ikut melihat proses membatik itu.Selesai pelatihan, ia mengambil sisa limbah untuk dibawa pulang. Selama mengisi hari-hari di rumah, ia memanfaatkan waktu untuk belajar membatik secara autodidak di rumah. Lama-lama ia ketagihan membatik. Mulai saat itulah Ibu Putri mantap untuk merintis usaha batik.
-
Bagaimana Ibu dan Anak ini mempromosikan usaha dawet durian nya? Dicky mengaku memanfaatkan media sosial untuk promosi dagangan ibunya. Saat awal-awal buka, ia mengundang konten kreator lokal untuk mengulas warung sang ibu. Tak hanya itu, Dicky juga melakukan promosi berbayar (endorse).
-
Siapa ibu rumah tangga di Bogor yang sukses berbisnis kue? Perempuan bernama Windhy Arisanty itu rupanya bisa mengantongi omzet hingga puluhan juta rupiah hanya dari berjualan kue.
-
Bagaimana Rahma membangun usahanya hingga sukses? Dari bangkrut jadi bangkit Lantaran omzet yang tak kunjung meningkat, akhirnya ia terpaksa menutup toko cokelatnya karena bangkrut. Merasa masih memiliki energi untuk bangkit, dirinya lantas menjual bahan makanan kering seperti kentang Mustafa dan bawang goreng. Dari sini usahanya lumayan berkembang, hingga akhirnya terus dibangun menjadi sebuah industri katering hingga sekarang.
-
Apa yang menjadi usaha Ibu Haji Putri Arofah? Walaupun sehari-hari menjalani rutinitas sebagai ibu rumah tangga, namun ia juga ingin menghasilkan uang sendiri. Pada akhirnya ia kini punya usaha produksi kain batik dengan omzet mencapai Rp300 juta per bulan.
Tahun 1996 menjadi awal mula perjalanan Yatin dalam dunia bisnis rengginang. Saat itu, dia berjuang membantu suami untuk memenuhi kebutuhan keluarga serta ketiga anaknya yang masih kecil dan butuh biaya pendidikan.
Yatin berusaha mencari cara untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk membuat rengginang, sebuah camilan yang terbuat dari beras ketan yang digoreng hingga memiliki tekstur renyah.
“Saat itu, saya hanya berpikir bagaimana caranya bisa membantu suami. Anak-anak masih kecil dan butuh biaya sekolah, jadi saya putuskan untuk memulai usaha ini dari rumah, supaya tetap bisa menjaga anak-anak,” kata Yatin dalam tayangan YouTube Lempar Dadu, dikutip pada Kamis (10/10).
Di awal usahanya, produksi rengginang Yatin hanya sebanyak 4 kilogram per hari. Rengginang tersebut dititipkan di warung-warung kecil di sekitar desanya.
Menurut pengakuan Yatin, kadang hanya 20 bungkus yang laku terjual dalam seminggu, kadang 50 bungkus. Kendati demikian, Yatin terus membuat rengginang dan menitipkannya dari satu warung ke warung lain, berharap produk buatannya bisa diterima masyarakat.
Proses Produksi yang Penuh Ketelitian
Rengginang Yatin dikenal dengan kualitas tinggi sebab menggunakan beras ketan pilihan. Yatin tidak sembarang memilih bahan baku, beras ketan yang digunakan adalah jenis terbaik dari daerah Muntilan yang sudah menjadi langganan sejak lama. Menurutnya, untuk menghasilkan rengginang yang berkualitas harus menggunakan beras ketan, tidak bisa diganti dengan jenis beras lain.
Proses pembuatan rengginang juga dilakukan dengan sangat teliti. Pertama, beras ketan harus direndam selama dua jam supaya lebih empuk saat dikukus. Setelah direndam, beras ketan tersebut dikukus dua kali agar matang dengan sempurna.
Pengukusan dua kali juga diperlukan agar bumbu yang terdiri dari bawang putih, garam, dan terasi meresap sempurna ke dalam beras ketan. Setelah matang, adonan dicetak dalam berbagai bentuk, mulai dari bulat kecil, yang disebut rengginang lato-lato, hingga bentuk gepeng atau mangkoan.
Setelah dicetak, rengginang tersebut dipanggang selama satu setengah jam menggunakan serbuk kayu gergaji. Proses pemanggangan ini sangat penting untuk mengurangi kadar air dalam rengginang yang berfungsi sebagai pengawet alami dan mencegah rengginang cepat berjamur.
Yatin menjelaskan bahwa semua proses ini dilakukan secara manual dan sangat bergantung pada kondisi cuaca. Namun, berkat bantuan oven kini proses pengeringan rengginang bisa dilakukan lebih cepat, bahkan saat musim hujan.
Dari Warung Kecil Hingga Mancanegara
Perlahan namun pasti, rengginang Yatin mulai dikenal banyak orang, padahal awalnya dia hanya menitipkan rengginang di warung-warung kecil.
Tidak hanya di tingkat lokal, rengginang ini juga mulai merambah pasar yang lebih luas, bahkan pernah di-ekspor ke Jeddah, Arab Saudi, sebelum pandemi melanda. Selain itu, rengginang ini juga sering menjadi oleh-oleh bagi turis mancanegara yang berkunjung ke Borobudur.
"Alhamdulillah, sudah banyak dikenal masyarakat luas. Tidak hanya di Indonesia, sekarang banyak sekali mancanegara dari Brunei, Malaysia, Singapura, serta tetangga-tetangga negara sebelah juga," ujar Yatin.
Salah satu momen paling membanggakan bagi keluarga ini adalah saat rengginang mereka menjadi salah satu produk unggulan di Desa Wisata Wanurejo, tempat wisatawan sering mengunjungi Borobudur.
Setiap Sabtu dan Minggu, produksi rengginang bisa mencapai 70-80 kilogram per hari untuk memenuhi permintaan wisatawan, biasanya rengginang lato-lato menjadi varian yang paling diminati oleh para wisatawan.
"Sekarang bikinnya itu kadang 60-70 kilogram. Bahkan kadang pas ramai bisa mencapai 80 kilogram," jelas Yatin.
Namun, di balik itu semua Yatin dihadapi oleh tantangan yang memengaruhi proses produksi, yaitu cuaca yang tidak menentu. Proses pengeringan rengginang yang biasanya memakan waktu dua hari, bisa memakan waktu lebih lama saat musim hujan tiba.
Tak hanya itu, di awal perjalanan usahanya, Yatin sering mendapat penolakan dari warung-warung yang menolak titipan rengginang miliknya.
Berbekal tekad yang kuat, mereka terus memperbaiki produk dan pelayanan. Yatin pun aktif mengikuti program-program UMKM untuk memperluas jaringan pemasaran dan memperbaiki kualitas produk. Saat ini, mereka telah memiliki tim produksi yang beranggotakan lebih dari 20 orang, terutama di akhir pekan ketika pesanan meningkat pesat.
Rengginang Membawa Umrah
Berkat kerja keras dan ketekunan, usaha yang dulunya hanya menghasilkan 4 kilogram rengginan sehari kini telah berlipat ganda menjadi 500 pack per hari. Omzet yang dihasilkan dari penjualan rengginang ini pun dapat membawa keluarga Yatin menunaikan ibadah umrah ke Tanah Suci.
Kini, rengginang Bu Yatin menjadi salah satu ikon dari Desa Wisata Wanurejo, Magelang. Wisatawan yang berkunjung ke Borobudur tidak lengkap rasanya tanpa membawa pulang rengginang sebagai oleh-oleh.
Meskipun awalnya dimulai dengan modal yang sangat terbatas, usaha ini kini telah mengubah kehidupan satu keluarga dan memberdayakan masyarakat di sekitarnya. Lebih dari itu, Rengginang Ibu Yatin juga menjadi kebanggaan masyarakat lokal, yang dengan bangga memperkenalkan produk tradisional ini ke kancah internasional.
Reporter Magang: Thalita Dewanty