Denny JA Perkenalkan Panduan Hidup Spiritual di Tengah Kemajuan Teknologi AI
Menurut Denny, spiritualitas di era AI harus menjadi keterampilan hidup yang relevan dengan kebutuhan zaman.
Denny JA memperkenalkan The Six Golden Principles of Spirituality in the Era of AI. Prinsip-prinsip ini dirancang sebagai panduan bagi manusia dalam menghadapi perubahan besar yang dibawa oleh era kecerdasan buatan (AI), seraya tetap menjaga pencarian makna hidup yang universal.
Menurut Denny, spiritualitas di era AI harus menjadi keterampilan hidup yang relevan dengan kebutuhan zaman. Ia mencontohkan perkembangan di Silicon Valley, di mana perusahaan seperti Google mempromosikan mindfulness dan meditasi untuk membantu individu menemukan jeda di tengah derasnya inovasi teknologi.
“Di era ini, spiritualitas tidak lagi sekadar milik agama tertentu, tetapi menjadi jembatan universal antara kebutuhan batiniah manusia dan tuntutan dunia modern,” ujar Denny dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (21/12).
Berikut adalah enam prinsip emas yang dirumuskan Denny JA setelah lebih dari 30 tahun mempelajari psikologi positif, neuroscience, dan tradisi berbagai agama:
Pertama, Mengutamakan Persamaan Manusia, Bukan Perbedaannya. Denny menekankan, persamaan antar manusia lebih fundamental dibandingkan perbedaan yang muncul dari agama atau keyakinan. Agama-agama besar dunia hanya hadir di ujung sejarah manusia, sementara pencarian spiritual telah berlangsung ribuan tahun sebelumnya.
“Dasar dari semua keyakinan adalah sama: mencari makna, merawat kehidupan, dan menjawab misteri eksistensi. Ini adalah fondasi harmoni yang harus kita bangun di era teknologi,” ujarnya.
Kedua, Warisan Agama Sebagai Kekayaan Budaya Bersama. Lebih dari 4.200 agama di dunia adalah warisan budaya manusia yang mengandung pesan universal tentang cinta, belas kasih, dan kebijaksanaan. Denny mengajak, masyarakat untuk menyaring esensi ajaran agama demi membangun jembatan antariman, tanpa menghilangkan keberagaman.
“Hidup spiritual adalah cara merayakan perbedaan sebagai kekayaan bersama,” tambahnya.
Ketiga, Kebahagiaan dan Makna Hidup melalui Sains. Spiritualitas kini diperkuat oleh sains, terutama melalui riset psikologi positif dan neuroscience. Denny merumuskan, formula 3P + 2S (Personal Relationship, Positivity, Passion, Small Winning, dan Spirituality) sebagai peta menuju hidup yang bermakna.
“Kebahagiaan adalah perjalanan, bukan tujuan akhir. Ini adalah hak kolektif manusia yang dapat dicapai melalui kesadaran diri,” kata Denny JA.
Keempat, Tafsir Agama yang Selaras dengan Hak Asasi Manusia. Di era ini, tafsir agama tidak lagi menjadi domain eksklusif otoritas tertentu. AI memungkinkan eksplorasi mendalam terhadap berbagai tafsir agama, memberikan kebebasan bagi individu untuk memilih tafsir yang mempromosikan ilmu pengetahuan, menghormati hak asasi manusia, dan membawa kebahagiaan.
“AI adalah alat, tetapi kebijaksanaan tetap ada pada manusia. Tafsir yang benar adalah yang membuat dunia lebih baik bagi semua,” tegas Denny.
Kelima, Pemberdayaan Individu dalam Spiritualitas. Kemajuan teknologi mengurangi ketergantungan pada otoritas agama dan mendorong individu untuk menemukan jalan spiritual mereka sendiri. Dengan alat seperti AI, manusia dapat mempelajari lintas teks dan sejarah agama untuk menentukan nilai-nilai spiritual yang relevan dengan kehidupan mereka.
“Era ini memanggil kita untuk menjadi pemimpin spiritual bagi diri sendiri, dengan tanggung jawab yang menyertainya,” tambahnya.
Keenam, Perayaan Hari Raya Aneka Agama secara Sosial. Denny memulai, tradisi merayakan hari raya lintas iman sebagai bentuk perayaan sosial. Ia menekankan pentingnya hadir sebagai sahabat untuk berbagi kebahagiaan, meski tidak mengikuti ritus agama yang berbeda.
“Tradisi ini mencerminkan dunia yang damai, di mana keberagaman adalah kekayaan yang layak dirayakan bersama,” jelasnya.
Selain itu, Denny juga menyoroti peran teknologi dalam mendukung spiritualitas modern. Aplikasi meditasi berbasis data, perangkat seperti Muse, dan platform seperti GPT Spiritual Companion menawarkan ruang refleksi baru yang melampaui batasan agama.
“AI bukan hanya alat, tetapi teman perjalanan batin yang mengingatkan kita bahwa spiritualitas tetap abadi, meski berbaju teknologi,” ungkap Denny.
Melalui The Six Golden Principles of Spirituality in the Era of AI, Denny JA mengajak manusia untuk hidup harmonis, memahami keberagaman, dan berbagi makna di tengah kemajuan teknologi. Prinsip ini menjadi panduan universal untuk menghadapi era AI dengan jiwa yang tetap terhubung pada esensi kemanusiaan.