Resign dari Zona Nyaman di BUMN, Raka Sukses Jadi Pengusaha Keripik Usai Ditentang Orangtua
Dia memutuskan keluar dari pekerjaannya sebagai supervisor di sebuah perusahaan BUMN dan memilih untuk merintis usaha keripik kentang.
Dia memutuskan keluar dari pekerjaannya sebagai supervisor di sebuah perusahaan BUMN dan memilih untuk merintis usaha keripik kentang.
Resign dari Zona Nyaman di BUMN, Raka Sukses Jadi Pengusaha Keripik Usai Ditentang Orangtua
Perjalanan Mantan Pegawai BUMN yang Sukses Jadi Pengusaha Keripik Kentang
Bekerja di perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), menjadi impian bagi sebagian masyarakat Indonesia. Jika sudah bekerja di BUMN dan mendapatkan posisi terbaik, sulit rasanya untuk memutuskan berhenti bekerja. Namun, asa Raka untuk menjadi pengusaha lebih besar. Dia memutuskan keluar dari pekerjaannya sebagai supervisor di sebuah perusahaan BUMN dan memilih untuk merintis usaha keripik kentang.
Dalam wawancara yang diunggah akun YouTube Kawan Dapur, Raka mengulas kembali perjalanannya merintis bisnis keripik kentang yang sempat ditentang orangtuanya.
Alasannya sederhana, menjadi karyawan BUMN merupakan 'jaminan' hidup aman di masa depan.
Secara perlahan, Raka menjelaskan rezeki bukan sebatas gaji. Dia meyakinkan orangtuanya kalau usaha yang dirintis akan berjalan baik. Proses membujuk orangtua agar menerima keputusan tersebut diakui Raka tidak mudah. Meski begitu, pria yang sudah berkeluarga ini tidak acuh dengan pertentangan orangtuanya. Bagi Raka, tugasnya membuktikan keputusan keluar dari tempat bekerja dan menjadi seorang pengusaha bukan keputusan yang tidak sia-sia.Modal Perdana Bangun Bisnis Keripik Kentang hanya Rp500.000
Raka masih ingat betul modal usaha yang dia keluarkan untuk memulai bisnis keripik kentang hanya Rp300.000. Uang itu dibelanjakan untuk membeli kentang Dieng Rp100.000, kemasan Rp50.000, bumbu Rp50.000, dan sealer seharga Rp100.000.
Dia memilih kentang sebagai inti bisnisnya karena tidak banyak pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang menggunakan kentang. Justru perusahaan besar yang kebanyakan menjadikan kentang sebagai bahan baku bisnis utama. Di awal menjalankan usahanya, Raka menghabiskan 10 kg kentang setiap bulannya. Dibantu dengan dua tenaga kerja yang tinggal dekat rumahnya, Raka memulai usaha keripik kentang yang dia beri nama Kentunk.Memang tidak instan, namun perkembangan usaha Raka menunjukan hasil positif. Produk keripik kentang berhasil dikirim ke luar Pulau Jawa. Kapasitas kentang yang dia produksi juga terus meningkat. Jika di awal merintis bisnis dia membutuhkan 10 kg per bulannya, saat ini Raka harus membeli kentang Dieng dalam jumlah 1,2 ton sebulan. Kentang Dieng menjadi pilihan karena ukurannya besar sehingga saat dikupas tidak banyak daging kentang yang terbuang.
Bisnis Raka terus ditingkatkan seiring dengan meningkatnya permintaan pasar.
Jika dulu pemotongan keripik kentang dilakukan secara manual, kini Raka berhasil membeli alat pemotong otomatis untuk keripiknya agar lebih efisien waktu.
Meski tidak menyebutkan omset dari bisnis keripik kentang ini,
Raka mengatakan, rezeki yang dia terima melalui usaha ini sudah mencukupi kebutuhan sehari-hari untuknya dan keluarga. Dia berharap melalui usaha ini, Raka beserta keluarga dan Ayah Ibunya dapat berangkat haji.