Suami Dipecat & Jualan Keripik Bayam Awalnya Tak Laku, Ratmi Kini Jadi Pengusaha Sukses
Ratmi berada di titik terendah saat memulai usaha keripik bayam.
Gempa bumi besar yang melanda Yogyakarta pada tahun 2006 menyisakan luka mendalam bagi banyak orang, termasuk Ratmi. Dia kelimpungan saat mata pencaharian sang suami sebagai buruh pabrik, harus hilang.
“Setelah gempa, kami benar-benar kehilangan segalanya. Suami saya diberhentikan dari pekerjaannya, dan saya bingung harus berbuat apa,” kenang Ratmi dalam tayangan YouTube Lempar Dadu, dikutip Selasa (19/11).
-
Kenapa Rahmat sukses menjual seladanya? Rahmat juga menjual sayur seladanya tidak ke tengkulak atau produsen, melainkan langsung ke konsumen. Dari sana, produknya bisa stabil dengan harga jual di pasaran tanpa terpengaruh inflasi Kemudian Rahmat juga melayani pembelian dadakan, walau harga beberapa ikat sayur slada.
-
Siapa yang sukses dengan usaha peyek belut? Fitri Puji Lestari, seorang pengusaha peyek belut asal Bantul, Yogyakarta mampu membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah hambatan untuk meraih kesuksesan.
-
Bagaimana membuat keripik bayam renyah? Langkah pertama untuk membuat keripik bayam yang renyah tanpa minyak adalah memilih daun bayam yang segar dan masih utuh.
-
Dimana keripik bayam populer? Berkat nilai gizi yang sangat tinggi, bayam dapat diolah menjadi berbagai jenis hidangan, mulai dari sayur bening yang sederhana, campuran omelet, hingga camilan ringan yang populer, seperti keripik bayam.
-
Bagaimana Rahma membangun usahanya hingga sukses? Dari bangkrut jadi bangkit Lantaran omzet yang tak kunjung meningkat, akhirnya ia terpaksa menutup toko cokelatnya karena bangkrut. Merasa masih memiliki energi untuk bangkit, dirinya lantas menjual bahan makanan kering seperti kentang Mustafa dan bawang goreng. Dari sini usahanya lumayan berkembang, hingga akhirnya terus dibangun menjadi sebuah industri katering hingga sekarang.
-
Siapa ibu rumah tangga di Bogor yang sukses berbisnis kue? Perempuan bernama Windhy Arisanty itu rupanya bisa mengantongi omzet hingga puluhan juta rupiah hanya dari berjualan kue.
Di tengah keterbatasan, Ratmi bangkit dan memulai usaha keripik bayam di Jetis, Bantul, Yogyakarta. Bahkan, kini berhasil menjual hingga 1.000 bungkus dalam satu bulan.
Kala itu, dia memulai usaha dengan modal awal tidak lebih dari Rp50.000. Modal tersebut digunakan untuk membeli bayam dan bahan sederhana lainnya. Dengan tekad yang kuat, dia mencoba menjual hasil olahannya ke pasar.
Merintis Berjualan dari 20 Bungkus
Langkah awal Ratmi dalam usaha keripik bayam tidaklah mudah. Modalnya yang kecil, hanya cukup untuk membeli satu ikat bayam dan beberapa potong tempe.
“Dulu, saya hanya mampu membuat 20-50 bungkus keripik. Kadang laku, kadang tidak. Bahkan pernah tiga kali goreng hasilnya tetap utuh, tidak ada yang membeli,” ujarnya sambil tersenyum pahit.
Berkat dukungan dari keluarga dan tekadnya untuk memberikan kehidupan yang lebih baik bagi anak-anaknya membuat Ratmi bertahan. Dengan belajar dari saudara dan resep keluarga, dia mulai menyempurnakan kualitas produknya.
Keripik bayam buatan Ratmi memiliki cita rasa yang unik karena menggunakan bahan alami dan proses pembuatan yang penuh konsisten. Bayam yang digunakan adalah bayam lokal yang dipilih khusus, dicuci bersih, dan dipisahkan dari batangnya untuk menjaga tekstur renyah. Bumbunya terdiri dari bawang putih, ketumbar, garam, dan sedikit penyedap rasa, yang diracik dengan takaran pas untuk menghasilkan rasa gurih khas.
Dalam proses penggorengan, bayam direndam satu per satu dalam adonan tepung dan digoreng hingga kering dalam minyak panas. Semua dilakukan dengan tangan, tanpa bantuan mesin, untuk menjaga kualitas dan rasa.
Pesanan dalam Jumlah Besar
Perjuangan Ratmi membuahkan hasil. Produk keripiknya mulai dikenal di kalangan masyarakat sekitar. Pada hari-hari biasa, dia mampu memproduksi hingga 200 bungkus keripik bayam.
Namun, saat lebaran atau acara besar seperti pengajian, jumlah pesanan bisa melonjak hingga 1.000 bungkus. Pesanan tidak hanya datang dari Bantul, tetapi juga dari luar kota seperti Jakarta dan Kalimantan.
“Kami pernah mengirim keripik untuk oleh-oleh hingga Kalimantan. Rasanya senang sekali melihat produk kami bisa diterima di mana-mana,” katanya.
Meskipun usahanya semakin berkembang, Ratmi tidak lepas dari tantangan. Cuaca sering kali menjadi kendala utama, terutama saat musim hujan. Selain itu, dia juga masih menghadapi keterbatasan alat produksi dan kesulitan menjangkau pasar yang lebih luas.
Kini, Ratmi menjadi inspirasi di desanya. Dari gempa yang menghancurkan segalanya, dia berhasil bangkit dan membangun usaha yang tidak hanya menopang keluarganya tetapi juga memberi motivasi kepada banyak orang.
Reporter Magang: Thalita Dewanty