Modal Awal Hanya Rp 2 Juta, Pemuda di Semarang Ini Sukses Bertani Hidroponik Selada, Dulu Laku 5 Kg Kini 60 Kg Per Hari
Rahmat awalnya mencoba peruntungan di bidang pertanian, bahkan dengan modal awal yang minim yakni Rp2 juta.
Yang awalnya hanya panen 5 kilogram per hari, kini ia mampu sampai 1,9 ton per bulan.
Modal Awal Hanya Rp 2 Juta, Pemuda di Semarang Ini Sukses Bertani Hidroponik Selada, Dulu Laku 5 Kg Kini 60 Kg Per Hari
Profesi petani sebenarnya masih sangat prospek untuk didalami, terutama bagi kalangan muda. Jika ditekuni, bukan tidak mungkin bisa menghasilkan keuntungan berlipat seperti seorang pemuda asal Kecamatan Mijen, Kota Semarang, Jawa Tengah bernama Rahmatul Hafid.
-
Bagaimana petani hidroponik di Indramayu ini bertani dari jarak jauh? Kombinasi NFT dan IoT tadi, di dalam green house ini bisa menciptakan suatu ekosistem hidroponik tersendiri. Dia tidak bergantung ke cuaca, musim sampai kondisi air, karena suhu sudah bisa diatur otomatis dengan adanya perangkat tadi melalui blower. Ini memungkinkan bisa dikontrol dari jarak jauh,' terangnya
-
Kenapa petani hidroponik di Indramayu ini memilih bertani melon? Berangkat dari Keinginan Bertani Secara Praktis Jika biasanya, agar buah yang dihasilkan bagus dan manis, harus dipantau secara berkala, penyiraman rutin dan pengelolaan sinar matahari yang cukup.
-
Dimana petani hidroponik di Indramayu ini menanam melon? Rohmat kini membangun green house di rumahnya untuk membudidayakan tanaman buah bercita rasa manis itu.
-
Siapa yang menginspirasi petani muda ini? Dyra mengatakan, mereka berjualan petai karena terinspirasi dari orang tua.
-
Bagaimana petani milenial ini belajar bertani? Dalam bertani pepaya, Aksin belajar secara autodidak. Ia belajar dari para peternak pepaya lain. Tak hanya ilmu yang didapat, ia juga mendapat banyak motivasi dari para mentornya.
-
Siapa saja petani muda yang terlibat? Dua petani muda tersebut, Arvin Wijaya dan Steven, menjadi sosok di balik budidaya melon dengan buahnya yang terasa manis dan segar.
Rahmat awalnya mencoba peruntungan di bidang pertanian, bahkan dengan modal awal yang minim yakni Rp2 juta.
Namun siapa sangka, hampir lima tahun menjalankan pertanian hidroponik slada produknya kini mampu terjual hingga 60 kilogram per hari.
Yang menarik, Rahmat tidak hanya sukses merintis dari bawah. Bahkan ia juga bisa bertahan di berbagai kondisi buruk, seperti cuaca dan gagal panen hingga puluhan ton. Ia memiliki kunci sukses agar usaha pertaniannya bisa tetap stabil.
Seperti apa upaya Rahmat mengembangkan bisnis pertanian walau modal awal hanya Rp2 juta? Yuk simak kisah inspiratifnya berikut ini.
Memulai Budidaya Slada dengan Modal Rp2 Juta
Diceritakan Rahmat, ia mulanya memang memiliki ketertarikan di dunia pertanian. Dirinya lantas memulai babad alas dengan memanfaatkan modal Rp2 juta yang sudah ia siapkan.
Dari sana, Rahmat mulai membelanjakan peralatan hidroponik, mulai dari pipa, bor, meteran, terpal, kayu dan lain sebagainya.
“Ternyata terbukti bisa dijalankan setelah saya memulai bertanam hidroponik dengan biaya Rp2 juta itu, dan Rp1 juta lainnya saya belikan media tanam, pupuk dan yang lainnya. Saya mulainya dari satu meja, motong pipa sendiri, grinda sendiri,” katanya di YouTube Capcapung, dikutip Sabtu (17/2).
Dari Satu Meja Bisa Terus Berkembang
Setelah memulai usaha, Rahmat memiliki komitmen untuk fokus mendalami usaha pertanian sladanya.
Awalnya ia membuat kebun hidroponik di atap rumahnya. Karena lambat laun permintaan slada yang terus meningkat, dirinya akhirnya pindah posisi ke lahan di dekat tempat tinggalnya. Selama kurang lebih tiga bulan berjalan, meja untuk media tanam hidroponiknya terus bertambah hingga penuh.
“Saya kemudian meminta izin ke kakek untuk memanfaatkan kandangan ayamnya yang jebol untuk mendirikan green house hidroponik dan didukung,” katanya
Pertahankan Kualitas
Sebagai anak muda, Rahmat tak ingin menjalankan tanggung jawabnya secara sembarangan. Ia berkomitmen agar bisa menghasilkan produk sayuran slada yang segar dan berkualitas.
Rahmat pun rutin merawat dengan menyiram rutin, memberi pupuk dan memperlakukan tanaman sladanya dengan sebaik mungkin.
Semangatnya mendalami pertanian semakin kuat, setelah dirinya diberi izin oleh sang kakek untuk menggunakan kandang ayam yang tak terpakai.
Kunci Sukses Bertani Hidroponik
Dalam kesempatan itu, Rahmat membocorkan kunci suksesnya yakni tidak malu saat menawarkan produk.
“Karena komitmennya adalah menawarkan langsung ke user atau pengguna akhir, tidak ke tengkulak. Dan banyak juga yang datang langsung ke kebun, dari sana simbah dan keluarga mulai melihat perkembangannya,” terang Rahmat
Rahmat juga menjual sayur seladanya tidak ke tengkulak atau produsen, melainkan langsung ke konsumen. Dari sana, produknya bisa stabil dengan harga jual di pasaran tanpa terpengaruh inflasi Kemudian Rahmat juga melayani pembelian dadakan, walau harga beberapa ikat sayur slada.
“Saya menawarkannya ke rumah makan, restoran, outlet-outlet jajanan, jadi tidak terpengaruh fluktuasi pasar. Dulu awalnya saya malu-malu dan memikirkannya susah, tapi ternyata mudah. Jadi y akita langsung datang saja ke resto, kita bawa sampelnya kita jelaskan, mereka akan tertarik,” katanya.
Mampu Menjual 60 Kilogram Selada Per Hari
Sempat merugi, bukan halangan bagi Rahmat. Kendala bertani sayur adalah cuaca. Ia kemudian selalu membaca pola karena cuaca akan berulang termasuk waktu gagal panen.
Akhirnya setelah menemukan metode yang tepat, usahanya semakin maksimal. Saat ini, Rahmat mampu menjual hingga 60 kilogram slada per hari.
Bahkan di Desember kemarin, penjualannya mencapai puncak hingga 1,9 ton.
Kuncinya adalah selalu beradaptasi, dan berkembang dengan menambah kapasitas produksi saat kondisi membaik.
“Awal memulai usaha ini saya memang dari kecil, 5 kilogram, 10 kilogram, 15 kilogram,” katanya.
Saat ini usaha sladanya mampu terjual hingga 60 kilogram per hari. Jika per kilogramnya ia menjual rata Rp20 ribu, maka Rahmat mampu mengantongi keuntungan hingga Rp1.200.000 per hari.
Dalam satu bulan kurang lebih ia mampu mengantongi keuntungan hingga puluhan juta rupiah.
“Saya selalu menguprage, bahkan per hari bisa memanen hingga 60 kilogram,” katanya