Terlilit Utang Miliaran Rupiah dan Sempat Jadi Gelandangan, Hendra Kini Sukses Jadi Bos Skin Care
Di saku, hanya tersisa Rp700.000. Uang itu kemudian dipakai Hendra untuk menyewa satu kamar kos khusus perempuan.
Jika sebelumnya dari bisnis Laundry Hendra mampu mendapatkan Rp500.000 dalam sehari, semua itu berubah menjadi kerugian.
Terlilit Utang Miliaran Rupiah dan Sempat Jadi Gelandangan, Hendra Kini Sukses Jadi Bos Skin Care
Terlilit Utang Miliaran Rupiah dan Sempat Jadi Gelandangan, Hendra Kini Sukses Jadi Bos Skin Care
Terlilit utang Rp2,2 miliar membuat Hendra Dinata depresi. Dia terpaksa tidur menggelandang demi bangkit dari keterpurukan hidup.
Dalam wawancara yang diunggah akun YouTube Pecah Telur, Hendra bercerita jika dia sebelumnya mempunyai bisnis laundry yang sudah berkembang. Dari awalnya memiliki 1 cabang, berkembang menjadi 11 cabang.
Namun, badai besar datang ketika dia mengambil pinjaman dari bank. Saat itu, Hendra mengaku tergiur dengan iming-iming angsuran yang murah.
"Mulai banyak masalah, tadinya laundry lancar, enggak ada komplain hasil bagus pendapatan tiap bulan makin lama makin besar, kondisi itu mulai pelan-pelan meluntur," kata Hendra dikutip dari Youtube Pecah Telur.
Karyawan laundry yang memiliki kinerja baik, banyak yang memutuskan berhenti bekerja.Ketika Hendra merekrut karyawan baru, justru seperti rayap yang menggerogoti kayu. Bisnis laundry Hendra di ujung kebangkrutan.
Jika sebelumnya dari bisnis Laundry Hendra mampu mendapatkan Rp500.000 dalam sehari, semua itu berubah menjadi kerugian.
Di tahun 2010, Hendra kemudian ditawari bisnis waralaba dengan modal investasi Rp800 juta. Siap menyanggupi, Hendra berpikir bahwa jika usaha laundry berhenti dia masih memiliki kantung bisnis di bidang lainnya. Namun, kejadian kembali terulang bisnis waralaba Hendra tidak berjalan.
"Setelah bayar sampai sekarang itu enggak dibuka outletnya. Kalau outlet dibuka dan berhenti tengah jalan itu wajar, risiko bisnis, tapi ini belum sama sekali dibuka," ungkapnya.
Hendra harus putar otak untuk menutup utang-utangnya. Dia terpaksa meminjam uang untuk membayar utang.
"Jika diakumulasi total utang Rp2,2 miliar," kata dia.
Hendra sempat menumpang di rumah mertuanya. Sang mertua bahkan mau membantu Hendra dengan menjual sebagian aset yang dimiliki. Dengan catatan, Hendra dan keluarga tidak lagi dapat tinggal bersama di rumah mertua.Hendra kebingungan, segala aset yang dia miliki seperti rumah, mobil, perabotan dan sebagainya habis tak tersisa.
Di saku, hanya tersisa Rp700.000. Uang itu kemudian dipakai Hendra untuk menyewa satu kamar kos khusus perempuan untuk sang istri dang anak-anaknya.
"Saya biar saja tidur di emperan masjid," kenang Hendra. Hingga satu waktu, di masjid tersebut tertempel sebuah pengumuman ada pelatihan membuat sabun berbahan dasar minyak.
Hendra mengikuti pelatihan tersebut, karena penasaran. Ketika sabun olahan tersebut jadi, Hendra membawanya pulang untuk dipakai pribadi. Lambat laun, efek dari sabun tersebut mulai terlihat. Orang-orang yang melihat Hendra tertarik menggunakan sabun tersebut.
Dari sana, Hendra merasa itu adalah peluang sekaligus jalan Tuhan yang diberikan Hendra agar bisa segera lepas dari jerat utang.
Sabun produksi Hendra diberikan kepada sang anak yang sedang berada di pondok pesantren. Reaksi teman-teman sang anak menyukai sabun tersebut hanya saja tidak cukup ramah untuk digunakan karena dalam bentuk sabun batang.
Hendra kemudian melakukan uji coba agar sabun tersebut dapat secara praktis digunakan. Selama 11 bulan, Hendra kemudian mematenkan produksi sabun gel dengan merk Feed Skin. Produk itu kemudian dia mulai pasarkan.
"Alhamdulillah dari situ mulai sabunnya laku sampai kurang lebih 1 bulan itu (berhasil menjual) 50 botol lumayan ada hasilnya," ucapnya.
Modal pertama Hendra merintis usaha skin care yaitu Rp500.000 dengan rincian Rp300.000 belanja untuk keperluan membeli bahan utama sabun, Rp100.000 membayar jasa pendesain stiker, Rp100.000 membeli botol plastik.
Kehidupan pahit yang harus dilalui Hendra dan keluarga selama bertahun-tahun membuatnya bersyukur dan memaknai hidup agar tidak boleh menyerah.