Ekonomi Terpuruk Sampai Pernah Dijuliki 'Raja Utang', Pria Ini Sukses Jadi Juragan Lele
Kesuksesan akan bergantung pada kerja keras yang dilakukan seseorang.
Kesuksesan akan bergantung pada kerja keras yang dilakukan seseorang.
Ekonomi Terpuruk Sampai Pernah Dijuliki 'Raja Utang', Pria Ini Sukses Jadi Juragan Lele
Si raja utang, kiranya julukan itu yang tepat disematkan pada Fathul Hasan ketika mengalami keterpurukan ekonomi.
-
Bagaimana pria ini mencapai kesuksesannya? Hidup dalam keterbatasan sejak kecil Dikutip dari akun Instagram @kvrasetyoo, Kukuh membagikan kisah hidupnya yang berliku. Sejak kecil dia kurang mendapat kasih sayang orang tua karena ayahnya bekerja seharian sebagai sopir, dan ibunya juga bekerja sebagai pekerja rumah tangga. Belum lagi kondisi ekonomi keluarganya yang pas-pasan, sehingga menuntutnya agar hidup lebih mandiri. Sebagai anak sulung, Kukuh mulai menaruh perhatian dan bertekad ingin membantu keluarganya.
-
Siapa yang sukses dengan usaha peyek belut? Fitri Puji Lestari, seorang pengusaha peyek belut asal Bantul, Yogyakarta mampu membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah hambatan untuk meraih kesuksesan.
-
Siapa yang disebut Bapak Ekonomi Dunia? Bapak Ekonomi Dunia yang Inspiratif Adam Smith adalah salah seorang filsuf paling berpengaruh di dunia.
-
Bagaimana ikan lele dihubungkan dengan cowok? Penjelasan dari tebak-tebakan ikan apa yang cowok adalah sebagai berikut;Kata 'le' dalam bahasa Jawa berarti anak laki-laki, sedangkan kata 'nduk' untuk panggilan anak perempuan. Sehingga dalam bahasa Jawa, kata 'tole' atau 'le' digunakan untuk memanggil anak laki-laki, sedangkan 'nduk' untuk memanggil anak perempuan. Dan, nama ikan lele sesuai dengan nama panggilan untuk anak laki-laki atau cowok dalam bahasa Jawa!
-
Apa yang dikatakan tentang orang sukses? Orang sukses mampu melihat dan mengambil pelajaran dari kesalahan yang dibuatnya, sekaligus mau memperbaiki dan berani mencoba lagi dengan cara yang berbeda.
-
Siapa yang dijuluki pahlawan ekonomi nasional oleh KKP? Budi menilai pemindang sebagai salah satu pahlawan ekonomi nasional.
Segala pekerjaan serabutan dia lakukan, namun tidak cukup mendongkrak perekonomian keluarga.
Dalam wawancara yang diunggah akun YouTube Pecah Telur, Hasan bercerita sebelum bekerja serabutan, dia pernah merintis usaha sebagai puyuh petelur di tahun 2011.
Saat itu Hasan belum memiliki modal untuk memulai usaha puyuh petelur. Dia kemudian terpengaruh atas cerita teman yang menganjurkan untuk meminjam uang ke rentenir untuk memulai usahanya.
Pinjaman untuk modal usaha tidak diketahui istri Hasan. Satu tahun berjalan, usahanya bangkrut. Hasan tidak memiliki pemasukan lagi untuk menghidupi keluarganya. Sementara dia harus melunasi utang.
Tawaran pekerjaan pun datang. Hasan merantau ke Kalimantan Barat, bekerja di kadang sawit. Satu bulan di sana, dia sakit-sakitan hingga kembali ke kampung halamannya di Kediri, Jawa Timur.
Tak ingin berlama-lama, Hasan kembali ke Kalimantan. Kali ini dia merantau ke Kalimantan Selatan menjadi kuli bangunan. Ujian pahit masih menghinggapi kehidupan Hasan. Setelah proyek selesai, upahnya tidak dibayar penuh. Kontraktor kabur.
"Dibayar cuma Rp800.000. Akhirnya Rp400.000 saya kirim ke istri saya, Rp400.000 sisanya untuk saya bertahan hidup di sini (Kalimantan Selatan)," kata Hasan, ditulis Sabtu (4/11).
Dengan modal yang ada, Hasan terus mencari peluang agar bisa mendapatkan penghasilan. Pekerjaan kembali datang.
Dia menjadi penyadap karet. Usai penyadap karet, Hasan dibekali sepeda motor oleh bos yang memberinya pekerjaan, untuk berjualan pentol.
Jualan pentol Hasan cukup lancar. Hingga satu waktu, jualannya tak pernah habis. Dia mengandung kondisi itu ke sang ayah. Hingga kemudian ditemukan sebuah sesajen pada selipan motor yang biasa digunakan Hasan berjualan.
Dia frustasi, dan memutuskan untuk kembali ke Kediri dan merenung sesaat tentang kehidupannya yang dia anggap selalu gagal. Sulitnya ekonomi Hasan saat itu, dia bahkan selalu berutang untuk melunasi utang.
"Rasanya seperti itu titik terendah hidup saya. Saya bahkan "ngegembel" di alun-alun Blitar, sering juga ke makam Bung Karno ya diam aja di sana, karena enggak tahu lagi harus berbuat apa," kenangnya.
Merdeka.com
Harga diri Hasan sebagai Kepala keluarga kembali diuji ketika dia tak mampu memberi nafkah kepada istri dan anaknya."Saya ingat betul istri saya sms, mas aku sama anak belum makan seharian, uang di dompet cuma ada Rp5.000. Saya di situ nangis dan berharap pengalaman itu tidak terjadi lagi," kenangnya.
Melihat sang suami pontang-panting mengais rezeki, istri Hasan meminta izin menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Singapura. Hasan mengizinkan meski cukup berat. Berjalan lima tahun, Hasan tidak lagi mengizinkan istrinya bekerja ke Singapura. Dia yakin mampu membiayai keluarga meski penuh upaya yang sangat sulit.
Ketika COVID-19 melanda Indonesia di 2020, mengoleksi ikan cupang menjadi hobi baru. Hasan mengambil peluang berbisnis ternak cupang. Dari bisnis ini, Hasan meraup cuan signifikan.
Namun bisnis ikan cupang tidak bertahan lama. Saat pandemi COVID-19 mulai mereda, koleksi ikan cupang tidak lagi diminati.
Saudara Hasan kemudian menyarankan Hasan merintis usaha pemijahan lele. Usulan itu kemudian dieksekusi Hasan. Bermodal Rp200.000 Hasan memulai usaha pemijahan lele dengan satu kolam terpal. Hasilnya, Hasan mendapatkan untung Rp800.000.
Hasan pun yakin pemijahan lele menjadi jodoh untuknya membangun sebuah usaha. Dia ingin mengembangkan usaha tersebut namun terpentok dengan modal. Dia kembali menemui saudaranya dan berniat meminjam uang.
"Saudara saya bilang kalau mau kembangkan usaha lele ini enggak usah pinjam, biar saya saja yang modalin, nanti biar dihitung porsi keuntungannya saja," kata Hasan.
Mendengar ucapan itu Hasan menangis haru. Dia merasa bantuan tersebut seperti luapan emosi yang pecah karena pengalaman pahit kehidupan.
Saat ini, Hasan sudah memiliki 12 kolam permanen, dengan tiga kolam induk. Modal untuk pakan, air, listrik, dan komponen penunjang lainnya menghabiskan modal sekitar Rp16 juta hingga Rp20 juta. Namun, omset yang didapat Hasan per bulan bisa mencapai Rp60 juta.