Sempat Bohongi Istri, Pria Sleman Ini Sukses Budidaya Belut hingga Punya 200 Kolam
Suwardi memulai usaha itu hanya dengan modal Rp300 ribu.
Suwardi memulai usaha itu hanya dengan modal Rp300 ribu.
Sempat Bohongi Istri, Pria Sleman Ini Sukses Budidaya Belut hingga Punya 200 Kolam
Suwardi mengembangkan budidaya belut di Dusun Sabrang Wetan, Desa Wukirsari, Kapanewon Cangkringan, Sleman. Ia sudah menjalankan usaha itu sejak 3 tahun lalu.
Pada awalnya, Suwardi ingin memiliki usaha sampingan karena banyak tetangganya yang memiliki usaha sampingan selain pekerjaan tetapnya. Kebanyakan dari mereka punya usaha sampingan sebagai peternak.
-
Siapa yang sukses dengan usaha peyek belut? Fitri Puji Lestari, seorang pengusaha peyek belut asal Bantul, Yogyakarta mampu membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah hambatan untuk meraih kesuksesan.
-
Bagaimana Kang Wardi mendapatkan ide budidaya belut? Sebagai lulusan SD yang sebelumnya bekerja serabutan sebagai tukang bangunan dan pekerja mebel, dia tidak memiliki pengalaman atau keahlian khusus dalam bidang peternakan. Namun, suatu hari ketika sedang bermain di sawah bersama anak-anaknya, dia mendapatkan ide untuk memelihara belut.
-
Siapa yang membantu Kang Wardi dalam budidaya belut? Wardi mulai mencari keong sawah sebagai pakan belut karena harganya yang terjangkau dan mudah didapatkan. Namun, tantangan ini justru menjadi penghalang baru karena dia sering diremehkan oleh tetangga dan teman-temannya yang menganggap budidaya belut sebagai pekerjaan yang aneh.
-
Bagaimana Bripka Aryanto membudidayakan lele? Ia memulai budidaya lele dengan menjalin kerja sama dengan pemerintah desa dan warga setempat demi menjaga ketahanan pangan selama masa pandemi.
-
Mengapa Kang Wardi memulai budidaya belut? Berawal dari keinginan sederhana untuk memiliki sumber pangan mandiri, Wardi mulai mengumpulkan beberapa belut kecil dan membuat kolam sederhana.
-
Mengapa budi daya ikan nila sistem bioflok di Magelang sukses? 'Dari budi daya ini saya berharap bisa membentuk suatu sistem korporat dari hulu ke hilir. Saat itu kondisi pandemi menuntut kita untuk melakukan beragam kreativitas. Salah satu inovasi adalah dengan membuka resto dan catering, untuk menampung hasil panen dari ikan-ikan di sini,' kata Sapta dikutip dari YouTube DNTrust.
Waktu itu Suwardi tak punya lahan lain selain lahan rumahnya. Maka dari itu ia memulai beternak belut menggunakan gentong plastik.
“Itupun banyak sekali yang gak dukung saya. Bahkan saya sering ribut sama istri. Apalagi waktu itu penghasilan saya pas-pasan. Jadi saya harus saya bagi, untuk kebutuhan sehari-hari atau modal buat usaha sampingan,” kata Suwardi dikutip dari kanal YouTube Cap Capung.
Karena sering ribut sama istrinya, Suwardi melakukan usaha budidaya belut itu secara sembunyi-sembunyi. Ia juga rela kerja lembur atau kerja sampingan lain agar modal untuk budidaya belut bisa ia peroleh.
Suwardi tak menyerah dan terus melakukan budidaya belut. Di sisi lain istrinya tidak suka ia terus melakukan hal yang sama padahal selalu berkali-kali gagal.
Hingga akhirnya Suwardi terpaksa berbohong pada sang istri. Ia bilang kalau belut yang ia peroleh berasal dari titipan temannya, bukan dari modal sendiri.
Pada titik itu, Suwardi berhasil membudidayakan belut yang dibelinya. Bukannya senang sang istri heran kenapa belut yang berhasil dibudidayakan itu tidak dikembalikan ke teman.
“Akhirnya saya terus terang sama istri kalau dulu itu bukan dari teman, tapi punya saya sendiri,” kata Suwardi.
Walaupun sudah berhasil panen, namun Suwardi masih kebingungan ke mana ia hendak menjual belut-belutnya. Ia pun mencoba memasarkan belut lewat media sosialnya.
“Dari sanalah saya mulai tahu kalau di luar sana itu masih banyak juga orang-orang yang menyukai kuliner belut. Baik untuk sambal belut, keripik belut, dan sebagainya,” ungkapnya.
Melihat banyaknya orang yang minat terhadap hasil panen belut, Suwardi mulai meninggalkan pekerjaannya dan sepenuhnya fokus untuk mengembangkan budi daya belut.
Usahanya perlahan-lahan berkembang. Dari enam kolam, naik menjadi 20 kolam, dan sekarang ia mengembangkan budi dayanya di lahan baru di mana ia sudah memiliki 200 kolam belut.
Di setiap kolam belut, Suwardi selalu menanam tanaman air seperti eceng gondok, genjer, dan kangkung. Tujuannya adalah untuk melindungi belut dari terpaan sinar matahari langsung. Selain itu tanaman-tanaman tersebut bisa meresap oksigen dari daun, akar, dan batang.
“Fungsi lainnya yaitu untuk memperindah kita saat kita melihat. Kalau tidak ada tanaman air semuanya akan tampak gersang. Hanya lumpur yang kita tengok,” kata Suwardi.
Selain mendapatkan hasil dari budidaya belut, Suwardi ingin memberikan motivasi bagi orang-orang yang saat ini sedang bingung mencari pekerjaan. Apalagi usaha budidaya belut yang ia kembangkan tidak membutuhkan modal yang tinggi.
“Saya dulu memulai usaha ini hanya dengan modal Rp200-300 ribu. Saya gunakan gentong nganggur di rumah, saya hanya beli bibit. Lumpur saya cari sendiri. Selagi kita mau, niat, semangat, pasti akan ada kesuksesan bagi kita semua,”
pungkas Suwardi.