Putus Kuliah, Pria Ini Sukses Buka Usaha Kerupuk Kulit Sapi Omzet Perbulan Capai Rp450 Juta
Simak kisah inspiratif Heru Setiawan, pengusaha kerupuk kulit yang pernah putus kuliah kini beromzet ratusan juta.
Simak kisah inspiratif Heru Setiawan, pengusaha kerupuk kulit yang pernah putus kuliah kini beromzet ratusan juta.
Putus Kuliah, Pria Ini Sukses Buka Usaha Kerupuk Kulit Sapi Omzet Perbulan Capai Rp450 Juta
Seorang pengusaha kerupuk kulit asal Depok bernama Heru Setiawan membagikan pengalamannya dalam mengembangkan bisnis kerupuk kulitnya.
Mengaku sempat putus kuliah karena memilih berdagang, kini ia mampu membuktikan pilihannya tak salah.
Heru mampu mempekerjakan banyak pegawai lewat usaha kerupuk kulit buatannya hingga mampu meraup untung sampai Rp450 juta per bulan.
Seperti apa kisah selengkapnya? Melansir dari kanal YouTube chrisbo makanmakan, Kamis (14/3) berikut informasinya.
Awal Mula Mendirikan Pabrik Kerupuk Kulit
Heru Setiawan menjelaskan awal mulanya ia bisa terjun ke bisnis pembuatan kerupuk kulit.
Sebelum mengembangkan usaha tersebut pada 2015 lalu, Heru bersama keluarga memiliki usaha penjagalan hewan.
Namun setelah melihat peluang saat mengetahui kulit sapi yang tak banyak dipakai, ia pun terinspirasi untuk mengolahnya kembali.
Selain itu Heru sengaja membuat pabrik untuk membantu pegawainya untuk bekerja dan mengembangkan usaha tersebut.
"Ada dua faktor yang menyebabkan kita jualan kerupuk kulit. Faktor pertama itu saya kan tukang daging matematikanya tajem. Itu kulit jatuhnya gak ada harganya, jatuhnya sama aja kaya dibuang lah kan sayang kulit sapi kan gede. Kalo gak dimanfaatin mubazir, akhirnya kita cari resep."
"Yang kedua itu di rumah ada pegawai suami-istri gak ada kerjaannya. Akhirnya kita puter otak bagaimana suami-istri bisa ada kerjaanya akhirnya saya suruh bikin kerupuk kulit," ucapnya.
Pernah Putus Kuliah
Sukses di perdagangan ternyata tak sejalan dengan pendidikannya dahulu.
Heru mengaku pernah berkuliah hingga semester 3 namun harus putus karena ingin fokus berdagang.
"Dulu itu saya sempat kuliah sama orang tua kita disuruh kuliah sampai 3 semester, cuman ya emang basicnya kita mah darahnya tukang dagang ya orang tua juga pedagang, kita sambil dagang bantuin orang tua."
"Nah 3 semester kita tinggalin karena kita udah tau dagang. Akhirnya kuliah putus tuh cuma 3 semester, dagang kita tekunin gitu," sambungnya.
Heru pernah berkuliah di jurusan Perbankan Syariah Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta. Ia pun mengaku tak menyesal meski sempat putus kuliah.
"Saya dulu Perbankan Syariah di Universitas Syarif Hidayatullah Ciputat. Udah susah dulu masuk situ. Saya kagak nyesel ninggalin kuliah, orang udah ada hasilnya. Kecuali kita ninggalin kuliah kagak ada hasilnya nyesel kali ya," tambahnya.
Bisnisnya kini berkembang pesat meski sempat terhenti pada saat polemik jual beli online dahulu.
Namun saat ini bisnisnya kembali jalan seperti sedia kala usai dibukanya platform jual beli online.
"Nah kemarin kan online ditutup, itu imbasnya banyak banget. Pertama itu bahan baku numpuk, yang kedua pegawai gak ada kerjaan, ya abis apa yang mau dikerjain ya kan gak ada orderan ya."
"Tapi setelah online berjalan lagi normal ya alhamdulillah berhalan lagi normal kayak kembali. Saya bayar online itu di TikTok Shop sama di Shopee," jelasnya.
Raup Omzet Ratusan Juta Per Bulan
Resep kerupuk kulitnya datang dari temannya yang berasal dari Padang. Ia mengaku harus 'barter' demi ilmu dengan temannya itu.
"Kita ada teman. Kebetulan teman itu dulu dia suka ngambil kulit kita kan kita basicnya tukang daging. Dia itu orang Padang asli nah saya berguru sama dia sampai dikasih tahu racikannya bumbunya sampai jadi kerupuk kulit dikasih tahu sama beliau," ucap Heru.
Heru menjelaskan bahwa ia rela melepas satu sapi demi bisa mendapatkan ilmu dari temannya dalam membuat kerupuk kulit.
"Nyogoknya saya itu kurang lebih dia itu punya tanggungan sama saya satu ekor sapi. Akhirnya saya bebasin dah kaya gitu akhirnya dia ngasih tahu ilmunya. Mahal ilmu gak gratis," jelasnya.
Berkat ketekunan dan tekadnya, kini Heru mampu mendapatkan omzet sehari mencapai Rp8-Rp15 juta per hari atau Rp300-450 juta per bulan.
"Omzetnya itu setiap hari sekitaran Rp8 juta sampai Rp15 juta. Sebulan kurang lebih Rp 300-450 juta," tambahnya