Pasangan Muda Asal Wonogiri Ini Sukses Jualan Petai Lewat TikTok, Sehari Bisa Jual Ribuan Paket
Saat TikTok Shop ditutup, penjualan produk mereka menurun drastis.
Saat TikTok Shop ditutup, penjualan produk mereka menurun drastis.
Pasangan Muda Asal Wonogiri Ini Sukses Jualan Petai Lewat TikTok, Sehari Bisa Jual Ribuan Paket
Ada sebuah kata-kata bijak menyebutkan jika usaha tidak mengkhianati hasil. Kata-kata itu sepertinya tepat untuk menggambarkan perjuangan pasangan muda asal Wonogiri dalam merintis usaha.
Setelah banyak menekuni beragam usaha dan gagal, Dyra dan suaminya memutuskan untuk berjualan petai lewat live TikTok.
-
Siapa saja petani muda yang terlibat? Dua petani muda tersebut, Arvin Wijaya dan Steven, menjadi sosok di balik budidaya melon dengan buahnya yang terasa manis dan segar.
-
Apa hasil panen petani milenial ini? Dari lahan tani seluas 8 hektare, dalam sekali panen ia bisa memproduksi 3 ton pepaya.
-
Bagaimana cara petani Sukomakmur menjual hasil panen? Untuk penjualan, di Desa Sukomakmur para petani sudah punya pembelinya sendiri.
-
Dimana petani milenial ini bercocok tanam? Aksin saat ini bertani Pepaya California dengan masa tanam hingga panen selama tujuh bulan.
-
Apa yang sukses dari keluarga petani itu? Dalam unggahan tersebut disebutkan orang tua Leo adalah seorang petani yang hidup sederhana. Video itu sudah ditonton hingga lebih dari 2 juta kali dan mendapatkan banyak respons positif dari warganet.'Yang hebat bukan anaknya tapi ortunya,' tulis akun tiktok @_delxxx dalam kolom komentar.'Keren orang tuanya… ,' tulis akun @nuning_callista.
-
Bagaimana petani milenial ini belajar bertani? Dalam bertani pepaya, Aksin belajar secara autodidak. Ia belajar dari para peternak pepaya lain. Tak hanya ilmu yang didapat, ia juga mendapat banyak motivasi dari para mentornya.
Dyra mengatakan, mereka berjualan petai karena terinspirasi dari orang tua. Awalnya mereka hanya berjualan petai di area Wonogiri dan sekitarnya. Usaha mereka semakin maju. Mereka kemudian punya reseller di Jakarta dan petai hasil produksi mereka dikirim lewat bus.
“Tapi karena sistemnya mereka nggak transfer dulu, jadi banyak uang yang macet di sana sehingga kita melakukan sesuatu yang baru dengan menjual petai lewat online,” kata Dyra dikutip dari kanal YouTube Cap Capung.
Dalam dua hari pertama live di TikTok, yang menonton siaran mereka hanya 10-20 orang dan mereka pun tak mendapatkan pembeli sama sekali. Akhirnya mereka mendapatkan 9 pembeli pertama. Sejak saat itu alogaritma akun TikTok mereka naik, sehingga makin banyak pula orang yang menyaksikan siaran mereka.
Jumlah penonton mereka naik drastis berkat alogaritma TikTok. Penontonnya pun mencapai 1.000 orang.
“Karena itu pesanannya meningkat drastis sampai seratus paket. Karena di situ akun baru, karena cuma bisa 100 paket makanya kita berhenti di 1,5-2 jam live. Dalam waktu segitu semua produk habis terjual," kata Dyra.
Pada suatu hari, akun TikTok yang biasa mereka pakai untuk berjualan ke-banned. Mereka terpaksa buat akun baru. Namun akun TikTok itu berkembang pesat dari yang awalnya nol pengikut hingga mencapai puluhan ribu pengikut dan bisa menjual 1.000-2.000 paket per hari.
Dyra mengatakan, kunci utama sukses menjual produk di TikTok adalah jangan malu dan telaten. Selama menjual petai lewat TikTok, Dyra dan suaminya tak henti-henti mempromosikan produk selama berjam-jam.
Tak peduli yang nonton sedikit, mereka tetap mempromosikan produk mereka. Bahkan mereka pernah mendapat pelanggaran karena ketiduran saat live.
Kini produk petai mereka dijual ke seluruh Indonesia. Bahkan pernah mereka mendapat pesanan dari Hongkong.
Selama menjual petai lewat online, Dyra dan suaminya pernah merasakan berbagai macam suka duka. Sukanya produk yang mereka jual bisa banyak dan banyak orang yang mengenal produk mereka. Namun dukanya tak jarang mereka mendapat hujatan saat live.
“Waktu aku live pernah dikomen, ‘Aku beli barangmu tapi nggak aku terima, nggak aku bayar,’ Nah kalau gitu kan otomatis kita rugi ya. Tapi nggak apa-apa sih, mungkin hari ini kita nggak untung, tapi besok diganti dengan yang lebih berlipat-lipat,” kata Dyra.
Saat TikTok Shop ditutup, penjualan produk mereka menurun drastis. Biasanya mereka bisa menjual hingga ribuan paket per hari. Dengan TikTok Shop ditutup, mereka hanya bisa menjual 100-an paket per hari.
“Sebenarnya waktu kita buka itu UMKM untuk rakyat kecil ini sangat membantu. Apalagi pasangan muda kayak kita ini kan nggak banyak modal. Bagaimana sih kalau kita cuma bisa di rumah kayak gini, mengelola semuanya sambil bisa mengurusi anak. Dan saya berharap TikTok bisa buka lagi, atau ada platform yang mungkin cepat kayak TikTok, kita akan senang banget,” kata Dyra seperti yang dikutip dari kanal YouTube Cap Capung.