Berawal dari Isi Waktu Luang, Penjaga Toko Kelontong Ini Sukses Bisnis Aksesoris Omzet Rp330 Juta per Bulan
Berkat riset dan inovasi, Dinova Store masih terus bertahan hingga saat ini. Bahkan, Sri masih mampu menyediakan lapangan pekerjaan bagi anak muda.
Sri juga mengatakan kunci keberlangsungan usahanya hanyalah konsisten, yakni konsisten untuk terus belajar dan konsisten untuk terus bersabar.
Berawal dari Isi Waktu Luang, Penjaga Toko Kelontong Ini Sukses Bisnis Aksesoris Omzet Rp330 Juta per Bulan
Berawal dari Isi Waktu Luang, Penjaga Toko Kelontong Ini Sukses Bisnis Aksesoris Omzet Rp330 Juta per Bulan
Mungkin banyak orang yang tak mengel nama Sri Wigatiningsih. Namun, wanita 44 tahun asal Tulungagung ini merupakan orang yang cukup berjasa bagi tetangga sekitarnya. Sebab, dia mampu membuka banyak lapangan pekerjaan sejak 2016.
Sri merupakan pemilik Dinova Store, sebuah industri aksesoris dan fashion yang berbasis di sebuah marketplace. Dulunya, Tri hanyalah seorang pedagang toko kelontong biasa yang sepi pengunjung.
Selama berdagang kelontong, Sri mengaku punya banyak waktu luang. Untuk mengisi kekosongan itu, Sri mulai membuat beberapa produk aksesoris sembari menunggu pelanggan.
"Dulu kita jualan kelontong. Tapi kan ga tiap hari ramai, jadi sambil belajar bikin aksesoris," kenang Sri seperti yang dikutip dari akun Youtube Pecah Telur, Selasa (21/11).
Saking banyaknya produk aksesoris yang dibuatnya, Sri mulai memberanikan diri untuk menjual pada teman-temannya. Saat itu, Sri belum mengenal marketplace. Namun dia memutuskan untuk memanfaatkan media sosial sebagai sarana promosi.
Tak disangka-sangka, Sri justru mendapatkan respons baik dari pengguna Facebook. Orang beramai-ramai membeli produknya, bahkan hingga melakukan pembelian ulang berkali-kali.
merdeka.com
Sejak itu, Sri mulai menerima banyak permintaan. Karena merasa cukup kewalahan mengatur pesanan, Sri mencoba beralih ke marketplace.
"Awalnya cuma coba-coba, eh laku. Jadi diseriusin dan pindah ke marketplace," kata Sri.
Kreativitas Sri nampaknya patut diacungi jempol. Sebab, dia terus melakukan inovasi produk dan memproduksi berbagai jenis aksesoris.
Di tahun 2019, Sri terinspirasi dari anaknya yang saat itu gemar menggunakan masker kain. Sri mencoba memproduksi masker kain dengan berbagai model yang digemari oleh anak muda.
merdeka.com
Masker kain buatan Sri digemari pelanggan dan permintaannya semakin meningkat ketika Pandemi Covid-19. Saking membludaknya, Sri terpaksa harus merekrut banyak penjahit untuk membantunya memproduksi jutaan masker kain. Dari sana lah penjualan Dinova Store mencapai omzet ratusan juta.
"Saat pandemi orderan kita membludak dan kita harus rekrut banyak penjahit karena penjualan terus meningkat. Omzetnya waktu itu sampai Rp330 juta per bulan," kata Sri.
Tak berhenti sampai di situ, Sri bersama tim nya terus berinovasi dan mulai memproduksi strap mask. Sama seperti masker kain, permintaan strapmask juga kian ramai. Meski tak membludak, namun peminatnya masih tinggi.Sri mengaku produk aksesoris tak memiliki umur yang lama. Sehingga, sebelum terlambat, seorang pengrajin harus rajin melakukan riset dan inovasi produk agar dapat mengetahui kebutuhan pasar.
"Aksesoris itu umurnya cuma 3 bulan, setelah itu penjualannya pasti menurun. Jadi, sebelum penjualan turun kita sudah harus riset lagi," katanya.
Berkat riset dan inovasi, Dinova Store masih terus bertahan hingga saat ini. Bahkan, Sri masih mampu menyediakan lapangan pekerjaan bagi anak muda hingga rekan sebayanya.
Kini, timnya lah yang bekerja untuk memproduksi beragam aksesoris. Selaku pemilik bisnis, Sri hanya mengurusi bagian pemasarannya saja.
"Untuk produksi dan packing itu sama tim, saya cuma urus marketing," kata Sri.
Meski penjualannya tak seramai dulu, Sri tetap menikmati pekerjaannya saat ini. Setidaknya, omzet selama berjualan online jauh lebih besar dibanding saat dia berjualan di toko kelontong. Saat ini, Davina Store mampu menghasilkan omzet antara Rp90 juta hingga Rp125 juta per bulannya.
Sri juga mengatakan kunci keberlangsungan usahanya hanyalah konsisten, yakni konsisten untuk terus belajar dan konsisten untuk terus bersabar.
"Konsisten itu kunci, konsisten belajar dan sabar. Orang ga selalu butuh produk kita, tapi kita harus kreatif cari tahu produk apa yang dibutuhkan orang," tutup Sri.