Petani Muda Semarang Ini Sukses Budidaya Melon di Tengah Kota, Pecahkan Rekor Dunia
Dengan berat mencapai 5,8 kilogram, buah melon hasil budidaya mereka tercatat sebagai yang terberat di Indonesia
Dengan berat mencapai 5,8 kilogram, buah melon hasil budidaya mereka tercatat sebagai yang terberat di Indonesia
Petani Muda Semarang Ini Sukses Budidaya Melon di Tengah Kota, Pecahkan Rekor Dunia
Dua petani muda di Semarang sukses mengembangkan budidaya tanaman melon dengan sistem “dutch bucket hidroponik”. Ditanam secara khusus, budidaya ini berhasil mengembangkan melon segar varietas Hamigua hingga berat mencapai 5,8 kilogram.
-
Siapa petani melon inspiratif ini? Mohammad Asnawi merupakan seorang anggota DPRD Rembang periode 2014-2019. Setelah itu ia mulai merintis hidup sebagai petani melon.
-
Dimana petani melon ini bercocok tanam? Asnawi merupakan warga Desa Kedungtulup, Kecamatan Sumber, Kabupaten Rembang. Saat masih menjadi anggota DPRD, Asnawi sebenarnya sudah dekat dengan dunia pertanian.
-
Apa yang membuat melon dari petani ini spesial? Uniknya lagi, tanaman melon di sana dibudidayakan tanpa pengaruh obat insektisida dan pestisida. Sehingga buahnya lebih sehat bila dikonsumsi.
-
Dimana petani hidroponik di Indramayu ini menanam melon? Rohmat kini membangun green house di rumahnya untuk membudidayakan tanaman buah bercita rasa manis itu.
-
Kapan Mujito pertama kali menanam melon? Berbeda dengan panen semangka yang selalu ludes terjual saat masih di ladang, pada tahun 1996 saat panen melon pertama, Mujito bingung ke mana harus menjualnya.
-
Kenapa Hendi kembangkan melon? Hendi prihatin banyak petani tembakau yang hidupnya terlilit hutang. Para petani tembakau itu butuh modal besar untuk menanam tembakau. Namun sering kali hasil panen yang mereka peroleh jauh dari harapkan.'Makin ke sini makin luar biasa permainannya. Jadi produk tembakau seperti dimonopoli. Kita tahu sendiri harga rokok tinggi, cukainya tinggi, tapi petani di sini menjual tembakau dengan harga rendah,' kata Hendi saat ditemui Merdeka.com di rumahnya pada Jumat (19/4).
Tanaman melon itu ditanam secara khusus pada lahan seluas 1,7 hektare pada sebuah greenhouse di tengah Kota Semarang. Melon yang ditanam berasal dari varietas Hamigua.
Dua petani muda tersebut, Arvin Wijaya dan Steven, menjadi sosok di balik budidaya melon dengan buahnya yang terasa manis dan segar.
Dengan system “dutch bucket hidroponik”, penggunaan air sebagai konsumsi tanaman dapat dihemat. Air nutrisi akan dialirkan dari tandon ke media tanaman secara terus-menerus dalam periode tertentu sehingga sebagian air nutrisi kembali ke tandon.
“Di sini kita sistemnya pakai full hidroponik yaitu dutch bucket. Dengan sistem ini kebutuhan nutrisi tanaman sepanjang waktu akan terpenuhi karena kita melakukan irigasi selama 24 jam non stop. Selain itu kita juga menjaga kesehatan tanaman dengan meminimalkan semua penyakit pengganggu tanaman sehingga tanaman ini bisa memiliki kesehatan yang optimal,” kata Arvin dikutip dari kanal YouTube Liputan6 pada Kamis (30/11).
Buah melon Hamigua berhasil dibudidayakan dengan menghasilkan panen yang ukuran buahnya di atas rata-rata, yaitu mencapai 5,8 kilogram. Berat buah melon ini belum ada yang menandingi dan dicatat oleh Lembaga Prestasi Indonesia Dunia (LEPRID).
“Buah ini berhasil memecahkan rekor Indonesia dunia, yaitu berhasil membudidayakan melon terberat di Indonesia. Kalau sebelumnya cuma 4,3 kilogram, tapi kalau di sini berat melonnya mencapai 5,8 kilogram,”
Jelas Paulus Pangka, Ketua Umum LEPRID.
Dilansir dari kanal YouTube Liputan6, budidaya tanaman dengan memanfaatkan teknologi terkini dinilai lebih efektif jika dibandingkan budidaya konvensional. Petani pun tidak perlu khawatir akan terjadi gagal panen karena cuaca dan hal lainnya.
Hal inilah yang membuat kedua petani muda tersebut terus belajar melakukan inovasi penanaman sehingga dapat menghasilkan buah melon yang cukup banyak, berkualitas, dan lebih unggul di pasaran.
Hanya perlu menunggu 61 hari sejak penanamannya, tanaman melon Hamigua sudah bisa dipanen. Satu hektare lahan tanaman mampu menghasilkan panen sebanyak 24 ton. Harga jualnya juga bervariasi, mulai Rp35.000 hingga Rp40.000 per kilogram.