Guru SD di Semarang Berhasil Buka Usaha Warung Seblak, Omzetnya Capai Ratusan Juta Rupiah Per Bulan
Ia berharap, usahanya itu bisa menginsipirasi banyak orang.
Ia berharap, usahanya itu bisa menginsipirasi banyak orang.
Guru SD di Semarang Berhasil Buka Usaha Warung Seblak, Omzetnya Capai Ratusan Juta Rupiah Per Bulan
Dari bisnis seblak gerobakan di Kota Semarang, Muhammad Mu’adhim tidak menyangka bisa mempunyai beberapa cabang warung seblak. Meski berlatar belakang guru SD, ia nyatanya mampu mengembangkan bisnis di sela-sela aktivitasnya mengajar.
“Sehari-hari saya bekerja sebagai guru di salah satu sekolah swasta di Kota Semarang setingkat SD,” kata Mu’adhim dikutip dari kanal YouTube Liputan6 pada Senin (27/11).
-
Apa ciri khas kuliner Seblak? Pedas, gurih dan lezat jadi karakteristik kuliner seblak yang kesohor dari Jawa Barat.
-
Kenapa Seblak populer? Seblak cobek ala Rafael Tan belakangan viral di sosial media. Seblak ini merupakan seblak cobek asli yang dibuat tanpa kuah.
-
Kenapa seblak jadi makanan favorit? Kepopuleran seblak mulai meningkat sekitar tahun 2000-an dan semakin meluas pada dekade berikutnya. Hidangan ini menjadi pilihan favorit banyak orang karena cita rasanya yang unik, harganya yang terjangkau, serta variasi isian yang beragam.
-
Mengapa seblak terkenal? Teksturnya yang kenyal dan rasanya yang unik membuat seblak memiliki banyak penggemar.
-
Apa yang membuat seblak terkenal? Seblak sendiri adalah makanan kekinian yang bercita rasa pedas dan gurih. Selain itu, seblak biasanya disajikan dengan berkuah dan selagi hangat. Meskipun rasanya tergolong pedas, namun seblak juga identik dengan aroma khas rempah kencur.
-
Siapa yang bisa sukses di bisnis kuliner? Kamu bisa melihat kesuksesan bisnis makanan dan hantaran dari Mamadis Kitchen misalnya. Dia berhasil mengembangkan brand-nya dan mencuri perhatian pencinta kuliner, berkat kemauannya mempromosikan produknya lewat media sosial.
Mu’adhim bercerita, awalnya ia membuka warung seblak untuk meningkatkan perekonomian keluarga. Saat itu ada seorang teman yang juga pengusaha seblak bersedia membagikan ilmu dan resepnya pada Mu’adhim.
Tak disangka, kini warung Mu’adhim terus berkembang. Kini karyawan warung makannya sudah ada 15 orang dengan latar belakang yang berbeda-beda.
Mu’adhim tak memungkiri, selama menjalani usaha kuliner seblak, ia menjumpai beragam kesulitan. Namun ia tak pernah menyerah dalam menghadapi kesulitan itu.
“Kesulitannya banyak sekali. Mulai dari bagaimana kita bisa tumbuh, dan menurut kami yang paling kompleks itu masalah karyawan,” kata Mu’adhim.
Ia telah menjalani usaha kuliner warung seblak selama empat tahun. Harga seblak buatannya ada di kisaran Rp10.000 hingga Rp22.000 per porsi. Harga yang dinilai cukup terjangkau ternyata mengundang minat pembeli, salah satunya Suraya Olivia.
“Harganya cukup terjangkau, tak ada yang lebih dari Rp25.000. Selain itu rasanya juga pas, tidak terlalu asin atau bagaimana,” ujar Suraya dikutip dari kanal YouTube Liputan6.
Sejak berhentinya masa pandemi COVID-19, omzet warung seblak milik Mu’adhim terus meningkat. Bahkan kini omzetnya mencapai sekitar 100 juta rupiah per bulan.
"Untuk omzet jauh banget antara saat pandemi dengan sebelum pandemi. Kalau pandemi kan banyak mahasiswa libur, beda saat tidak pandemi, omzetnya bisa sampai Rp 100an juta rupiah. Kalau sekarang bisa sampai seratus atau di bawahnya sedikit,"
Ungkap Mu'adhim terkait omzet per bulan dari usaha warung seblaknya
Ia berharap, usahanya itu bisa menginsipirasi banyak orang. Ia pun berjanji tetap semangat dan pantang menyerah dalam menjalani bisnis tersebut.