Honor Tak Menentu, Pemilik PAUD di Rangkasbitung Jualan Bakso Goreng Demi Menggaji Tenaga Pengajar
Usai mengajar, pemilik lembaga bernama Ida Susanti itu bergegas pulang untuk membuat basreng secara rumahan.
Menurut pengajar, hasil penjualan bakso goreng ini bisa menambah penghasilan.
Honor Tak Menentu, Pemilik PAUD di Rangkasbitung Jualan Bakso Goreng Demi Menggaji Tenaga Pengajar
Seorang guru sekaligus pemilik lembaga PAUD Wibana di Desa Pasirtanjung, Kecamatan Rangkasbitung, Lebak mencoba membantu gaji pengajarnya. Dia kemudian berjualan bakso goreng sebagai penghasilan tambahan.
-
Dimana guru PAUD di Banyuwangi menerima insentif? Penyerahan dilakukan secara simbolis oleh Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, kepada perwakilan guru di Desa Banyu Anyar, Kecamatan Kalibaru saat kegiatan Bunga Desa (Bupati Ngantor di Desa) di desa tersebut, Rabu (8/5).
-
Bagaimana cara guru PAUD di Banyuwangi mendapat insentif? Insentif diserahkan dalam 4 termin, atau 3 bulan sekali. 'Tiap orang mendapatkan insentif Rp 6 juta per tahunnya. Yang kemarin kami terimakan adalah termin pertama,' terang Suratno.
-
Kenapa guru PAUD di Banyuwangi mendapat insentif? Insentif untuk guru PAUD non-ASN setiap tahunnya sebagai apresiasi atas pengabdian tulus para guru dalam mendidik generasi penerus.
-
Apa yang diberikan Bupati Banyuwangi kepada guru PAUD? Pemkab Banyuwangi kembali menyalurkan insentif bagi guru pendidikan anak usia dini (PAUD). Total insentif tahun ini mencapai Rp. 7,2 miliar yang disalurkan kepada 1.200 guru PAUD non ASN se-Banyuwangi.
-
Apa yang dilakukan guru TK di Rembang untuk menambah penghasilan? Di samping kesibukannya mengajar, ia berupaya menambah penghasilan dengan menggeluti ketoprak.
-
Bagaimana cara guru TK di Rembang mendapatkan penghasilan tambahan? Elvi pun berjuang menambah penghaslian dengan menjadi pemain ketoprak. Waktu mengajar pagi hari hingga pukul 10 pagi membuat Elvi leluasa untuk menggeluti bakatnya sebagai pemain ketoprak.
Usai mengajar, pemilik lembaga bernama Ida Susanti itu bergegas pulang untuk membuat camilan tersebut secara rumahan. Dia dibantu oleh pengajar lain untuk memproduksi sekaligus menjualnya. Ida pun mengaku sedih, lantaran tenaga pengajar di tempatnya mendapatkan honor yang tak menentu, sehingga dirinya bersama guru di sana berinisiatif membuka usaha penganan basreng tersebut. Walau harus meluangkan waktu dan tenaga lebih, pelan-pelan hasil penjualan basreng bisa menutupi kekurangan honor dari para tenaga pengajar di sekolahnya. Berikut informasi selengkapnya.
Membuka usaha basreng bersama
Ida pun biasanya sudah menyiapkan bahan sejak sebelum mengajar. Setelah selesai, dia bersama tenaga pengajar di PAUD langsung membuat penganan tersebut mulai dari adonan, mengirisnya, menggoreng sampai menjualnya. Setelah matang, basreng mereka kemas ke wadah plastik, dan menunggu pembeli langganan datang. “Sehari-hari saya di PAUD, ngajar dan ini sedang usaha basreng untuk sampingan,” terang Ida, mengutip YouTube SCTV Banten.
Berawal dari tidak adanya insentif
Membuat usaha basreng berawal dari ide bersama untuk membantu menutupi penghasilan mengajar yang kecil. Sebelumnya Ida sudah mencoba membuka usaha makanan lainnya, namun basreng yang dianggap berhasil. Usaha ini mulanya juga untuk mengisi waktu luang saat libur mengajar. “Jadi ini ide awalnya karena semua guru PAUD itu gak ada insentif ya, akhirnya kami sama semua guru PAUD gimana caranya untuk dapat uang sampingan,” kata dia.
Berjuang bersama
Menurut Ida, untuk saat ini cukup sulit mendapat insentif sebagai tenaga pengajar PAUD. Namun berangkat dari semangat perjuangan yang kuat, akhirnya ia bersama tenaga pengajar lainnya membuka usaha sampingan berjualan basreng.
Adapun insentif bisa cair ketika bangunan PAUD tersebut diserahkan ke pihak desa, sesuai aturan negara. “Dan aturan dari negara kan sekarang kalau mau dapat insentif harus menghibahkan PAUD-nya ke desa, dan kami tidak menghibahkan itu,” kata dia.
Tetap utamakan mengajar
Tak disangka usaha basreng tersebut cukup laris manis di pasaran sehingga menambah penghasilan yang lumayan bagi dirinya serta tenaga pengajar lain. Walau demikian, mereka tidak ingin berhenti mengajar dan akan tetap menjadi guru PAUD karena panggilan hati. “Ini untuk tambahan saja, nggak ada gajinya kan guru PAUD. Kalau PAUD juga gedean ini penghasilannya, tapi karena tidak mengganggu jadi ingin tetap ngajar,” kata salah satu pengajar, Dewi Anggraeni.
Mereka memastikan jika kegiatan mengajar akan tetap dilakukan untuk membantu memenuhi kebutuhan pendidikan bagi anak-anak di kampung tersebut.