Kisah Inspiratif Petani Muda Asal Kudus Kembangkan Budi Daya Melon Hidroponik, Jadi yang Terbesar di Indonesia
Mereka ingin mengangkat derajat taraf hidup petani agar lebih sejahtera.
Mereka ingin mengangkat derajat taraf hidup petani agar lebih sejahtera .
Kisah Inspiratif Petani Muda Asal Kudus Kembangkan Budi Daya Melon Hidroponik, Jadi yang Terbesar di Indonesia
Stefanus Rangga Santoso, seorang petani muda asal Kudus, Jawa Tengah, berhasil mengembangkan budi daya melon hidroponik.
Dalam melakukan budi daya itu, Stefanus sangat memperhatikan kualitas buah yang akan dipanen. Ia berusaha menghadirkan melon berkelas premium.
-
Siapa petani melon inspiratif ini? Mohammad Asnawi merupakan seorang anggota DPRD Rembang periode 2014-2019. Setelah itu ia mulai merintis hidup sebagai petani melon.
-
Dimana petani hidroponik di Indramayu ini menanam melon? Rohmat kini membangun green house di rumahnya untuk membudidayakan tanaman buah bercita rasa manis itu.
-
Kenapa petani hidroponik di Indramayu ini memilih bertani melon? Berangkat dari Keinginan Bertani Secara Praktis Jika biasanya, agar buah yang dihasilkan bagus dan manis, harus dipantau secara berkala, penyiraman rutin dan pengelolaan sinar matahari yang cukup.
-
Apa saja jenis melon yang dibudidayakan petani hidroponik di Indramayu? Ada dua jenis buah melon yang dikembangkan Rohmat, yakni sweetnet dan melon madu. Semuanya merupakan varietas unggul buah melon, dengan cita rasa manis dan berdaging tebal.
-
Siapa yang menginspirasi petani muda ini? Dyra mengatakan, mereka berjualan petai karena terinspirasi dari orang tua.
-
Kenapa budidaya melon ini sukses? Dengan system 'dutch bucket hidroponik', penggunaan air sebagai konsumsi tanaman dapat dihemat. Air nutrisi akan dialirkan dari tandon ke media tanaman secara terus-menerus dalam periode tertentu sehingga sebagian air nutrisi kembali ke tandon.
Untuk itu, ia membangun Greenhouse Hidroponik yang berfokus pada budi daya melon.
Bersama Co Founder-nya, Arvin Wijaya, Stefanus berusaha menaikkan taraf hidup petani melon di wilayahnya dan menjadi role model bagi para petani muda untuk terjun ke dunia pertanian.
Bagaimana kisahnya?
Stefanus dan Arvin kemudian mendirikan sebuah perusahaan bernama Laguna Greenhouse Farming. Bangunan Greenhouse didirikan di lahan milik orang tua Stefanus seluas 1,3 hektare yang kebetulan berada di Kudus.
“Sebelum memulai usaha saya melakukan survey pasar. Pendapatan penduduk setempat itu cukup rendah. Dengan kita masuk, ternyata lumayan bisa mengangkat taraf hidup mereka. Jadi ada kepuasan yang kita nggak bisa dapat hanya sekedar kita dapat profit,”
kata Stefanus dikutip dari kanal YouTube Kementerian Pertanian RI.
Bila Stefanus bertugas mengembangkan greenhouse di Kudus, Arvin bertugas mengembangkan greenhouse di Semarang. Arvin Wijaya sangat perhitungan ketika memulai mengembangkan budi daya melon hidroponik bersama Stefanus.
Baginya, pertanian adalah industri dengan variabel eksternal yang sangat banyak. Dengan variabel yang banyak itu, pertanian yang tidak diperhitungkan dengan baik justru cenderung tak ada bedanya dengan berjudi.
“Kita nggak mau seperti itu. Dengan penggunaan greenhouse ini kita konsisten dan meningkatkan kemungkinan kita untuk berhasil panen,” kata Arvin.
Untuk operasional greenhouse setiap harinya, Arvin membutuhkan karyawan sebanyak 10 orang.
Dalam sebulan, greenhouse di Kudus dan Semarang total bisa memproduksi hingga 24 ton melon premium per bulan. Varietas melon yang menjadi unggulan adalah Kamikua.
“Ternyata kebutuhan melon di Indonesia ini sangat-sangat besar. Hanya dengan satu varietas yang ditanam, ternyata masih jauh dari kemampuan untuk mencukupi pasar. Untuk saat ini kita hanya fokus di varietas ini. Nanti kalau sudah bisa memenuhi pasar seluruh Indonesia, baru kita kembangkan varietas yang lain,” kata Arvin dikutip dari kanal YouTube Kementerian Pertanian RI.