Nekat Resign dari BUMN, Pria Ini Jual Keripik Kentang Raup Omzet Ratusan Juta Rupiah per Bulan
Setelah resign dari BUMN, pria ini menjalankan bisnisnya hanya dengan modal Rp300.000.
Keputusan resign dari BUMN ini awalnya ditentang oleh orang tua Raka.
Nekat Resign dari BUMN, Pria Ini Jual Keripik Kentang Raup Omzet Ratusan Juta Rupiah per Bulan
Memutuskan untuk berhenti atau resign dari perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menjadi pilihan yang sangat sulit.
Sebab status pegawai BUMN menjadi keistimewaan di mata keluarga maupun orang terdekat. Apalagi gaji, tunjangan, dan jenjang karir pegawai BUMN cukup menggiurkan.
Namun hal itu bukan menjadi halangan bagi Raka untuk resign. Dia memilih menjalankan bisnis cemilan yang berbahan baku kentang, bernama 'Kentunk'.
Mengutip dari YouTube Kawan Dapur, Raka mengatakan sebelumnya dia bekerja sebagai pegawai di salah satu BUMN.
Keputusan resign ini awalnya ditentang oleh orang tua Raka. Keluarga menilai Raka seharusnya beruntung bisa bekerja di BUMN. Sebab saat kuliah Raka bukan mahasiswa berprestasi.
"Sebenarnya dari keluarga itu yang paling sedih waktu saya resign apalagi dari BUMN itu orang tua saya tuh bapak saya yang sedih. Hal yang bangga di orang tua saya adalah waktu saya sekolah nggak pernah punya prestasi terus kuliah juga IPK jelek," kata Raka, dikutip Senin (20/5).
Dia pun bercerita awal mula memilih bisnis kuliner karena menyukai makanan. Raka berpikir untuk mulai berbisnis. Namun, dia masih bingung cara agar kulinernya bisa dikirim ke seluruh Indonesia, bahkan keluar negeri.
Setelah mempertimbangkan banyak hal, Raka memutuskan untuk berbisnis cemilan.
Pilihannya jatuh pada keripik kentang. Raka melihat peluang belum banyak Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Indonesia yang menjual keripik kentang.
“Kalau mau keripik singkong dah banyak, mau basreng sudah banyak, mau apapun sudah banyak. Yang aku lihat UMKM di Indonesia itu jarang ada yang mengelola kentang, adapun kentang mungkin perusahaan-perusahaan besar, kalau UMKM jarang, bukan nggak ada tapi jarang," jelas Raka.
"Nah makanya saya pilih kentang untuk bahan baku,” imbuhnya.
Selain itu, Raka menyebut sang ibu kerap membuat keripik kentang. Ini menjadi modal untuk dirinya mengembangkan usaha. Raka kemudian meminta resep membuat keripik kentang kepada ibunya.
“Akhirnya aku minta ajarin resep dari ibuku terus akhirnya aku modif. Kalau ibuku bikinnya tawar, kalau aku pakai rasa-rasa. Itu ceritanya awalnya," jelas Raka.
Singkat cerita, Raka memulai bisnisnya. Modal awal hanya Rp300.000. Modal itu dibagi untuk keperluan kemasan Rp50.000, bahan mentah kentang Rp100.000, bumbu Rp50.000, dan alat sealer Rp100.000.
"Kenapa cuma segitu karena saya menggunakan apa yang saya punya dulu. Ya itu Rp300.000 inget banget. Jadi pengusaha itu unik sebetulnya jadi ibaratnya itu kita menantang sesuatu yang nggak pasti gitu loh," tuturnya.
Saat awal membuka usaha, Raka hanya mengandalkan 10 kilogram (kg) kentang per minggu. Bisnisnya terus berkembang. Kini, Raka bisa menghabiskan sekitar 1,2 ton kentang per bulan dengan omzet ratusan juta rupiah.
"Menurut saya itu Allah tidak akan menyia-nyiakan usaha hambanya yang penting mau berusaha. Kalau sekarang alhamdulillah sudah mungkin di angka 1,2 ton lah sebulan, kalau dulu seminggu 10 kg," ucapnya.
Adapun harga yang dibanderol Raka untuk Kentunk, antara lain Rp17.000 ukuran 65 gram dan Rp25.000 ukuran 120 gram dengan rasa yang bervariasi antara lain spicy, original, truffle, dan salted egg.
Selain karena suka makanan, alasan fundamental Raka berbisnis di bidang kuliner adalah ingin fokus beribadah.
Dia menyebut jika berbisnis untuk beribadah sangat gampang, tak perlu izin ke atasan dan lainnya.
"Kalau usaha itu nggak ada yang bisa mengusik aku dalam beribadah gitu, intinya gitulah saya mau fokus ke ibadah. Kalau saya usaha saya mau izin kapan pun untuk ke masjid suka-suka saya, mau baca quran di tengah-tengah pekerjaan suka-suka saya, nggak mungkin kita di kantor kerja tahu-tahu baca Alquran di tengah orang-orang banyak," ungkap dia.
Raka pun berharap usahanya ini menjadi perusahaan snack lokal Indonesia yang memiliki brand kuat di benak konsumen.
"Jadi kita inginnya terus tumbuh dan berkembang, kaya gitu, jadi ya kalau bisa kaya perusahaan-perusahaan besar gitu," imbuhnya.