Diterima STAN tapi Tak Kuliah, Perempuan Asal Malang Ungkap Kisahnya Pilih Rintis Bisnis dan Bangkrut Berulang kali
Ia pernah menjalani berbagai pekerjaan dan membuka sejumlah bisnis
Ia pernah menjalani berbagai pekerjaan dan membuka sejumlah bisnis
Diterima STAN tapi Tak Kuliah, Perempuan Asal Malang Ungkap Kisahnya Pilih Rintis Bisnis dan Bangkrut Berulang kali
Mulyani Hadiwijaya, menjalani masa muda dengan penuh tantangan. Lulus SMA, ia diterima di STAN, namun dia memilih tak kuliah karena keterbatasan ekonomi. Mulyani memilih menjalani berbagai pekerjaan hingga merintis bisnis kecil-kecilan.
-
Apa kata motivasi bisnis tentang kegagalan? 'Siapa yang berhenti berusaha ketika menghadapi kegagalan, berarti dia telah gagal.'
-
Siapa yang terinspirasi untuk membuka usaha? Usaha ini bermula dari suami Qori yang memiliki ketertarikan dalam dunia kuliner.
-
Bagaimana Anjani memulai bisnis? Awal Berbisnis Pada 2018 saat awal-awal merintis bisnis, Anjani hanya menjual jilbab.
-
Kenapa wanita sukses berani mengambil risiko? Wanita yang berhasil menyadari bahwa untuk mencapai kemajuan harus berani mengambil langkah yang mungkin dianggap berisiko.
-
Bagaimana Ibu Putri memulai usaha batiknya? Berawal dari Pandemi Putri bercerita ia merintis usaha batik itu waktu masa pandemi COVID-19. Waktu itu ia termasuk salah satu warga yang kena COVID-19.Setelah pandemi mereda, kampungnya mengadakan pelatihan membatik. Saat itu Ibu Putri tidak ikut sebagai peserta. Di sana ia bertugas sebagai tukang masak. Namun di sela-sela waktu, ia ikut melihat proses membatik itu.Selesai pelatihan, ia mengambil sisa limbah untuk dibawa pulang. Selama mengisi hari-hari di rumah, ia memanfaatkan waktu untuk belajar membatik secara autodidak di rumah. Lama-lama ia ketagihan membatik. Mulai saat itulah Ibu Putri mantap untuk merintis usaha batik.
-
Apa yang terjadi pada mahasiswi itu? 'Hasil pemeriksaan fisik sementara kita indikasikan kemungkinan pembunuhan karena terdapat luka terbuka pada beberapa bagian tubuh. Di punggung tangan dan sekitarnya,' kata Rizka.
Latar Belakang
Mulyani lahir dan besar di Jakarta. Ia lahir dari keluarga dengan kondisi ekonomi menengah ke bawah.
"Saya berasal dari keluarga yang cukup, cukup susah maksudnya," ujarnya sambil terkekeh, dikutip dari YouTube PecahTelur, Sabtu (4/5/2024).
Pilih Tak Kuliah
Mulyani menuturkan ia sempat bercita-cita menjadi insinyur teknik sipil, namun cita-citanya tak disetujui keluarga. Orang tuanya menginginkan Mulyani jadi dokter.
"Saya juga sempat diterima di STAN, tapi pilih tak kuliah," tuturnya, dikutip dari YouTube PecahTelur.
Alih-alih kuliah, Mulyani memutuskan bekerja. Ia pernah menjadi pelayan toko, kasir, mengajar les, dan masih banyak lagi.
"Gaji sebulan Rp20 ribu, Rp25 ribu, terus Rp30 ribu juga pernah," tuturnya.
Perjuangan Orang Tua Tunggal
Demi mendapatkan penghasilan, Mulyani pergi merantau ke sejumlah kota, seperti Riau dan Medan. Bahkan, Mulyani pernah menjalani peran sebagai orang tua tunggal dengan tiga anak di Medan.
"Lima tahun single parent, saya bawa anak tiga. Ya cari uang sendiri untuk hidup," tuturnya.
Sebelum Dea Bakery, Mulyani pernah menjalankan delapan bisnis yang seluruhnya berakhir bangkrut. Mulai dari bisnis ikan asin, mi ayam, pengepul pinang, kredit alat rumah tangga, hingga jual kue bikinan orang lain.
"Awalnya jual kue bikinan orang, dapat pesanan sampai 50 kotak, tetap belum bisa bikin kue sendiri. Akhirnya belajar bikin kue di Medan," jelas Mulyani.
Babak Baru
Lima tahun menjanda, Mulyani kemudian dipertemukan dengan suaminya saat ini.
Keduanya menikah lalu pindah ke Kota Malang, Jawa Timur. Sebagai perempuan mandiri, Mulyani tak bisa jika hanya berdiam diri di rumah.
"Saya buka toko bahan roti. Saat itu modalnya hanya Rp24 juta, yang Rp12 juta untuk sewa toko," ujar Mulyani, dikutip dari YouTube PecahTelur.
Toko bahan roti milik Mulyani saat itu terbilang kecil, dagangannya pun sedikit. Hal ini membuat toko tersebut sepi pembeli.
"Omzet pertama Rp15 ribu, hari kedua Rp30 ribu. Setiap ada pembeli saya ajak ngobrol lama-lama biar kelihatan toko saya ada pembelinya, tidak sepi," imbuhnya.
Seiring waktu, Mulyani mulai berbagi resep kue kepada pelanggan di tokonya. Beberapa pelanggan tertarik belajar membuat kue pada dirinya.
"Lalu mulai berbayar Rp5 ribu, kemudian belajar bikin macem-macem roti jadi bayar Rp10 ribu," jelasnya.
Kelas membuat roti ini menjadi cikal bakal munculnya ide merintis bisnis Dea Bakery. Saat ini, bisnis kue milik Dea terbilang sukses.
"Sekarang ada 36 cabang, karyawannya ratusan orang," ujar Mulyani, dikutip dari YouTube PecahTelur.