Bisnis Kue Rumahan Bikin Perempuan Asal Bekasi Raup Omzet Rp100 Juta, Semangat Bangkit dari Titik Terendah
Pencapaian tertingginya saat ini adalah menjadi supplier salah satu minimarket, total sudah 21 cabang minimarket.
Pencapaian tertingginya saat ini adalah menjadi supplier salah satu minimarket, total sudah 21 cabang minimarket.
Bisnis Kue Rumahan Bikin Perempuan Asal Bekasi Raup Omzet Rp100 Juta, Semangat Bangkit dari Titik Terendah
Di Kota Bekasi, Jawa Barat, seorang perempuan bernama Nuraini telah menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang. Sempat mengalami masa-masa sulit, Nuraini berhasil bangkit dan sukses dengan membuka usaha kue rumahan. Tak main-main, omzetnya kini mencapai Rp100 jutaan.
Kisah Nuraini menunjukkan bahwa ketekunan, kreativitas, dan semangat pantang menyerah dapat mengubah situasi sulit menjadi peluang besar. Ia memulai usahanya dari kondisi yang penuh keterbatasan. Tiga belas tahun lalu, dirinya harus menghadapi kenyataan pahit saat kehilangan konsumen akibat Pandemi Covid-19.
-
Siapa ibu rumah tangga di Bogor yang sukses berbisnis kue? Perempuan bernama Windhy Arisanty itu rupanya bisa mengantongi omzet hingga puluhan juta rupiah hanya dari berjualan kue.
-
Bagaimana Oki bisa sukses dengan usaha crepesnya? Berkat kerja keras usai berkali-kali gagal, akhirnya usaha crepes-nya berhasil membangkitkan semangatnya.Tak tanggung-tanggung, saat ini terhitung ada 200 cabang di berbagai daerah di Indonesia.
-
Bagaimana Mulyani memulai bisnis kue? Seiring waktu, Mulyani mulai berbagi resep kue kepada pelanggan di tokonya. Beberapa pelanggan tertarik belajar membuat kue pada dirinya. Awalnya, Mulyani tidak menarik tarif kepada para peserta belajar membuat roti. 'Lalu mulai berbayar Rp5 ribu, kemudian belajar bikin macem-macem roti jadi bayar Rp10 ribu,' jelasnya.
-
Bagaimana cara Reva memulai usaha kue cubit? Jadi memulainya waktu itu dari dapur rumah mamah, dan memakai peralatan yang seadanya. Saya beli cuma cetakan kue cubit dengan bahan-bahan yang mudah didapatkan,' kata Reva, mengutip YouTube Jaga Lilin, Jumat (1/12).
-
Kenapa usaha Fitri sukses? Keberhasilan pertamanya datang ketika banyak teman dan tetangga mulai menitipkan belut untuk dijual kembali. Fitri yang awalnya hanya menjadi pengepul, akhirnya melihat peluang untuk mengolah peyek tersebut menjadi produk camilan peyek belut.
-
Bagaimana Windhy bisa sukses jual kue di Bogor? Dirinya berbagi kunci mengapa usahanya bisa terus bertahan sejak 2019 lalu.
Situasi yang cukup sulit ini, memaksa Nuraini mencari cara untuk memutar penghasilan. Dengan sisa tenaga yang ada, Ia memberanikan diri untuk kembali memulai usaha kue rumahan melalui brand “Dapur Sus and Cake”.
Jual Aneka Jajanan Pasar
Nuraini sehari-hari menjual produk kue kering dan kue basah homemade yang dibantu oleh sejumlah karyawan.
Selain menjual eceran, Nuraini juga melayani partai besar ke kantor-kantor maupun sekolah-sekolah.
Kue yang dijual di antaranya aneka kue kering, kue basah seperti sus, lemper, jentik manis, kue bugis, kue talam, roti dan lain-lain. Semuanya Nuraini jual dengan tetap mengedepankan kualitas dan rasa.
“Jadi ini total ada 19 jenis kue yang dijual, seperti kue kering, jajanan pasar,” terangnya, mengutip Youtube Chrisbo Makanmakan, Jumat (31/5).
Merintis dari 5 Kue yang Terjual
Dalam merintis usaha, jarang sekali langsung melesat sukses. Hal yang sama juga dialami Nuraini, di mana saat itu dirinya hanya mampu menjual kue sebanyak 5 hingga 10 buah saja. Namun, ia terus menekuninya secara sabar.
Kemudian, dia juga mencari peluang dengan menawarkan produknya dan melakukan inovasi lebih dari satu kue. Alhasil, usahanya perlahan berkembang hingga memiliki 25 oang karyawan.
“Usaha ini naik turun, awalnya pernah bikin 5 pcs, 10 pcs, paling banyak itu 30 pcs. Waktu itu modal dasarnya itu hanya Rp100 ribu atau kurang, saya lupa, dan saya putar terus,” kata dia, saat mengenang 13 tahun lalu.
Terpuruk Akibat Banjir dan Covid-19
Situasi sulit juga dialami Nuraini saat tahun ke-7 membuka usaha. Ketika itu, dirinya menjadi korban banjir dengan sejumlah berkas hingga alat produksi hilang dan rusak.
Belum lagi usahanya dihantam oleh pandemi Covid-19, di mana vendor-vendor di Kota Bekasi yang sebelumnya menjadi pelanggan banyak yang tidak lagi memesan. Dengan terpaksa dirinya merumahkan pekerja.
“Ini benar-benar situasi tersulit, jadi dulu ngadepinnya ya sabar aja,” kata dia
Omzet Kini Capai Rp100 Juta
Setelah Covid-19 dan diterjang banjir, Nuraini kembali menata bisnisnya perlahan. Ia kemudian mencoba kembali merintisnya secara maksimal.
Lambat laun permintaan pelanggan kembali berdatangan.
“Kalau sekarang kami mampu produksi untuk kebutuhan harian aja mencapai 1.500 item, kalau tepung dalam satu minggu itu bisa sampai 4 bal, jadi satu balnya sampai 100 kilogram. Sekarang bocoran omzet sudah mencapai Rp100 juta,” kata dia.
Agar penjualannya semakin maksimal, ia juga memanfaatkan platform media sosial salah satunya Instagram.
“Pencapaian tertinggi saat ini buat saya adalah bisa bergabung dengan salah satu suppliernya salah satu minimarket, sekarang total sudah 21 cabang minimarket. Mudah-mudahan kita terus dipercaya sama customer royal,” katanya