Simak Asal Usul Toko Kelontong yang Kini Berubah jadi Supermarket Modern
Pedagang kelontong kebanyakan dilakukan orang-orang keturunan China.
Pedagang kelontong kebanyakan dilakukan orang-orang keturunan China.
Simak Asal Usul Toko Kelontong yang Kini Berubah jadi Supermarket Modern
Simak Asal Usul Toko Kelontong yang Kini Berubah jadi Supermarket Modern
Sebelum digitalisasi mendominasi aktivitas ekonomi, masyarakat Indonesia kerap belanja di toko kelontong. Namun kini, toko kelontong berevolusi menjadi sebuah supermarket yang telah dimodernisasi. Namun, tahukah Anda bagaimana asal usul toko kelontong?
-
Di mana lontong banjur dijual? Jika tertarik lontong banjur ini bisa diburu di Jalan Cibadak Nomor 8, Karanganyar, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat.
-
Bagaimana Pak Kempleng awalnya berjualan sate? Dikutip dari kanal YouTube J. Christiono, nama asli Pak Kempleng adalah Pak Sakimin. Ia merintis berjualan sate dengan berkeliling Kota Ungaran sejak tahun 1960-an. Namun pada tahun 1972 Pak Sakimin meninggal dunia. Usaha itu kemudian diteruskan oleh putra keduanya, Pak Mulyono.
-
Kenapa Yati buka toko kelontong? Yati berhenti membuka warung kopi bukan karena gulung tikar, tetapi ia melihat potensi yang lebih menjanjikan pada sektor usaha lain. 'Saat buka warung kopi saya sudah jualan rokok, terus merembet kulakan sembako dan lain-lain sampai sekarang toko penuh. Terus ada Mantri BRI (petugas penyalur kredit) yang menawarkan untuk pinjaman modal. Saya awalnya menolak, tapi mantri ini datang lagi meyakinkan dan saya akhirnya mau mencoba (program Kredit Usaha Rakyat atau KUR),' imbuh Yati.
-
Dimana kerupuk banjur dijual? Biasanya makanan ini banyak dijual di pinggir-pinggir jalan, termasuk pasar tradisional wilayah Cililin.
-
Kapan UMKM mulai beralih ke marketplace? Saat pra pandemi, para pelaku UMKM merasa belum perlu membuka toko online di e-commerce. Tapi ketika pandemi merebak dan pasar mereka berkurang, salah satu opsi yang mereka miliki adalah membuka toko di marketplace. Dengan toko di marketplace, pangsa pasar mereka yang baru bisa tercipta, bahkan bisa diperluas.
-
Kapan lontong banjur mulai dijual? 'Kalau bulan Ramadan seperti sekarang bukanya mulai pukul 15:30 WIB, ya,' tulis kreator di kolom komentar.
"Nama kelontong memang berasal dari penyebutan para warga pribumi kampung pada para pedagang keliling China. Para pedagang itu selalu berteriak-teriak dalam menawarkan dagangannya dan mendengar teriakannya itu maka orang-orang kampung pun datang dan mengerumuninya,"
demikian penjelasan Dukut dalam bukunya yang terbit pada tahun 2008.
Ciri khas pedagang keliling keturunan China yaitu terdapat sebuah alat berbentuk kendang bertangkai. Kendang itu memiliki diameter kecil dan tertutup kulit di kedua sisinya. Alat yang menghasilkan bunyi-bunyian khas ini juga dilengkapi bandul kayu yang diikatkan dengan benang di bagian atas kendang. Jika kendang kecil itu diputar kiri-kanan maka akan timbul bunyi 'tong tong tong'. Namun terkadang bunyi yang sampai ke telinga suara 'kelontong-kelontong' "Itu karena bandulnya memukul kulit kendang," tulis Dukut.Sementara referensi lain, lewat buku berjudul Indrukken van Eek Totok karya Justus Van Maurik.
Dalam buku tersebut dituliskan pedagang kelontong kerap datang pada sore atau pagi sekali ke hotel atau area penginapan para pelancong yang kebanyakan orang Eropa untuk menawarkan dagangannya.
Biasanya, para pedagang ini memiliki sebuah alat yang menyerupai mainan dan mengeluarkan bunyi kencang. Alat ini seakan menjadi tanda kedatangan mereka dari jauh. "Oleh karena itu, para pedagang ini kemudian dinamai seperti instrumen ini yakni kelontong yang berarti mainan kerincingan atau berkelontang," tulis Maurik. Maurik menulis, banyak pedagang keturunan China yang merintis usahanya dari pedagang kelontong. Awalnya mereka menjajakan dagangannya dari rumah ke rumah, atau menawarkan barang dagangannya untuk dijual di hotel.Lambat laun, ketika uang hasil berdagang keliling telah terkumpul, mereka beralih berjualan menggunakan kereta atau kuda.
Hingga kemudian, mereka membeli sebuah toko dan terus berkembang menjadi pengusaha sukses.
Asal usul kelontong juga tertulis dalam catatan August De Wit dalam bukunya berjudul 'Java Facts and Fancies'.
Para pedagang kelontong berjalan menggoyang-goyangkan krincingnya untuk menarik perhatian calon pembeli untuk berbelanja batang sabun ataupun gulungan benang. Para pedagang kelontong kebanyakan dijalankan oleh orang-orang China.
"Perdagangan adalah elemen di mana dia hidup, bergerak, dan berada dunia adalah satu peluang besar baginya untuk berbisnis" sebut De Wit.
Kini, toko kelontong di era digital tidak cukup banyak ditemui di kota-kota besar.
Toko kelontong telah menjelma menjadi toko modern dengan penampilan rapih dan kenyamanan yang menjadi kebutuhan masyarakat.
Merdeka.com.