Dulu Paling Miskin di Desa dan Punya Banyak Utang, Agus Kini Jadi Tukang Kebun Sukses yang Punya HAKI
"Konsisten dan tekun. Dengan ini, sekecil apapun karya kita, kalau kita menghargai itu, tidak menutup kemungkinan karya itu akan jadi besar," ucap Agus.
Agus mengungkapkan dia memang salah satu orang paling miskin di desanya. Dia hanyalah seorang penggembala kambing yang juga menawarkan jasa stek keliling.
Dulu Paling Miskin di Desa dan Punya Banyak Utang, Agus Kini Jadi Tukang Kebun Sukses yang Punya HAKI
Dulu Paling Miskin di Desa dan Punya Banyak Utang, Agus Kini Jadi Tukang Kebun Sukses yang Punya HAKI
Agus Joko Susilo, warga Desa Jambu, Kecamatan Kayen Kidul berhasil mengubah desanya yang dulu dikenal sebagai tempat tawuran menjadi desa wisata terkenal lewat hobi berkebun.
Agus hanyalah seorang lulusan STM yang punya banyak utang. Dia juga dikenal sebagai warga termiskin di desanya. Saking susahnya, Agus harus mengganjal perut hanya dengan memakan buah jambu.
Dia mengenang masa lalunya yang pahit dan terpaksa hidup menumpang di pondok milik kakaknya. Sebelum menumpang, Agus sebenarnya memiliki rumah peninggalan keluarga. Tapi, genteng rumah tersebut sudah rusak dan dia tak mampu untuk melakukan renovasi.
"Waktu itu gentengnya sudah rusak, tapi saya tidak bisa membenahi karena tidak ada pekerjaan. Sehingga, anak saya pun kalau tidur saya kasih helm biar ndak kejatuhan genteng," kata Agus seperti yang dikutip dari akun Youtube Pecah Telur, Senin (30/10).
Agus bercerita bahwa dia memang salah satu orang paling miskin di desanya. Dia hanyalah seorang penggembala kambing yang juga menawarkan jasa stek keliling.
"Saya dulu orang paling miskin di desa. Saya baru bisa membeli sepeda motor di tahun 2004, itupun hanya GL-100 yang (sudah) mati suratnya. Saya beli satu juta untuk jadi tukang stek keliling," kenangnya.
merdeka.com
Agus mengatakan, jasa tersebut berasal dari hobinya yang senang berkebun. Agus memang sudah lihai menyambung tanaman sejak muda. Untuk membantunya menambah pendapatan, Agus memberanikan diri untuk menawarkan jasa stek keliling sembari menyalurkan hobinya.
"Saya nyetek keliling awalnya karena hobi. Jadi ketika nyetek saya sudah punya bekal dan dari situ ekonomi saya terangkat," jelas Agus.
merdeka.com
Dari sinilah awal mula Tabulampot Indonesia didirikan. Agus memilih alpukat sebagai komoditi utama untuk dibudidayakan. Sesuai dengan namanya, Tabulampot (tanam buah dalam pot) berhasil memproduksi buah alpukat dalam pot dengan tinggi kurang dari satu meter.
Awalnya, ide Agus sempat diolok-olok oleh temannya, mengingat alpukat dikenal sebagai buah yang identik tumbuh meninggi di batang yang besar. Namun dia enggan memikirkan pendapat orang lain. Hari demi hari Agus merawat tanaman tersebut dengan baik hingga bisa berbuah sampai saat ini.
Agus pun menamai buah alpukat ini dengan sebutan 'Alpukat Kelud', sesuai dengan nama gunung yang ada di sekitar usahanya yakni gunung kelud.
Saat ini, Agus sukses menjadi pengusaha yang mengantongi hak kekayaan intelektual (HAKI) untuk Alpukat Kelud. Bahkan popularitas Alpukat Kelud terus meningkat bahkan hingga mancanegara.
Agus mengungkapkan, setiap hari Tabulampot selalu ramai didatangi oleh tamu dari pagi hingga malam hari. Baik dari Indonesia sampai yang terjauh dari Afrika.
Dia juga senang berbagi ilmu tentang perawatan kebun, mulai dari pola perawatan, penempatan, klaster demi klaster, hingga standar operasional prosedur yang baik kepada pelanggan, pengunjung, bahkan pelajar di desanya.
merdeka.com
Setelah berhasil jadi pengusaha kebun yang sukses, Agus tak lupa dengan tempat kelahirannya. Karena itu, Agus ingin membangun SDM desa dengan mengajak masyarakat setempat untuk membangun usaha Tabulampot bersama-sama.
"Saya punya program mendadak kaya untuk memotivasi masyarakat Desa Jambu. Jadi, mereka menanam bibitnya dan kirim stok ke sini. Nanti, kita yang cari marketnya keluar supaya mereka bisa merasakan hal yang sama," kata Agus.
Agus mengaku merasa bahagia dalam dua hal. Pertama, dia berhasil memberikan sumbangsih oksigen untuk menjaga bumi. Kedua, dia berhasil mendapatkan keuntungan dan membawa orang lain untuk merasakan hal serupa.Berkat ketulusan hatinya, Agus mendapatkan balas budi dari masyarakat desa yang begitu menyayangi dan menghargai dirinya. Bahkan Agus mengaku seluruh hasil kebunnya tetap terjaga dan tidak pernah hilang. Padahal, kebunnya tak pernah dijaga dan tak juga diberi pagar pembatas.
Dia mengaku, meskipun pengalaman hidup menjadi seorang penggembala kambing cukup menyedihkan, sejatinya dia banyak mendapatkan pelajaran hidup yang mampu mengantarkannya mencapai kesuksesan Tabulampot, yakni konsentrasi dan ketekunan.