Pria Ini Buktikan Hidup di Perkotaan Bisa Bisnis Peternakan hingga Omzet Rp5 Miliar
Bisnis ini berawal dari hobinya suka memelihara kambing.
Hidup di perkotaan padat seperti Jakarta, hampir mustahil rasanya merintis usaha peternakan. Namun, hal yang tidak mungkin itu justru bisa dimentahkan oleh Abdul Latif.
Dilansir dari akun youtube Naik Kelas, pria Betawi ini memilih usaha penggemukan atau peternakan sapi di Jalan Palem 2, Petukangan Utara, Jakarta Selatan. Saat ini jumlah sapi yang dia tampung di peternakannya mencapai 300 ekor.
-
Siapa yang sukses ternak ayam kampung? Ia sukses beternak ayam kampung hingga mampu meraup omzet ratusan juta rupiah.
-
Bagaimana pria ini mencapai kesuksesannya? Hidup dalam keterbatasan sejak kecil Dikutip dari akun Instagram @kvrasetyoo, Kukuh membagikan kisah hidupnya yang berliku. Sejak kecil dia kurang mendapat kasih sayang orang tua karena ayahnya bekerja seharian sebagai sopir, dan ibunya juga bekerja sebagai pekerja rumah tangga. Belum lagi kondisi ekonomi keluarganya yang pas-pasan, sehingga menuntutnya agar hidup lebih mandiri. Sebagai anak sulung, Kukuh mulai menaruh perhatian dan bertekad ingin membantu keluarganya.
-
Siapa yang menyampaikan kekaguman terhadap peternakan Indonesia? Sementara itu, Wael W. M Halawa salah satu peserta pelatihan menyampaikan kekagumannya dengan kemajuan dunia peternakan di Indonesia.
-
Kenapa ternak ayam kampung menguntungkan? Selain dapat memanfaatkan dagingnya, penangkar ayam kampung dapat meraih keuntungan tambahan dengan menjual telur ayam kampung.
-
Siapa peternak muda sukses di Nganjuk? Muhammad Nizar Rohman asal Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, berhasil mewujudkan mimpinya sukses di usia muda melalui budidaya hewan domba.
-
Bagaimana pria kaya ini hidup? Namun di tengah kekayaan yang dimiliki, dia mengaku telah hidup hemat sepanjang hidupnya.
Latif bercerita, usaha ini sudah dia jalankan diawali hobi memelihara kambing. Dari hobi ini kemudian berkembang menjadi bisnis kecil, khususnya saat Idul Adha. Lambat laun, usahanya itu berkembang menjadi bisnis yang cukup besar dengan tambahan hewan ternak seperti sapi, dan kerbau, bahkan beromset Rp5 miliar.
"Dulu awalnya cuma hobi memelihara kambing saja, ternyata anaknya banyak. Lalu karena ada permintaan sapi, kita belilah sapi 8 ekor dan itu habis," ujar Latif dalam tayangan YouTube Naik Kelas, Senin (23/9).
"Akhirnya kita fokuskan sapi dan kerbau, karena permintaan sapi malah lebih bagus. Sekarang mayoritas sapi, kambing hanya pelengkap saja," sambungnya.
Latif mengakui hobinya itu berhasil menjadi peluang dan kesempatan bisnis, meski dirinya tidak melakukan persiapan yang matang.
Latif yang merupakan lulusan Universitas Indonesia pada program studi Kesehatan Masyarakat berlatar belakang dari keluarga wirausaha atau pedagang. Oleh karena itu, ia mewarisi jiwa wirausaha dari kedua orang tuanya.
Di awal mulai menekuni bisnis ternak ini, Latif menyampaikan alasannya memilih sapi sebagai bisnis utama karena daya tahan tubuh sapi dinilai lebih bagus dan kuat jika dibandingkan dengan kambing.
Diketahui pada tahun pertama Latif merintis peternakan ini, ia hanya memelihara sapi sebanyak 8 ekor, ternyata di tahun-tahun selanjutnya permintaan sapi semakin bertambah pesat. Pada akhirnya, Latif memutuskan untuk mengurangi kandang kambing demi menambah kapasitas kandang sapi.
Tantangan Demi Tantangan
Sama seperti manusia, umumnya sapi juga membutuhkan asupan makanan, vitamin, tempat tinggal, dan lain-lain, demi menjaga daya tahan tubuhnya. Maka, Latif berupaya untuk memenuhi kebutuhan tersebut dengan rutin memberi makanan, minum, hingga vitamin.
Namun di samping itu, Latif sempat mengalami titik terendah, yaitu ketika hewan ternaknya sakit. Tahun 2022 silam, menjadi titik terendah hampir seluruh peternak di Indonesia. Hal tersebut terjadi lantaran adanya wabah Penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak.
"Hewan yang kita sayangi dan kita rawat kena PMK. Kakinya luka, mulutnya juga tidak bisa makan, bahkan sampai ambruk. Akhirnya harus kita potong dan hewan-hewan besar yang dipotong itu dihargai sedikit," terang Latif.
Menurut Latif, jika diperhitungkan saat itu kerugiannya bisa mencapai miliaran rupiah. Walau mengalami kerugian besar, pengalaman tersebut menjadi motivasi untuk memberantas wabah PMK dan sekarang sudah ada vaksin untuk hewan sehingga hewan-hewan dapat tumbuh serta berkembang biak dengan sehat.
Ternyata di Jakarta Bisa Beternak
Latif selalu mendapat pertanyaan dari orang-orang, mengapa dirinya bisa beternak di Jakarta? pakannya dari mana? rumputnya dari mana?
Beternak di Jakarta nyatanya tidak kalah sukses dengan para peternak di luar Jakarta. Mengapa demikian? karena Jakarta menjadi pusat kurban di Indonesia. Semakin banyak kebutuhan hewan kurban, maka peluang beternak akan semakin terbuka lebar.
Selain itu, masih banyak rumput hijau yang tumbuh di Jakarta, itu dapat dimanfaatkan untuk pakan utama ternak. Selanjutnya, pemberian ampas tahu sebagai pakan tambahan. Latif menilai Jakarta adalah pusatnya pabrik tahu, ampas dari produksi tahu itu dapat diambil dan dikelola melalui kerja sama dengan pabrik.
Terakhir, pola hidup sehat pun menjadi kunci utama, seperti memandikan sapi di pagi dan sore hari, pemberian vitamin sebulan sekali dan obat cacing tiga bulan sekali.
Reporter magang: Thalita Dewanty