Berawal dari Kesulitan Mencari Hijab Anak, Pria Asal Ngawi Ini Sukses Jadi Pebisnis Konveksi
Wahyu bercita-cita melalui usahanya ini dia bisa menyerap 1.000 tenaga kerja.
Berawal dari kesulitan mencari hijab untuk sang anak, Wahyu Ahmad Hasan kini sukses menjadi pengusaha konveksi yang menjanjikan.
Dilansir dari akun Youtube Pecah Telur, Wahyu Ahmad Hasan atau kerap disapa Hasan merupakan owner dari Shahia Hijab Indonesia. Usaha yang bergerak di bidang konveksi itu mulai dirintisnya sejak tahun 2018 bersama dengan sang istri tercinta di daerah asalnya, yaitu Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.
-
Bagaimana pria ini mencapai kesuksesannya? Hidup dalam keterbatasan sejak kecil Dikutip dari akun Instagram @kvrasetyoo, Kukuh membagikan kisah hidupnya yang berliku. Sejak kecil dia kurang mendapat kasih sayang orang tua karena ayahnya bekerja seharian sebagai sopir, dan ibunya juga bekerja sebagai pekerja rumah tangga. Belum lagi kondisi ekonomi keluarganya yang pas-pasan, sehingga menuntutnya agar hidup lebih mandiri. Sebagai anak sulung, Kukuh mulai menaruh perhatian dan bertekad ingin membantu keluarganya.
-
Bagaimana Via memulai bisnis hijab? Dengan modal Rp3 juta dari hasil arisan, Via membeli kain kiloan untuk hijab.
-
Siapa yang terinspirasi untuk membuka usaha? Usaha ini bermula dari suami Qori yang memiliki ketertarikan dalam dunia kuliner.
-
Apa yang dilakukan pengusaha tersebut untuk anaknya? Tidak hanya dermawan kepada orang lain, Hilman Gumilar juga tidak pernah pelit untuk memberikan fasilitas yang terbaik untuk anaknya. Hilman sampai rela mengeluarkan uang ratusan juta demi sang anak bisa mendapatkan pendidikan yang layak di sekolah terbaik.
-
Siapa pendiri Pabrik Tenun Kesono? Berdiri pada tahun 1935, pabrik ini dulunya jadi pabrik tenun terbesar di Jawa Timur. Pendirinya adalah keluarga Bin Martak, yang sebelumnya mendirikan pabrik tenun pertama di Surabaya.
-
Siapa pengusaha sukses asal Sumut itu? Marihad Simon Simbolon adalah sosok penting di balik suksesnya sebuah perusahaan yang bergerak di bidang logistik, perminyakan, dan industri kelapa sawit.
Shahia Hijab Indonesia awalnya hanya berfokus pada produksi gamis anak saja, tetapi semakin hari semakin berkembang hingga ke produksi fashion muslim lainnya, seperti gamis couple dan kaos muslim anak. Menurut pengakuan dari Hasan, dirinya mendapat inspirasi usaha setelah kelahiran anak pertamanya. Pada saat itu, Hasan kesulitan mencari hijab untuk sang anak dan harus membeli produk dengan sistem pre-order.
"Mencari hijab untuk baby pada tahun 2018 itu lumayan susah. Jadi, saat itu kami membeli suatu produk dan ada ketertarikan untuk memulai usaha ini," kata Hasan dikutip pada Senin (23/9).
Pria berusia 30 tahun itu memiliki background atau latar belakang di bidang konstruksi dan properti, pasalnya Hasan merupakan lulusan teknik sipil. Namun, melihat adanya peluang di bidang fashion atau konveksi, dirinya lantas tidak menyia-nyiakan peluang tersebut.
Tahun 2018, usaha ini hanya dikelola oleh sang istri dengan mengandalkan marketing di marketplace. Tak selalu berjalan mulus, Hasan dan istri sempat melewati lika-liku atau tantangan bisnis, hingga akhirnya mereka berhasil merekrut karyawan.
"Dari awal berdiri, seminggu cuma laku satu paket. Berlanjut jadi sehari satu paket dan akhirnya sehari bisa puluhan dan saat itu udah mulai hire orang, yang awalnya istri sendirian jadi mulai ada karyawan," terang Hasan.
"Sekarang per hari kira-kira bisa terjual sekitar 2.000 sampai 2.500 pcs, tergantung model dan kloter produksi," sambungnya.
Kunci Kesuksesan Usaha
Hasan mengibaratkan bisnis itu seperti karya seni, apapun bisnisnya pasti ada pondasi-pondasi yang sama. Pertama ada marketing, keuangan yang sehat, operasional, dan SDM atau human capital. Apabila keempat pondasi tersebut berjalan dengan baik, maka usaha yang dijalankan dengan mudah beradaptasi.
Kemudian, menjadi seorang pengusaha juga harus siap rugi dan menghadapi tantangan usaha. Seperti halnya yang dialami oleh Hasan, dirinya sempat rugi puluhan juta saat awal merintis usaha. Selain kerugian finansial, dirinya juga pernah menghadapi kecurangan dari mitra bisnis. Tantangan tersebut tidak menyulutkan usaha Hasan, usahanya justru semakin berkembang dan memiliki target pertumbuhan bisnis sekitar 25 sampai dengan 35 persen per tahun.
Dalam menjalankan usahanya, Hasan juga selalu menerapkan mindset yang dibangun sejak kecil oleh kedua orang tuanya. Kerja bukanlah hanya untuk mencari keuntungan semata, tetapi kalau bisa memberi manfaat untuk banyak orang, misalnya menciptakan lapangan kerja untuk banyak orang.
Kenangan dan Impian
Meski usahanya dinilai sudah sukses, Hasan tetap memiliki target dapat mempekerjakan 10.000 karyawan ketika dirinya berusia 40 tahun mendatang. "Itu harus bisa saya laksanakan dengan tidak berutang satu rupiah pun, jadi mengandalkan kemampuan dan keuangan pribadi," tegas Hasan.
Menurut Hasan, dirinya tidak mau berutang karena pernah mengalami titik terendah di masa SMA akibat hutang. Maka dari itu, dirinya menerapkan mindset menjalankan bisnis tanpa berutang sesuai dengan pesan orang tuanya, "Ketika nanti kamu usaha, jangan sekali-kali kamu berutang!" pungkas Hasan.
Reporter magang: Thalita Dewanty