Modal Rp100 Ribu, Asep Kini Jadi Juragan Ekspor Kelinci
Hidup yang tidak memiliki arah seketika berubah ketika dia mulai merintis usaha ekspor kelinci.
Hidup yang tidak memiliki arah seketika berubah ketika dia mulai merintis usaha ekspor kelinci.
Modal Rp100 Ribu, Asep Kini Jadi Juragan Ekspor Kelinci
Asep Yana, seorang peternak kelinci di Kampung Baru, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, membuktikan bahwa keberanian dan ketekunan dapat mengubah hidup seseorang.
Dengan berbagai rintangan yang dihadapinya, dia berhasil menciptakan perubahan hidupnya yang membanggakan.
Dikutip dari wawancara pada akun Youtube Seribu Mimpi, Jumat (10/5), Asep menceritakan kisah hidupnya.
Sebelum memutuskan untuk terjun ke dunia beternak kelinci, Ia mengaku hidupnya tidak terarah.
Ia bekerja serabutan tanpa perencanaan yang jelas, gaya hidup yang tidak teratur.
Namun, segalanya berubah ketika ia memutuskan untuk memulai peternakan kelinci.
"Setelah saya mulai beternak kelinci, secara otomatis, saya merasa memiliki motivasi untuk membangun hidup yang lebih sehat dan bermanfaat,"
ujar Asep.
Namun, perjalanan Asep tidaklah mudah. Keluarganya kurang mendukung karena meragukan nilai dari usaha beternak kelinci.
Bagi keluarga Asep, kelinci hanyalah binatang kecil yang tidak berharga secara ekonomi. Tapi sebaliknya, Asep memiliki pandangan yang berbeda dan tetap melanjutkan usaha beternak kelinci.
"Saya memiliki harapan besar untuk beternak kelinci. Saya ingin usaha saya diakui dan dicari orang," ujar Asep.
Awalnya ia belajar beternak kelinci dari pamannya. Mulai dari merawat anakan kelinci hasil pemberian pamannya namun mati karena kurangnya perawatan.
Asep pun mencoba kembali dengan membeli dua ekor kelinci indukan seharga Rp100.000 hingga kemudian mulai beternak. Hasil ternaknya sebanyak 20 ekor anakan kelinci kemudian ditukar menjadi dua ekor kelinci hias.
Mulai dari saat itulah asep berhasil memperbanyak kelincinya dengan jenis yang lebih bagus.
Ternyata, dengan beternak kelinci Asep justru mendapatkan banyak pelajaran. Pergaulan hidupnya yang awalnya kurang baik berubah drastis. Asep mendapatkan pemikiran lain dalam hidupnya, bahkan ia membuktikan dengan beternak kelinci dapat membanggakan orang di sekitarnya.
"Dengan memulai beternak kelinci, saya mendapatkan pembelajaran berharga, terutama dari segi mental,” ujarnya.
Awalnya, beternak kelinci hanyalah hobi bagi Aep. Namun, seiring berjalannya waktu, ia mulai melihat potensi ekonomis yang besar dari usaha ini.
Dengan masa kehamilan yang singkat dan proses penjualan yang efisien, Asep menyadari bahwa beternak kelinci dapat menjadi sumber penghasilan yang menjanjikan.
"Pada awalnya, saya hanya melihat beternak kelinci sebagai hobi belaka. Tapi setelah melihat potensinya, saya mulai mengambilnya dengan serius," tutur Asep.
Asep pun menekuni usaha tersebut. Awalnya ia menjual kelinci-kelinci hasil ternaknya hanya di wilayah Indonesia.
Untuk memperluas pasarnya, Ia mencoba memanfaatkan media sosial Facebook dengan mencari komunitas grup kelinci.
Ternyata ada salah satu orang malaysia yang ingin membeli kelincinya. Ia pun mempelajari berbagai cara untuk dapat mengirimkan ke luar negeri.
Dari situlah, penjualan kelinci ke luar negeri semakin meluas.
"Alhamdulillah, dengan kerja keras dan kesabaran, saya berhasil menjual hasil ternak kelinci tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga ke luar negeri. Itu hal yang sangat luar biasa bagi saya,"
katanya.
Dengan bantuan media sosial, terutama Facebook, Asep berhasil menjangkau pasar internasional.
Tak hanya Malaysia, Asep bahkan mendapat pembeli dari Brunei, Singapura, bahkan mendapat permintaan dari Eropa, Polandia, Perancis, dan Jerman.
Meskipun menghadapi tantangan dalam proses pengiriman dan regulasi, Asep terus berupaya untuk mengembangkan bisnisnya.
Saat ini, peternakan kelinci Asep, yang diberi nama "Arya Aditya Rabbitry," telah menjadi salah satu destinasi populer bagi para pecinta kelinci dan wisatawan.
Dengan berbagai jenis kelinci yang diternakkan, peternakan Asep tidak hanya menjadi tempat untuk berbisnis, tetapi juga tempat untuk edukasi dan hiburan.
Reporter magang: Nur Pangesti.