Perjalanan Dedi Koswara, Petani dan Sopir Angkut Sayuran yang Sukses Bangun Rumah Mewah di Bandung
Dedi dulunya merupakan lulusan SMK jurusan otomotif.
Dedi dulunya merupakan lulusan SMK jurusan otomotif.
Perjalanan Dedi Koswara, Petani dan Sopir Angkut Sayuran yang Sukses Bangun Rumah Mewah di Bandung
Cerita Petani dan Sopir Angkut Sayuran Sukses Bangun Rumah Mewah di Bandung
Dedi Koswara seorang sopir angkut sayur yang sukses menjadi petani labu dari, Kampung Cimala, Desa Cukanggenteng, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung.
Dedi menceritakan perjalanannya menjadi seorang petani labu sukses, melalui Channel Youtube Cap Capung.
Dia pun memulainya dengan menanam tomat di tahun 2010 lalu. Dewi fortuna kala itu berpihak padanya.
Hasil panen tomat sangat memuaskan karena harga jualnya Rp8.000 per kilogram (kg).
Uang hasil penjualan tomat pun langsung digunakan Dedi untuk memperluas lahan pertaniannya.
“Pas panen tomat saya saya kebagian hasil di Rp8.000, Nah setelah itu ada hasil saya perluas lagi lahan,” kata Dedi dalam wawancara pada Channel Youtube Cap Capung, dikutip Senin (4/12).
Pekerjaan sebagai petani ditekuni Dedi hingga tahun 2016. Dia ditunjuk sebagai perwakilan petani dari Ciwidey untuk melakukan studi banding di Jawa Timur.
Di acara tersebut, dia bertemu dengan para petani lainnya dari Garut, Pangalengan, Batu, dan Kediri.
Akhirnya penjualan sayurnya pun dilakukan secara online.
Bukan hanya menjual tomat, tetapi Dedi juga menjual jenis sayuran lain seperti cabai, terong dan lainnya.
merdeka.com
Barangnya pun dikirim langsung Dedi ke para pemesan di berbagai daerah. Sampai satu hari saat mengantar sayuran, Dedi melihat penjual labu acar.
Labu acar merupakan salah satu jenis labu yang berukuran kecil.
Dia pun terinspirasi untuk menjual labu acar di daerahnya. Mengingat belum ada petani sayuran di Kabupaten Bandung yang menanam labu acar."Di sebelah lapak yang saya kirim ada yang jualan labu, nah di sini kan banyak, saya melihat potensi untuk jualan labu," kata Dedi.
Dedi pun mencoba untuk membawa labu yang didapat dari hasil pertanian saudaranya untuk dijual ke pasar. Awalnya dia membawa labu sekitar 2-3 kwintal saja.
Setelah berjalan hampir satu bulan, rupanya banyak pelanggan yang mencari labu acar. Dia pun akhirnya menambah pasokan hingga 1 ton setiap harinya.
Penjualan labu acar ternyata laris manis. Dedi pun membuka cabang titik-titik penampung labu untuk mendapatkan labu dari para petani.
Dari situ usahanya semakin berkembang hingga memiliki 30 tempat penampungan untuk hasil pertanian labu acar.
Pada 2016 Dedi mengembangkan usaha di Tangerang, Bogor dan Cirebon dengan pasar yang semakin berkembang dan produksi yang semakin bertambah. Sekarang dalam sehari Dedi mampu menjual 20-25 ton labu acar dalam sehari.
Di sisi lain, Dedi mengaku bisnis yang dia bangun tidak didapat secara instan. Dia pernah mengalami kerugian saat harga labu acar hanya Rp1.000 per kg.Tetapi prinsipnya kerugian yang didapatkan merupakan sebuah ilmu yang ia beli agar kedepannya tidak terulang.
“Dulu pernah laku cuma Rp1.000 per kilogram, mengalami rugi, rugi itu itung-itung membeli ilmunya aja kedepannya calon ga akan jatuh ke lubang yang sama," kata Dedi.
Perjuangannya menjadi petani sekaligus penjual labu acar sudah membuahkan hasil.
Dia sudah bisa membeli mobil, membangun rumah mewah dari hasil bisnisnya.