Suster Asal Jogja ini Sudah 40 Tahun Mengabdi di Tanzania, Begini Kisahnya
Di Tanzania, Ibu Imakulati menjadi pendidik bagi anak-anak agar mereka bisa hidup mandiri.
Di Tanzania, Ibu Imakulati menjadi pendidik bagi anak-anak agar mereka bisa hidup mandiri.
Suster Asal Jogja ini Sudah 40 Tahun Mengabdi di Tanzania, Begini Kisahnya
Ibu Imakulati sudah tinggal di Tanzania sejak tahun 1984. Sebelumnya ia dibesarkan di Jogja.
“Ayah saya dulu tinggalnya di dekat Sungai Progo. Dia dulu tinggal bersama pamannya, dan pamannya menyekolahkannya di sekolah guru. Di sekolah guru itu ayah saya bertemu pendeta yang punya sekolah guru itu. Itulah mengapa ayah saya jadi seorang Katolik,”
kata Ibu Imakulati mengenai keluarganya, dikutip dari kanal YouTube Mino Baki.
-
Bagaimana Ibu Sujiati bantu teman-temannya? 25 Rekan sejawatnya pun ikut membantu produksi kerajinan kulit di rumah Ibu Sujiati dan memasarkan produk-produknya kepada calon pembeli.
-
Siapa yang dijuluki Suster Apung? Andi Rabiah dikenal dengan sebutan Suster Apung karena saking seringnya berlayar di laut.
-
Dimana Susteran Gedangan berdiri? Kompleks susterannya berada di kawasan Kota Lama Semarang.
-
Apa yang dilakukan sukarelawan Indonesia? Ada sekitar 50 orang sukarelawan. Para Sukarelawan Indonesia itu Dipersenjatai & Dilatih Tentara Mesir
-
Apa profesi perempuan tersebut? Perempuan tersebut terlihat sedang menjamu tamunya dengan sangat baik.Mereka kemudian berbincang panjang dan menjelaskan masing-masing latar belakangnya. Perempuan pemilik warung sekaligus tukang pijat itu pun akhirnya mengaku bahwa ia bekerja di bidang tersebut karena terpaksa.
-
Siapa yang mendirikan Susteran Gedangan? Susteran Ordo Santo Fransiskus (OSF) Gedangan merupakan susteran tertua di Jawa Tengah yang dibentuk pada tahun 1870.
Di Tanzania, ia mengabdi menjadi seorang guru pada sebuah sekolah. Selain ruang kelas, sekolah itu juga memiliki taman bermain, peternakan, dan juga asrama. Total ada 60 anak yang bersekolah di sana.
Ibu Imakulati juga bercerita, ibunya merupakan keturunan Kraton dan beragama Islam. Ibunya kemudian bertemu ayahnya dan menikah. Namun karena pernikahan itu tidak disetujui keluarga masing-masing, mereka berdua pergi jauh dari rumah dan memulai hidup baru.
Ibu Imakulati mengatakan, di sekolah itu ia mengajarkan para muridnya untuk bisa hidup mandiri. Namun tak semua muridnya yang bisa mengikuti proses belajar sampai selesai. Ada juga yang putus di tengah jalan karena hamil lalu punya anak dan perkara lainnya.
“Bagi saya, kalau sudah mendapat sesuatu di tangan untuk mencari kehidupan paling dikit mereka bisa menghidupi dirinya sendiri,” kata Ibu Imakulati.
Ibu Imakulati bercerita dulu waktu kecil ayahnya hanya menyekolahkan dia dan saudara-saudaranya hingga ke tingkat sekolah menengah. Setelah itu mereka dilepas untuk bisa mencari penghasilan sendiri.
“Jadi banyak hal yang saya pikir mungkin saya bawa dari rumah. Jadi selalu membawa harga diri bahwa saya bisa kok melakukan sesuatu kalau saya mau. Tetapi tidak selalu hanya minta-minta,” jelasnya.
Dalam kesempatan itu Ibu Imakulati mengajak pemilik akun YouTube Mino Baki untuk berkeliling sekolahnya. Ia menunjukkan foto saat sekolah itu pertama kali berdiri.
Selain itu, ia juga menunjukkan tempatnya tinggal. Selain Ibu Imakulati, ada 9-10 suster lain yang menjadi tenaga pengajar di sekolah tersebut.
Sejak muda, Ibu Imakulati mengaku sudah ingin mengabdikan hidupnya untuk misi kemanusiaan dengan memberi manfaat sebanyak mungkin bagi hidup manusia. Namun ia menambahkan, bahwa itu semua sulit diwujudkan tanpa bantuan Tuhan. Termasuk segala hal yang telah ia lakukan selama 40 tahun menjadi suster dan guru di Tanzania.
“Karena saya sudah dari Indonesia, bangga untuk Indonesia tapi saat di sini, hey kebanggaan itu dari siapa? Jadi segala hal yang ada di sini tuh saya pikir Tuhan yang memberi, dan setiap kali ada kesulitan Tuhan masuk,”
ujar Ibu Imakulati dikutip dari kanal YouTube Mino Baki.